NovelToon NovelToon
Sebungkus Mie Instan

Sebungkus Mie Instan

Status: tamat
Genre:Single Mom / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Janda / Romansa / Tamat
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tika Despita

Sudah empat tahun lamanya Aini menikah dengan suaminya Rendra. Namun dia tahun terkakhir Rendra tak bekerja. Sehingga kebutuhan sehari-hari di bantu bapak mertuanya. Terkadang Aini terpaksa memasak sebungkus mie instan untuk lauk makannya dirinya dan anaknya.

Disaat himpitan ekonomi, suaminya pun bertingkah dengan kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika Despita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

“Ini nggak seperti yang kalian bayangkan, sumpah.” Aku mengangkat kedua tanganku sedikit, mencoba menenangkan suasana yang tiba-tiba jadi penuh tatapan penasaran.

“Aku dan Pak Arsya itu nggak punya hubungan apa-apa. Kebetulan aja kami tetangga. Dan yang lebih kebetulan lagi, aku memang pernah beberapa kali ketemu beliau waktu aku masih tinggal di rumah mantan suami. Pak Arsya punya pabrik air mineral dekat rumah mantan mertuaku. Makanya pas lihat dia ada di sini, aku juga kaget.”

Aku mencoba menjelaskan sepelan mungkin, takut ada yang salah paham.

“Kok bisa kebetulan kayak gitu?” Yuni menatapku sambil mengetuk sudut matanya pakai ujung telunjuk, gaya khas dia kalau lagi kepo.

“Ya itu dia yang aku juga nggak ngerti,” jawabku sambil menggeleng.

“Oh, jadi begitu ceritanya.” Mbak Cici mengangguk-angguk, disusul Bu Siska yang dari tadi menyimak sambil memeluk map di dadanya.

“Lagipula, aku mana mungkin punya hubungan apa-apa sama Pak Arsya? Status kami beda jauh. Terus dia juga punya Mbak Risa,” tambahku, berharap pembahasan selesai.

“Lho, sama Risa itu Pak Arsya sudah lama putus,” potong Bu Siska ringan.

Aku, Yuni, dan Mbak Cici otomatis saling pandang, lalu menatap Bu Siska lebih serius. Ini mulai menarik.

“Kayaknya mereka dulu pacaran lama, tapi tiga tahun terakhir hubungannya dingin. Bahkan Pak Arsya jarang banget nyapa Risa,” jelas Bu Siska sambil mencondongkan badan, seolah sedang menyampaikan rahasia negara.

“Tapi kok bisa putus ya? Padahal cocok loh,” celetuk Yuni.

“Tandanya bukan jodoh. Siapa tahu jodohnya Pak Arsya malah Aini?” goda Mbak Cici sambil terkekeh, membuatku spontan mencubit lengannya pelan.

“Ah, mbak bisa aja hahaha..” Aku hanya tertawa canggung, pura-pura tidak menanggapi serius.

“Dari gosip-gosip ya, Pak Arsya itu selingkuh sama Vera. Makanya hubungan dia sama Risa hancur,” tambah Bu Siska lagi, kali ini pelan, seolah takut ada yang mendengar.

“Tapi kita nggak tahu mana yang benar,” lanjutnya. Kami bertiga mengangguk,walau jelas rasa penasarannya masih tinggi.

Aku sendiri sempat tak percaya. Dari beberapa kali bertemu, Pak Arsya bukan tipe lelaki yang kelihatan suka main hati. Mungkin hubungan mereka kandas karena masalah lain, mungkin yang waktu itu pernah kudengar.Tentang Mbak Risa yang menggugurkan kandungannya saat Pak Arsya ingin bertanggung jawab. Tapi itu cuma asumsi. Dan asumsi begitu lebih baik kusimpan sendiri.

Aku menepuk celanaku, bersiap kembali bekerja. “Ya sudah, kalau gitu Aini balik kerja dulu ya. Keburu nanti mbak Vera cariin,karena tehnya belum datang.”

"Yaudah kamu lanjut sana! Kalau smaa Vera lebih baik kita gak cari masalah,karena berurusan dengan dia hanya akan buat kita tersudut!" ucap buk Siska dan aku tersenyum dan bergegas membuatkan teh untuk pak Arsya,mbak Vera dan mbak Risa.

**

Baru saja aku mau meletakkan teh di meja kerjanya Mbak Risa, tatapan tidak suka langsung menghantamku dari arah lain. Mbak Vera. Tatapannya tajam, tajam yang modelnya bukan sekadar kesal, tapi seolah dia bisa menusuk aku dari jauh.

Sementara Mbak Risa malah pura-pura fokus menatap layar laptopnya. Tidak ada senyum kecil seperti biasanya. Tidak ada sapaan. Tidak ada apa-apa. Hanya dingin. Padahal biasanya dia cukup ramah. Aku sempat bertanya-tanya dalam hati, apa dia sudah lihat videoku itu? Apa dia pikir aku benar-benar mau merebut Pak Arsya?

“Gayanya sok lugu,” suara Mbak Vera terdengar jelas, walau dia tidak sedang bicara kepadaku secara langsung.

“Siapa tau pemain juga! Bisa-bisanya godain atasan. Karyawan rendahan tapi mimpinya pengin kaya cepat. Mungkin kebanyakan nonton drama China, kali ya. Ingin tiba-tiba dinikahi CEO.”

Kata-katanya seperti sindiran jera terhadapku, tapi aku memilih mengabaikan. Kalau diladeni, masalah cuma makin panjang. Aku mengambil napas pelan, menahan diri supaya tidak terpancing. Fokus. Taruh teh. Lanjut kerja.

Aku membawa nampan itu menuju ruangan Pak Arsya. Namun baru hendak memegang kenop pintu, suara Mbak Risa memanggil cepat.

“Tunggu!”

Aku menoleh. “Iya, Mbak?”

“Mulai hari ini, teh buat Arsya cukup kamu taruh di sini saja.” Ia menepuk meja meja kerjanya.

“Biar aku saja yang membawa ke dalam.”

Sebelum aku sempat menjawab, dia sudah lebih dulu mengambil nampan dari tanganku dan melenggang masuk ke ruangan Pak Arsya.

Dan reaksiku? Biasa saja. Serius. Kalau dia mau ambil alih, bagus malah. Tugas aku berkurang. Anggap saja bantuan, meski aku tahu betul niatnya bukan itu.

Aku memutuskan kembali ke pekerjaan lain. Tadi Mbak Cici sempat bilang supaya aku membantu pekerja gudang es krim untuk menyusun beberapa boks produk baru di ruang penyimpanan.

“Tapi hati-hati ya, dingin banget di sana,” begitu pesannya.

Sesampainya di gudang, aku bertemu Mbak Lastri yang memang sudah menunggu.

“Kalau gitu, yang mana yang harus ditaruh di dalam gudangnya, Mbak?” tanyaku to the point.

“Yang itu, Aini!” tunjuknya pada tumpukan kardus-kardus kecil.

Aku langsung mengangkat beberapa kardus dan membawanya ke ruang pendingin. Mbak Lastri ikut. Kami berdua sibuk menyusun. Benar saja, ruangan ini dinginnya bukan main, napas saja seperti keluar asap.

“Aini, kamu lanjut susun yang di dalam ya. Aku ambil sisa kardus yang di luar,” kata Mbak Lastri.

“Siap, Mbak,” jawabku.

Aku terus menyusun dengan cepat, agar tidak terlalu lama di ruangan itu. Namun beberapa menit berlalu kok Mbak Lastri tidak kembali. Aku mulai heran. Baru aku mau keluar menengok, tiba-tiba..

BRUK!

Pintu ruang pendingin tertutup keras.

Aku berdiri mematung. Lalu buru-buru berlari ke arah pintu.

“Mbak! Mbak Lastri!” teriakku sambil memukul-mukul pintu.

“Mbak, buka pintunya! Aini masih di dalam!”

Tidak ada jawaban. Tidak ada suara langkah. Tidak ada apa pun.

Aku mengetuk lebih keras, bahkan sampai memukul gagang pintu dengan siku karena tanganku mulai membeku.

“HALO? Ada orang di luar? Tolong bukain!!”

Tetap tidak ada respons.

Dada aku mulai sesak oleh rasa panik. Ruangannya semakin dingin dan dinginnya bukan yang, biasa saja. Ini dingin yang menggigit sampai ke tulang. Aku merogoh saku ternyata kosong. Baru ingat, ponselku ada di tas. Dan tasku ada di pantry.

“Sial..” gumamku lirih, mulai menggigil.

Aku terus mengetuk pintu, memohon-mohon, sampai suaraku serak. Tapi tidak ada siapa-siapa. Mungkin orang gudang sedang keluar semua atau entah apa.

Air mata mulai menghangatkan bagian bawah mataku, tapi tubuhku justru makin dingin. Aku mencoba bergerak agar tetap hangat dengan melompat kecil, menggoyang tangan, menggosok lengan. Tapi beberapa menit kemudian, energiku melemah drastis.

Darahku serasa melambat.

Tulangku seperti membeku.

Dan jujur, ketakutan yang paling besar muncul, aku takut mati di sini. Anakku masih kecil. Dia masih butuh aku. Aku tidak boleh mati seperti ini.. sendirian dan di ruangan dingin penuh kardus es krim ini.

Tanganku kini kaku. Bibirku mulai bergetar hebat. Setiap napas terasa sakit.

“Apa ini yang namanya mati karena hipotermia?” gumamku lemah.

Lalu pandanganku mulai berkunang dan aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya.

1
Ibuk Oppo
boncap kakak
Qhaqha: mampir yuk KK di novel aku yang satu lagi.. 😊😊😊
total 1 replies
Cicih Sophiana
mantap Arsya malam pertama... qta ngintip yuuuu🤭
Qhaqha: Mampir yuk KK di novel aku yang satu lagi... 😊😊
total 1 replies
Cicih Sophiana
selamat ya Aini... semoga jadi keluarga SAMAWA sampai kapan pun
Cicih Sophiana
bahagia sll yah untuk kalian...
Yuliana Tunru
happy wedding qrsha dan aini samawa hingga akhir ta..rendra karma kan kasihan deh loe
Sri Wahyuni Abuzar
mas arsya selalu terdepan 🤣🤣
Cicih Sophiana
semoga cinta Arsya untuk Aini tidak berubah samping nanti...
Yuliana Tunru
smoga milai.hati.iki awal.bajagia mu aini
Cicih Sophiana
semoga bahagia ya Arsya dan Aini... di lancarkan pernikahan nya tdk ada halangan apapun
Yuliana Tunru
gas lah jgn tunda2 lagi krn ini hal.baik smiga bahagia dan jodih hingga akhir
Lee Mba Young
selamat aini dpt brondong kaya raya🤣, mantan makin jaya dng istri baru masak km gk bisa nyaingi dpt yg lbih.
enak nya gk perlu kerja keras biar sukses cukup pepet terus tetangga tampan kaya bos pula dah dpt deh ikan kakap.
walau mau di gosipin apapun sebodoh amat yg penting dpt dah Wes. krn setelh nikah status akn berubah jd nyonya dan bos di tempat kerja🤭
Cicih Sophiana
akhirnya Aini menerima Arsya...
Lee Mba Young: iya lah rugi gk di terima dong. Kpn lagi dpt laki lajang kaya raya. sdng status sdh janda hidup pas pas an. lumayan kn naikin taraf hidup. krn kl aini sendiri gk yakin bisa maju dan berhasil. krn mungkin gk punya kreatifitas, jualan online, atau apapun sebagai sampingan jd OG jd ya smp kapanpun kl gk nikah ma arsya ya ttp jd OG.
total 1 replies
Sri Wahyuni Abuzar
alhamdulillah..di tunggu undangan pernikahan nya Arsya 💞 Aini 🥰
Cicih Sophiana
ih tuh udah di tolak atas kesalahan sendiri kok malah menyalahkan orang lain... dasar gak tau malu
Cicih Sophiana
bagus Aini harus tegas sama laki laki semacam mantan mu itu...
Yuliana Tunru
ayo aimi yakin arsha tdkain2 dan jg jgn sampainrenfra datang lagi dam bolabg kalian bojong punya hinungan
Wanita Aries
kaget ya aini 😁
M.FAJRI
penasaran sama laki² yang menghampirinya dipenjualan😇😇😇
Yuliana Tunru
ya kirain lgsg dilamar saat klga pada ngumpul biar lebih seruuu
Cicih Sophiana
ya udah bu Ratna sekalian aja lamar Aini di sini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!