NovelToon NovelToon
Gadis Magang Milik Presdir

Gadis Magang Milik Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Demi melanjutkan pendidikannya, Anna memilih menjadi magang di sebuah perusahaan besar yang akhirnya mempertemukannya dengan Liam, Presiden Direktur perusahaan tempatnya magang. Tak ada cinta, bahkan Liam tidak tertarik dengan gadis biasa ini. Namun, suatu kejadian membuat jalan takdir mereka saling terikat. Apakah yang terjadi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehidupan Anna

Siang hari itu, matahari menembus kaca jendela rumah sakit dengan cahaya yang hangat tetapi menyilaukan. Anna duduk di tepi ranjang, tangannya masih sedikit bergetar ketika ia merapikan kemeja polos yang dikenakannya semalam. Meski dokter sudah mengizinkan ia pulang, rasa lemas masih menguasai seluruh tubuh. Namun ia memaksa berdiri, memaksa tersenyum, seakan ingin menepis kenyataan bahwa dirinya baru saja pingsan karena kelelahan di tempat kerja.

Gema berdiri di dekat pintu, tangan terlipat di dada. Sementara Liam, meski tak banyak bicara, tetap berdiri tak jauh darinya. Aura canggung memenuhi ruangan, seakan setiap kata yang ingin terucap terperangkap di tenggorokan masing-masing.

Anna merapikan rambutnya yang kusut. Pada saat itu, ia melihat pantulan dirinya di kaca lemari—wajah pucat dengan lingkar mata gelap yang tidak bisa berbohong betapa kerasnya hari-hari terakhir ini. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Sebelum ia selesai membereskan barang-barangnya, sebuah suara pelan memanggil,

“An…”

Anna menoleh. Liam yang memanggil.

Ia menelan ludah, gugup, tidak tahu harus merespons apa. Ia hanya menatap Liam sebentar lalu kembali sibuk dengan barang-barangnya. Tapi Liam melangkah mendekat.

“Saya…” Liam memulai, suaranya terdengar serak seolah kata-kata itu lama tertahan.

“Saya minta maaf.”

Gema yang mendengar itu berhenti bersandar dan mengalihkan pandangannya pada Liam—seakan ingin memastikan telinganya tidak salah.

Anna mengangkat wajah perlahan. Sorot matanya kosong, bingung, dan penuh kehati-hatian.

Liam mengembuskan napas panjang.

“Saya keterlaluan. Saya membawa konflik pribadi ke dalam ruang profesional. Dan saya menyadari itu hanya karena… kejadian ini membuka mata saya.”

Anna menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang tiba-tiba naik ke tenggorokan. Ia tidak pernah berharap permintaan maaf itu datang—jangankan permintaan maaf, perlakuan setara pun rasanya sudah cukup baginya.

Namun ucapan itu justru membuat hatinya remuk.

Air mata mulai menetes tanpa bisa ia cegah. Ia buru-buru menyeka, malu jika terlihat terlalu rapuh.

Dengan suara yang nyaris putus, Anna berkata,

“Saya… tidak masalah, Pak. Saya memang salah soal teh panas itu. Saya juga kurang hati-hati… tapi…”

Ia menghela napas gemetar.

“Tolong beri saya kesempatan yang seharusnya. Saya butuh magang ini. Kalau tidak lanjut… mungkin saya harus berhenti kuliah. Dan kalau saya berhenti kuliah…”

Anna menatap lantai.

“Keluarga saya mungkin akan menyuruh saya pulang dan menikah di kampung.”

Kata terakhir itu membuat ruangan seolah membeku.

Liam terdiam. Gema bahkan ikut meluruskan tubuhnya, tidak menyangka Anna membawa beban seberat itu di balik wajah polosnya.

Anna mengusap air mata, memaksa senyum kecil.

“Saya tidak manja, Pak. Kalau harus kerja keras saya siap. Tapi tolong… jangan beri saya tugas yang bukan untuk diuji coba kemampuan manusia.”

Ia menunduk rendah, suaranya melemah.

“Saya hanya ingin kesempatan yang adil.”

Liam tertunduk. Untuk pertama kalinya, ia tidak punya argumen, tidak punya pembenaran. Ucapannya sebelumnya—tegas, dingin, penuh gengsi—hancur begitu saja oleh kejujuran sederhana gadis itu.

Ia baru menyadari sesuatu:

Anna bukan tidak mampu. Anna hanya tidak diberi ruang untuk bernapas.

Setelah beberapa detik yang terasa sangat panjang, Liam berkata pelan,

“Kamu bisa lanjut.”

Anna mengangkat wajah cepat, matanya membesar.

Liam melanjutkan,

“Kamu akan tetap menjadi sekretaris pribadi sementara. Dengan upah dan kompensasi yang sesuai. Tidak ada lagi perlakuan tidak adil. Tidak ada ‘tes khusus’.”

Gema tersenyum kecil—senyum lega yang sejak tadi tidak muncul.

Anna menutup mulutnya dengan tangan, menahan isak haru.

“Terima kasih… terima kasih banyak, Pak.”

Ia membungkuk dalam, meski tubuhnya masih terasa lemas.

Gema kemudian menepuk bahu Anna.

“Sudah, jangan kebanyakan mikir. Fokus sembuh dulu. Besok belum perlu masuk. Kami urus administrasinya.”

Anna mengangguk pelan.

Dokter memberikan berkas terakhir dan mengizinkan Anna pulang. Mereka berjalan bertiga menyusuri koridor rumah sakit. Lampu-lampu putih bersinar redup, suara instrumen medis terdengar samar di kejauhan.

Setiap langkah Anna terasa berat, bukan karena sakit, tetapi karena malu sekaligus terharu—dua lelaki yang tadi membuatnya bekerja setengah mati kini mengantar pulang dengan sikap yang jauh lebih manusiawi.

Ketika mereka keluar dari pintu utama rumah sakit, udara panas kota langsung menyergap. Gema membuka pintu mobil, mempersilakan Anna masuk. Liam duduk di sisi lain, tetap diam namun rautnya jauh lebih lembut dari sebelumnya.

Perjalanan pulang tidak banyak percakapan. Gema hanya sesekali mengecek keadaan Anna—apakah pusingnya kambuh, apakah ia ingin mampir membeli sesuatu. Liam lebih banyak menatap keluar jendela, pikiran melayang-layang, sepertinya masih memikirkan bagaimana ia bisa begitu keras pada seseorang yang bahkan ia tidak benar-benar kenal.

Mereka tiba di kontrakan Anna sekitar tiga puluh menit kemudian.

Kontrakan petak itu kecil—sangat kecil. Saat Anna membuka pintu, ruangan itu terlihat tidak lebih besar dari walk-in closet di rumah Liam. Tempat tidur tipis, meja belajar kecil, dan kompor portable di pojok ruangan. Cat dinding yang mulai mengelupas hanya semakin menonjolkan betapa sederhana hidup Anna.

Gema menghela napas pendek.

“Ya ampun, An… kamu tinggal di sini?”

Anna tersenyum kikuk.

“Iya, Pak. Dekat sama halte. Jadi lumayan hemat.”

Liam hanya berdiri diam. Tapi ekspresi wajahnya jelas menunjukkan sesuatu berubah.

Bukan kasihan—lebih tepatnya, memahami.

Memahami mengapa Anna tidak pernah menyerah meski didorong hingga titik hancur.

Memahami mengapa gadis itu bangkit setiap kali ia coba jatuhkan.

Anna membutuhkan hidup yang lebih baik—dan magang ini adalah satu-satunya pintu.

Anna menatap mereka berdua sambil memeluk tas kecilnya.

“Terima kasih banyak sudah nganter. Maaf merepotkan…”

“Gak repot sama sekali An” jawab Gema cepat.

“Sudah istirahat ya. Jangan mikir kerjaan dulu.”

Anna mengangguk.

Liam menatap Anna sebentar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, jadi ia hanya menyampaikan satu hal yang paling penting.

“Sampai ketemu di kantor setelah kamu pulih.”

Anna tersenyum tipis.

“Iya, Pak. Saya akan lebih kuat nanti.”

Pintu kontrakan tertutup pelan.

Dan untuk pertama kalinya, Liam merasa sangat tidak yakin—bukan pada Anna, tetapi pada dirinya sendiri.

Karena gadis magang yang hampir ia hancurkan itu ternyata lebih kuat daripada seluruh ekspektasi yang pernah ia miliki.

1
Tania Sunjana
luar biasa slalu di tunggu kelanjutan nya
Tania Sunjana
slalu nunggu kelanjutan nya thor🙏
elistya suci
kok gk update2 thor??udh 2 hari iniii😄
Evi Lusiana
semangat an,bkin suamimu bucin sm kamu
Evi Lusiana
ketawa dasar gema assistan koplak
elistya suci
kak kok gk up up ya
Evi Lusiana
knp liam mau aj d stir ibuny,bgaimn seorag ibu tega mengirbankan perasaan liam dan ana hny demi jabatan dn nama baik
Rezqhi Amalia: permisi kak, siapa tahu kakak minat mampir dikaryaku yang berjudul 'Terjebak Pernikahan Kontrak Dengan Dosen Pembimbingku'

terimakasih sebelumnya 🤗💐
total 1 replies
Evi Lusiana
semangat ana,bwt suami mu bucin padamu,tumbuhkan lg cinta yg mulai layu
elistya suci
tengkiu thor..ditunggu up up lagi..wkwkwk serakah dikit lah thorrr
Evi Lusiana
knp karakter liam bgtu angkuh dn munafik thor,gk mau ngakuin perasaaan ny membeli cinta dg kekuasaan
elistya suci
keren si ceritany,bikin penasaran,saking bener2 bikin penasaran kadang digantung,dan udh jauh epiaodenya blm deal2 juga jadiannya liam sama anna🤣udh gemes gt sama ceritany
elistya suci
thor,updatenya itu setiap waktu apa ya thor?lewat tengah malamkah,pago subuhkah,apa pagi2,siang hari,apa sore,apa malem,apa menjelang tengh malam.aku tu ngguin trs update terbaru ni cerita thor,tp waktunya gk di bikin menentu😆
elistya suci: tp ini kok blm update2 thor,kadang update cuma 1,kadang 3 ,kadang 2😄
total 2 replies
Evi Lusiana
kau psti menyesal liam gk mengakui perasaanmu sndri
elistya suci
suatu saat jika ana udh mentok dengan segala urusan sakit hatinya,dan dia memilih pergi dari liam,semoga aja liam gk ada penyesalan betubi2 kalo pas sadar ternyta si liam lebih bnyak cintanyaa ke ana😄
Evi Lusiana
muna lo liam
elistya suci
tengkiuu tripleee up,nambah lagi makinn mantap..bikin pinisirin bingitt nih setiap bab ny
elistya suci
semngatt thorr
Evi Lusiana
greget sm liam knp dia gk bs tegas dgn perasaan ny
elistya suci
up lg thorr🙏🙏🙏
Evi Lusiana
kapok lu liam,pengecut gk brani jujur dg perasaanny thd ana,terlalu egois mnggunakn kekuasaan tuk mncari² kesalahan org2 yg tk bersalah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!