NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17: Harga Sebuah Nyawa dan Stempel Merah

"MATI KAU, BINATANG KECIL!"

Rasionalitas Diaken Zhao telah putus.

Dia tidak lagi melihat Ling Tian sebagai murid sekte. Dimatanya sekarang dia melihat seorang pembunuh yang telah mencincang keponakannya menjadi daging cincang. Aura Foundation Core di tubuhnya meledak tanpa kendali, mengubah udara di sekitar panggung menjadi gelombang panas yang mencekik.

Diaken Zhao melesat maju. Lantai batu di bawah kakinya retak menjadi jaring laba-laba. Tangannya terbungkus api oranye yang berkobar. [Teknik Telapak Api Pembakar Tulang].

Ini bukan sekadar gertakan semata, ini adalah eksekusi mati bagi Ling Tian.

Ribuan murid di aula menjerit ketakutan, mulai mundur menjauh. Membunuh murid di Panggung Hidup-Mati setelah pertandingan usai adalah sebuah pelanggaran tabu terbesar. Tapi Zhao sudah tidak peduli.

Ling Tian tidak lari. Dia tahu dia tidak bisa lari dari kecepatan seseorang di ranah Foundation Core.

Waktu seakan melambat di matanya. Dia melihat serangan telapak api itu datang.

"Bocah! Jangan ditahan! Tulangmu akan jadi abu!" teriak Tuan Kun panik.

"Aku tahu!" geram Ling Tian.

Dia tidak mencoba menyerang balik. Dia menarik pedang raksasa Embrio Void-nya ke depan dada, menjadikan besi hitam selebar telapak tangan itu sebagai tameng mutlak bagi dirinya. Dia mengalirkan seluruh sisa tenaga fisiknya ke kaki, menancapkannya ke lantai panggung seperti paku bumi.

"Ayo!" tantang Ling Tian dengan tekad serius di kedua matanya.

BLAAAAAARRRR!

Telapak api Diaken Zhao menghantam bilah pedang hitam itu. Suara ledakannya memekakkan telinga. Gelombang kejut menyapu aula, memecahkan kaca jendela di lantai dua.

"Ugh!"

Ling Tian merasakan seperti ditabrak gunung berapi yang sedang berlari.

Panasnya menembus tulang besinya, mencoba membakar kulitnya. Tapi pedang Embrio Void telah melakukan tugasnya, ia 'memakan' 60% dari energi api itu dan sisanya, 40%, menghantam tubuh Ling Tian.

KREK.

Suara tulang lengan kiri Ling Tian retak lagi. Dia terseret mundur sejauh sepuluh meter, kakinya membajak lantai panggung meninggalkan sebuah parit yang dalam.

Darah segar menyembur dari mulutnya. Tapi dia tidak jatuh ke lantai panggung.

Asap mengepul dari tubuh dan pedangnya. Ling Tian berdiri terengah-engah di ujung panggung, hanya selangkah dari bibir jurang kematian.

Diaken Zhao terbelalak. Serangan penuhnya... ditahan? Oleh seorang pelayan?

"Kau..." Zhao gemetar, matanya semakin gila. "KAU HARUS MATI!"

Dia mengangkat kedua tangannya. Kali ini, dia memanggil bola api raksasa di atas kepalanya. Dia berniat meledakkan seluruh panggung ini bersama Ling Tian.

"MATILAH BERSAMA DOSAMU!"

Zhao melemparkan bola api itu.

Ling Tian menyeka darah di dagunya. Dia tidak punya tenaga lagi untuk menahan serangan yang kedua.

Dia menatap Diaken Zhao, lalu tersenyum lebar. Senyum yang penuh kemenangan.

"Aku tidak berdosa, Diaken," bisik Ling Tian. "Kaulah yang berdosa."

Tepat sebelum bola api itu menyentuh Ling Tian...

WUUUNG!

Sebuah pedang cahaya berwarna biru es melesat dari langit-langit aula. Melesat cepat, dingin dan tiba-tiba.

Pedang cahaya itu menembus bola api Diaken Zhao, membelahnya menjadi dua, dan menancap tepat di depan kaki Diaken Zhao.

CESS!

Api Diaken Zhao padam seketika, dibekukan oleh hawa dingin yang luar biasa.

"Cukup."

Suara itu tidak keras, tapi terdengar berat dan berwibawa, menekan jiwa setiap orang yang mendengarnya.

Dari pintu masuk utama aula, seorang pria tua berjubah hitam dengan garis emas berjalan masuk. Wajahnya kaku seperti pahatan batu, tanpa emosi sedikit pun. Di pinggangnya tergantung lencana giok hitam bertuliskan DISIPLIN.

Tetua Penegak Hukum: Mo Xing.

Aura yang dipancarkannya bukan Foundation Core. Ia berada di Ranah Spirit Palace.

Seluruh aula langsung berlutut. Ketakutan yang mereka rasakan pada Diaken Zhao tidak ada apa-apanya dibandingkan ketakutan pada Tetua Mo Xing ini. Dia adalah malaikat pencabut nyawa sekte.

"T-tetua Mo..." Diaken Zhao menggigil, lututnya lemas. Amarahnya lenyap digantikan sebuah teror murni yang menerpanya.

Tetua Mo berjalan naik ke panggung, langkah kakinya tidak bersuara. Dia melirik sekilas mayat Li Wei yang hancur, lalu menatap Ling Tian yang masih berdiri berdarah-darah, dan terakhir menatap Diaken Zhao.

"Diaken Zhao," suara Tetua Mo datar. "Kau menyerang murid pemenang di atas Panggung Hidup-Mati. Kau menggunakan teknik pembunuh di area administrasi. Dan kau..."

Tetua Mo menjentikkan jarinya. Sisa pil merah yang hancur di sekitar mayat Li Wei melayang ke tangannya.

"...kau memberikan obat terlarang 'Blood Burning Pill' kepada peserta duel."

Wajah Diaken Zhao pucat pasi, seputih kertas. "T-tidak... Tetua, saya... anak itu membunuh keponakan saya dengan kejam! Dia iblis! Dia harus—"

PLAK!

Tetua Mo menampar Diaken Zhao dari jarak jauh.

Diaken Zhao terpental, rahangnya patah, giginya rontok berhamburan. Dia jatuh tersungkur di kaki panggung.

"Diam," kata Tetua Mo. "Sekte Pedang Langit dibangun di atas aturan. Bukan di atas emosi murahanmu."

Tetua Mo menoleh ke arah Ling Tian. Tatapannya tajam, seakan menelanjangi semua rahasianya. Ling Tian merasa Gerbang Energinya bergetar waspada, tapi dia tetap berdiri tegak, menatap balik mata sang Tetua.

"Namamu Ling Tian?"

"Benar, Tetua." kata Ling Tian.

"Kau membunuh sesama murid dengan brutal. Tidak ada rasa persaudaraan diantara kalian." timpal Tetua Mo.

"Dia mencoba membunuh saya lebih dulu, Tetua. Persaudaraan tidak berlaku bagi mereka yang menghunus pedang pada saudaranya sendiri," jawab Ling Tian tenang, meski dadanya sesak menahan sakit.

Mata Tetua Mo berkilat sedikit. Entah itu rasa marah atau kagum, tidak ada yang tahu.

"Kontrak pertarungan Hidup-Mati itu sah. Kemenanganmu juga sah."

Tetua Mo melambaikan tangannya. Kantong penyimpanan di pinggang Diaken Zhao yang telah pingsan terbang melesat ke arah Ling Tian.

"500 Batu Spirit. Sesuai perjanjian kalian."

Lalu, Tetua Mo mengambil formulir pendaftaran Ling Tian yang tergeletak di meja yang hancur. Dia mengeluarkan stempel pribadinya, menekannya kuat-kuat.

DUM.

Stempel merah tercetak.

"Sekarang kau terdaftar. Babak penyisihan dimulai dalam tiga hari lagi."

"Sekarang, seret sampah ini dari hadapanku," perintah Tetua Mo pada dua pengawal Divisi Disiplin, menunjuk tubuh Diaken Zhao. "Cabut jabatannya. Masukkan dia ke Penjara Angin dingin selama sepuluh tahun."

"Baik, Tetua!"

Diaken Zhao diseret pergi seperti karung beras, mengerang tanpa daya. Karirnya, keluarganya, dan balas dendamnya hancur dalam satu hari.

Tetua Mo berbalik pergi tanpa menoleh lagi. Bagi dia, ini hanyalah hari biasa untuk membersihkan sampah sekte.

Ling Tian berdiri sendirian di panggung yang telah hancur. Dia menang tapi dengan harga yang mahal. Lengan kirinya sudah retak parah, organ dalamnya terguncang akibat menahan serangan Diaken Zhao.

Kemudian dia menyimpan kantong yang berisi 500 batu spirit itu ke dalam bajunya yang telah robek.

"Uhuk..." Ling Tian memuntahkan sisa darah kotor.

Dia berjalan tertatih-tatih turun dari panggung. Ribuan murid membelah jalan untuknya. Kali ini, tidak ada yang berani menatap matanya juga tidak ada yang berani mengejeknya. Mereka menatapnya dengan tatapan baru, sebuah tatapan rasa takut dan hormat yang bercampur aduk.

Saat Ling Tian mencapai pintu keluar, dia merasakan tatapan itu lagi. Dia mendongak ke balkon lantai dua.

Xueya masih di sana. Berdiri di samping pilar, menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tidak ada rasa jijik, tidak juga ada rasa kekaguman buta. Hanya ada... sebuah pengakuan. Xueya mengangguk pelan, anggukan yang sangat pelan.

Ling Tian menyeringai lemah, darah menodai giginya. Dia membalas anggukan itu, lalu berjalan keluar dari aula, disambut oleh sinar matahari sore yang menyilaukan.

"Kau gila," komentar Tuan Kun akhirnya, setelah hening lama. "Kau bertaruh nyawa bahwa Tetua itu akan datang tepat waktu."

"Bukan bertaruh, Tuan Kun," gumam Ling Tian, berjalan menuju hutan sepi untuk mengobati dirinya. "Aku merasakan keberadaannya sejak awal duel tadi. Orang tua sekuat itu punya aura yang menekan udara, meski dia menyembunyikannya."

"Dia telah menonton sejak awal. Dia juga membiarkan Li Wei mati juga membiarkan Diaken Zhao menyerang sekali. Mungkin dia hanya ingin melihat apakah aku 'layak' untuk diselamatkan."

Ling Tian menepuk dadanya yang sakit.

"Dan sepertinya... aku lulus ujian pertamanya."

Tiga Hari Kemudian. Di Hutan Bambu Hitam.

Ling Tian duduk bersila di tengah hutan. Di sekelilingnya, berserakan puluhan batu spirit yang sudah berubah menjadi abu putih.

500 Batu Spirit adalah jumlah yang banyak. Bagi murid biasa, itu cukup untuk berkultivasi setahun penuh. Namun bagi Ling Tian, itu hanyalah camilan yang cukup untuk tiga hari.

WOOOONG.

Pusaran hitam di perutnya menyedot energi murni dari batu-batu itu dengan rakus. Tulang lengannya yang retak sudah sembuh total kemarin. Kini, energi itu digunakan untuk satu tujuan yakni Membuka Meridiannya.

Dia memang punya Gerbang Energi Purba, tapi untuk menggunakan teknik sekte (seperti Ghost Flicker Step), dia tetap butuh jalur meridian sebagai konduktor.

POP. POP. POP.

Suara letupan kecil terdengar dari dalam tubuhnya.

Meridian tersumbatnya terbuka satu per satu. Energi Qi mulai mengalir lancar, bercampur dengan energi emas Kunpeng.

Ling Tian membuka mata.

"Qi Condensation... Tingkat 1."

Akhirnya. Dia resmi menjadi kultivator Qi.

Tapi bukan itu yang membuatnya tersenyum.

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah benda yang dia temukan di antara barang-barang rampasan dari mayat Li Wei sebelum diserahkan ke pelayan Tetua Mo. Sebuah benda yang luput dari perhatian orang lain karena tertutup darah.

Sebuah kepingan logam hitam kecil berbentuk pecahan matahari. Di permukaannya terukir simbol matahari hitam dengan mata satu di tengahnya.

"Simbol Sekte Matahari Hitam," kata Tuan Kun, nadanya berat. "Sekte sesat kuno. Aku tidak menyangka mereka masih ada."

"Jaga punggungmu... akan ada banyak kecelakaan."

"Jadi ini 'ancaman lain' yang dimaksud Liu Yan," gumam Ling Tian, matanya berkilat dingin. "Li Wei hanyalah pion kecil dari organisasi ini."

Ling Tian memutar koin itu, teringat peringatan wanita beracun di hutan malam itu.

"Turnamen besok pasti akan menarik."

"Ayo, Tuan Kun. Waktunya menunjukkan pada para 'Jenius' itu... apa arti sebenarnya dari bakat."

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!