Ye Fan, pemuda 15 tahun dari Klan Ye—klan kelas tiga di Kota Pelangi—dikenal sebagai anak ajaib dalam seni pedang. Namun hidupnya hancur ketika klannya diserang oleh puluhan pendekar tingkat ahli yang mengincar pusaka mereka, Pedang Giok Langit.
Seluruh klan terbantai. Hanya Ye Fan yang selamat.
Dengan luka di jiwanya dan kemarahan yang membakar hatinya, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat, merebut kembali Pedang Giok Langit, dan membalaskan dendam Klan Ye yang telah musnah.
Ikuti perjalanan Ye Fan di PENDEKAR PEDANG Halilintar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Berbeda Tujuan
Setelah Ma Yue dan Liu Fang sadar sepenuhnya, mereka menatap Ye Fan dengan campuran ketakutan, rasa hormat yang mendalam, dan keheranan. Kekuatan yang memancar dari Ye Fan kini telah melampaui imajinasi mereka.
"Ye Fan, k-kau ... kau menembus Ranah Ahli Puncak?" tanya Liu Fang, suaranya tercekat.
Ye Fan hanya mengangguk, tanpa perlu penjelasan panjang. Ia tidak menyia-nyiakan waktu. Pedang Petir Fenglei yang kini menjadi pusaka setianya, ia sandarkan ke batu. Ia kemudian memulai proses yang paling menjanjikan: looting.
Puncak gunung itu kini menjadi ladang emas. Di sana terbaring mayat dan abu dari:
Empat Pendekar Emas Puncak Organisasi Dewa Ular.
Sepuluh Pendekar Emas Puncak Sekte Pedang Guntur.
Belasan Pendekar Emas lainnya yang mati di awal perebutan pusaka.
Dan yang paling penting, Pendekar Ahli Awal dari Organisasi Dewa Ular.
Ye Fan menyapu bersih cincin-cincin ruang dan kantong penyimpanan dari setiap mayat yang tergeletak.
Hasilnya.
Setelah mengumpulkan semua harta, Ye Fan memeriksa barang-barang itu. Ia tercengang dengan jumlahnya.
Uang: Total gabungan dari semua cincin ruang Pendekar Emas dan Cincin Ruang Ahli wanita itu menghasilkan kekayaan luar biasa: lebih dari 10.000 Koin Emas! Jumlah ini sudah cukup untuk membeli sebuah Kamar Dagang kecil di Kota Awan.
Ramuan Ajaib: Ye Fan menemukan setumpuk besar herbal ajaib langka dan ramuan spiritual yang digunakan untuk membuat pil obat tingkat tinggi. Ini termasuk ramuan yang sempurna untuk memadatkan Tenaga Dalam Ahli.
Pil dan Ramuan: Lusinan Pil Peningkat Energi, Pil Pemulihan, dan yang paling berharga, beberapa Pil Pencerahan dari Cincin Ruang Ahli.
Senjata dan Pusaka Lainnya: Beberapa senjata spiritual berkualitas tinggi, seperti kipas pusaka milik wanita Ahli itu, dan tombak racun Emas Puncak, yang semua bernilai fantastis.
Ye Fan telah mengubah pembantaian di puncak gunung menjadi kekayaan yang tak terbayangkan.
Dengan cincin ruangnya yang penuh dan bahaya yang mengintai, kini saatnya bagi mereka untuk meninggalkan Lembah Sungai Naga.
"Kita harus segera pergi," putus Ye Fan. "Kabar tentang matinya dua kelompok ini—Sekte Pedang Guntur dan Organisasi Dewa Ular—akan menyebar cepat. Kita tidak ingin berhadapan dengan balas dendam sekte besar."
Liu Fang mengangguk serius. "Aku setuju. Kami akan segera kembali ke Kota Awan."
Ma Yue dan Lu Xueqi menatap Ye Fan. Mereka tahu Pendekar Ahli Puncak di depan mereka tidak akan kembali ke kehidupan nyaman di Kota Awan.
"Dan kau, Ye Fan?" tanya Lu Xueqi. "Apa yang akan kau lakukan?"
Ye Fan menatap cakrawala, auranya kini dingin dan penuh tekad. Pedang Petir Fenglei di tangannya seolah bergemuruh ringan.
"Kekuatan ini sudah cukup untuk memulai," kata Ye Fan. "Tujuanku belum selesai. Aku telah mengumpulkan sumber daya, dan kini aku harus menggunakan kekuatanku untuk mencari informasi. Dalang penyerangan Klan Ye pasti meninggalkan jejak di Ibu Kota Kekaisaran atau di sekte-sekte besar."
Ia menatap ketiga rekannya. "Kalian kembali ke Kota Awan, gunakan sumber daya yang kalian kumpulkan untuk menjadi lebih kuat. Jangan biarkan pengorbanan kita sia-sia."
Liu Fang, meskipun kehilangan kekayaan karena ramuan Ye Fan, kini tidak berani membantah. "Baiklah, Saudara Ye. Jaga dirimu. Ketika kita bertemu lagi, aku bersumpah aku akan mengejar Ranahmu!"
Setelah saling memberi hormat dengan tinju terkepal, empat Pendekar itu berpisah di kaki Puncak Naga. Liu Fang, Lu Xueqi, dan Ma Yue kembali ke Kota Awan, membawa harta dan pengalaman yang mengubah hidup mereka.
Ye Fan, kini seorang Pendekar Ahli Puncak dengan Pedang Petir Fenglei dan kekayaan besar, berjalan ke arah yang berlawanan—menuju dunia persilatan yang lebih besar dan penuh intrik, siap mencari kebenaran di balik kehancuran Klannya.
...
Keesokan paginya, Ye Fan telah meninggalkan Lembah Sungai Naga jauh di belakang. Dengan Ranah Pendekar Ahli Puncak yang baru, ia merasakan lonjakan kekuatan dalam setiap gerakan. Ia menunggangi Kuda Tempur Puncak pemberian Ji Ping, tetapi kini, ia memperkuat kuda itu dengan Tenaga Dalam Ahli Puncaknya.
Kecepatan kuda itu melesat tak terbayangkan, nyaris seperti kilat di atas tanah. Meskipun jarak menuju Ibu Kota Kekaisaran Tang, Kota Mawar Putih, membutuhkan waktu rata-rata sepuluh hari bagi Pendekar Biasa, Ye Fan memperkirakan hanya perlu delapan hari untuk mencapai kota megah yang menjadi pusat puluhan Klan Kelas 1 dan Klan Bangsawan Tang.
Ye Fan bergerak cepat, hatinya dipenuhi tekad yang dingin. Ia meninggalkan Kota Awan dan Lembah Sungai Naga; petualangan sejatinya dimulai sekarang.
Tepat satu hari setelah pembantaian, ketika sisa-sisa darah kering di Puncak Naga mulai memudar, tiga sosok kuat tiba.
Mereka adalah dua Tetua dan Ketua Sekte Pedang Guntur sendiri. Mereka mengenakan jubah putih mewah yang dihiasi jahitan emas, dan di dada kiri mereka tersemat lambang Pedang Petir biru yang lebih rumit daripada lambang murid mereka. Aura mereka—semuanya berada di Ranah Ahli, termasuk dua Tetua—menekan seluruh puncak gunung.
Ketua Sekte, seorang pria paruh baya dengan cambang putih dan mata tajam, melihat sekeliling dengan murka yang tertahan.
"Pusakanya..." bisiknya, suaranya dipenuhi kekecewaan dan amarah.
Mereka dengan cepat menemukan mayat para murid Emas Puncak mereka yang hangus menjadi abu—bukti kekuatan Petir yang sangat murni.
Namun, yang membuat Ketua Sekte tertegun adalah penemuan di dekatnya: mayat empat Pendekar Emas Puncak dan wanita Pendekar Ahli Awal yang mereka kenal dari Organisasi Dewa Ular.
"Ketua Sekte," kata salah satu Tetua, suaranya serak. "Ini ... Organisasi Dewa Ular telah dibantai total. Dan mereka tidak mendapatkan pusakanya."
Ketua Sekte menyipitkan mata, tatapannya menyapu mayat yang berserakan.
"Kami tahu Organisasi Dewa Ular mengincar Pedang Fenglei. Kami mengira mereka yang berhasil mengambilnya," ujar Ketua Sekte, kemarahannya kini berubah menjadi perhitungan dingin.
"Tapi yang terjadi adalah mereka—dan murid-murid kita—semua musnah. Siapa? Siapa yang bisa mengalahkan dua kelompok sekuat ini dan melarikan diri tanpa jejak?"
Ketua Sekte Pedang Guntur itu menghentakkan kakinya, membuat batu-batu di puncak bergetar.
"Dengarkan!" perintahnya dengan suara menggelegar. "Kekuatan yang membunuh mereka adalah Elemen Petir yang sangat murni. Ini pasti Pendekar yang terpilih oleh pusaka itu sendiri. Pergilah!"
Ketua Sekte menunjuk kedua Tetua. "Selidiki setiap sudut Kekaisaran. Cari tahu siapa Pendekar Petir muda yang baru muncul di Ranah Emas Puncak ... atau Ranah Ahli. Aku tidak peduli siapa dia, Pedang Petir Fenglei harus jatuh ke tangan Sekte Pedang Guntur! Pusaka itu milik kita!"
Dengan perintah itu, dua Tetua itu melesat pergi, meninggalkan Ketua Sekte yang berdiri sendirian di puncak berdarah, bersumpah untuk memburu Pencuri Pusaka yang misterius itu.