Selma, pewaris utama keluarga konglomerat terpandang, dikhianati di malam pengantinnya. Dengan mata kepalanya sendiri, Selma menyaksikan suami yang dia cintai malah beradu kasih di atas ranjang bersama saudari tirinya.
Hati Selma semakin pedih mengetahui ibu tiri dan kedua mertuanya juga hanya memanfaatkannya selama ini. Semua aset keluarganya direnggut sepihak.
"Kalian semua jahat, kalian tega melakukan ini..."
Di tengah laut yang disertai badai dan hujan deras, Selma dibuang oleh suami dan adik tirinya, lalu tenggelam.
Namun, sebelum air menguasai penuh paru-parunya, seorang perempuan sekecil tinkerbell bercahaya biru muncul di hadapannya dengan suara mekanis yang bergema di kepala Selma.
[Ding! Sistem Waktu Eri Aktif. Apakah Anda ingin menerima kontrak kembali ke masa lalu dan membalas dendam?]
IYA!
Begitu Selma membuka mata, dia terbangun di tubuhnya saat berusia 16 tahun. Di kesempatan keduanya ini, Selma berjanji akan menghancurkan semua orang yang mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Ulah Ulat Bulu
Uap air memenuhi ruang ganti gimnasium. Barisan loker logam berembun dan suara gemericik air dari shower menyatu dengan dengung kipas di langit-langit. Di salah satu bilik, seorang cowok berdiri diam di bawah pancuran. Yap, siapa lagi kalau bukan Julio, air dingin mengguyur kepalanya, menelusuri wajah, menekan amarahnya yang belum reda.
Cowok itu mengepalkan tangan di sisi tubuh, rahangnya menegang. Air menetes dari rambutnya yang gelap ke lantai, tapi yang berputar di kepalanya bukan suara air. Melainkan kilasan percakapan terakhir dengan pacarnya, Selma.
Julio menginginkan Selma lebih, tapi gadis itu selalu menolak menuruti Julio. Dia akui memang tidak suka Selma posesif, tapi setelah bangun dari koma Selma berbeda. Selma seperti bukan Selma.
Melihat pacarnya menatap cowok lain dalam-dalam membuat ego Julio tersentil.
Punggungnya bersandar ke dinding dingin, napasnya berat. Dia memejamkan mata, mencoba menelan kekesalan yang membakar dadanya. Uap bercampur air dingin menciptakan kontras aneh, seperti hati Julio yang penuh gejolak tapi tubuhnya dipaksa tenang.
Di luar, gema langkah teman-temannya mulai hilang satu per satu. Hanya tersisa dia dan suara air yang jatuh terus-menerus, membasahi amarah, yang tak sepenuhnya mampu meredam.
Di sisi lain, Debora sengaja mendekat ke area tim cheers di lapangan outdoor. Dia tahu salah satu di antara mereka ada yang namanya Martha, seorang kakak senior yang sudah jadi rahasia umum kalau dia naksir dengan Damian.
Gadis yang mencepol rambutnya tinggi itu menghampiri dua kenalannya di tim cheers.
"Deb, kamu kan deket sama Selma, denger-denger rambut merahnya yang sekarang itu emang rambut asli, yah," ujar cewek tinggi bernama Rency.
Debora menyunggingkan senyum di wajah sok polosnya. "Ohh itu, sebenarnya aku nggak tau juga sih, tapi kata Selma memang itu rambut aslinya."
"Kalau belum ada hasil lab resmi, aku sih nggak percaya yah," komentar cewek bernama Sissy.
Debora mengulum bibir, menunduk sediki dan menyempatkan untuk melirik ke arah Martha yang asyik bersama tim cheers yang lain. Dia lalu berdeham dan sengaja sedikit meninggikan suara. "Kayaknya memang asli deh, Kak Damian aja akuin kok."
"Serius?" tanya Sissy.
"Tahu dari mana kalau Kak Damian ngomong gitu?" sambung Rency.
Dan, tiba-tiba, Martha, siswi grade 12 homeroom A1 menghampiri mereka bertiga. Auranya begitu mendominasi. Dia melipat tangan di dada begitu tiba di hadapan Debora, Rency dan Sissy.
"Kamu bilang apa tadi?" Martha memberikan tatapan tajam pada Debora. Lantas gadis itu menunduk takut. Tapi, dalam hati dia bersorak riang, rencanannya berjalan mulus. Selma akan dapat masalah.
"O…oohh… aku cuma bilang Kak Damian ngakuin kalau rambut merah Selma asli, K-kak," sahut Debora. Pura-pura merasa bersalah.
"Kamu tahu darimana?" Suara Martha mendesak.
Rency dan Sissy spontan mundur selangkah ke belakang Debora. Sementara, Debora menelan ludah sekuat tenaga. "Tadi, pas kelas olahraga di gimnasium, Kak Damian sama Selma ngobrol bareng, Kak."
Martha mengeluarkan tawa tipis. Dia tahu kalau crushnya, Damian, pernah menembak Selma. Makanya dia tidak pernah suka dengan Selma, karena menganggap gadis itu penghalang hubungan Martha dan Damian. Sampai sekarang memang Damian tidak punya pacar.
"Dia udah punya cowok, kan? Siapa namanya? yang temen satu homeroomnya juga!?"
"J-Julio, Kak."
"Nah, iya, dia udah punya Julio, terus kenapa dia deketin Damian, padahal dia udah pernah nolak Damian, kan?"
"A-aku juga nggak tahu, Kak." Debora benar-benar pandai memainkan mimik wajah yang ketakutan dan polos seperti tidak tahu apa-apa.
"Kayaknya dia memang sengaja ngecat rambut sampai kayak asli biar narik perhatian deh, Tha." Teman dekat Martha bernama Desy bersuara.
"Kasih pelajaran aja nggak, sih," sahut cewek dengan rambut kecokelatan. Namanya Kimmy.
"Ohhh, sure!" Martha menurunkan tangan dan berbalik. "C'mon girls!" Dia dan antek-anteknya pergi meninggalkan lapangan. Debora menatap punggung mereka semua.
"Selma yang malang, kamu bakalan dilabrak sama kakak senior. Tapi kamu pantes dapetin itu, Selma."
***
Di kelas, Selma duduk sambil berkutat dengan hapenya yang dipasangi case warna baby blue. Matanya fokus. Seragamnya rapi, bukan lagi jersey olahraga, melainkan kemeja putih bersih berlapis vest rajut dan rok kotak-kotaknya jatuh di atas lutut dengan garis halus. Rambut merah Selma tersisir rapi ke samping.
Jari-jarinya lincah menari di atas layar ponsel yang menampilka grafik naik turun. Merah, hijau, biru berubah cepat di aplikasi trading. Tapi wajah Selma tenang, bahkan muncul senyum tipis saat angka di pojok kanan atas berubah hijau terang.
"Yessss!!! Profit!!!" sorak Selma dalam hati.
"Eri! Lihat! Aku dapetin uang pertama aku! Lumayan 8 juta."
"Nggak ada hadiah gitu karena berhasil dapetin uang hasil kerja aku sendiri?"
Eri melayang kiri kanan di depan wajah Selma. "Tidak ada, Selma. Kecuali sistem sendiri yang memberikan kamu misi dan hadiahnya uang."
Selma memanyunkan bibir sekilas. Tapi dengan cepat dia tersenyum lagi. Dia kemudian menscreenshot profit yang dia hasilkan itu.
Di momen yang sama, di barisan belakang kiri Selma, seorang cowok berkacamata memperhatikannya diam-diam. Siapa lagi kalau bukan Kyrann.
Tatapannya bukan sekadar penasaran, lebih seperti ingin memahami bagaimana gadis itu bisa terlihat begitu fokus dan percaya diri dalam dunia yang bagi siswa lain mungkin asing.
"You did it well, Selma," batin Kyrann. Dia tahu kalau Selma belajar trading karena saat melewati meja gadis itu, Kyrann sempat melirik ke arah ponsel Selma.
Sementara itu, Selma mulai mengeluarkan tablet yang untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
Lalu, bel masuk berbunyi.
Bersamaan dengan suara mekanis yang muncul di kepala Selma. Kali ini, suara itu tidak membuat kepala Selma pening.
[DING]
[Misi baru terdeteksi]
[1.Temukan kakak senior yang ingin melabrak host]
[2.Lawan kakak senior tanpa melakukan kekerasan]
[3.Selesaikan masalah dan berteman dengan kakak senior]
[Sanksi hukuman khusus dari Eri]
[Sanksi satu cahaya jiwa berkurang 50%]
[Hadiah undian sistem level 1]
Selma memiringkan kepalanya. "Kakak senior yang mau ngelabrak?"
Selma ingat ada beberapa senior yang pernah melabraknya. Jadi, di misi kali ini siapa yah maksudnya.
Dia menegakkan punggung. Lalu menoleh menatap si wali sistem mungilnya.
"Eri, aktifkan fitur baca pikiran."
[DING]
[Fitur baca pikiran diaktifkan]
[Durasi 4 jam/hari]
Ya, Selma akan mengandalkan kemampuannya itu mencari siapa senior yang akan melabraknya. Mumpung tidak ada durasi penyelesaian misi, makan dia akan terus mengaktifkan fitur baca pikirannya.
Selma menatap Eri lagi, "kira-kira aku bakalan dilabrak karena hal apa yah?"
Eri hanya mengedikkan bahu. "Cari tahulah sendiri, Selma. Kamu sudah dibekali beberapa kemampuan bukan?"
"Iya, iya, tahu kok. Aku cuma mau ngobrol sama kamu, Eri." Selma menatap papan di depan kelas. "Seharian ini aku lakuin apa?"
Dari pintu depan kelas, Julio masuk dan tatapannya langsung tertuju pada Selma. Gadis itu benar-benar beda. Kalau berantem dengan Julio, biasanya Selma menunggu di depan kelas untuk berbaikan dengannya. Tapi, sekarang?
Lihat bagaimana Selma seolah tidak peduli. Cowok itu masuk dengan mengepalkan tangan menuju mejanya.
Tak berselang lama, Debora muncul dan duduk di samping Selma. "Sepulang sekolah nanti kamu pasti langsung dilabrak Kak Martha, Selma."
Mendengar suara pikiran Debora spontan membuat Selma menoleh. "Ohhhhh… ternyata Kak Martha yang mau labrak aku dan itu karena si ulet bulu ini."
[DING]
[Misi bagian pertama selesai]
[Host berhasil menemukan siapa kakak senior yang akan melabrak]
Selma kemudian tersenyum pada Debora, Pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
"I got it… Pasti Debora laporin kalau aku ngobrol bareng Kak Damian waktu kelas olahraga tadi. Udah rahasia umum kalau Kak Martha itu suka sama Kak Damian."
"Jadi selama ini aku kena labrak kakak senior karena ulah ulet bulu ini."
yg datang kyrann pasti