elara adalah seorang "pengganggu" yang tiba-tiba terlempar ke dalam dunia novel fantasi dan dipaksa oleh sebuah entitas kejam bernama Sistem 'Eros' untuk menyelesaikan Misi Utama: Merebut hati Pangeran Rayden, Pemeran Utama Pria yang terkenal dingin dan misterius. Kegagalan berarti kehancuran total.
Berbekal panduan misi yang kaku dan serangkaian taktik romantis klise, Elara memulai penyerbuannya. Namun, sejak pertemuan pertama, System 'Eros' mengalami bug besar: Pangeran Rayden kini dapat mendengar setiap pikiran, komentar sinis, rencana kotor, dan bahkan sumpah serapah Elara yang tersembunyi jauh di dalam hatinya.
Tiba-tiba, setiap pujian yang Elara lontarkan terdengar palsu karena Rayden mendengarnya menambahkan, "Semoga dia tersedak tehnya," dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Jamuan Raja dan Pikiran yang Mematikan
Pintu ruang kerja Rayden tertutup di belakang Lyna, menyisakan keheningan tegang di antara Pangeran dan Elara. Wajah Elara kini tidak lagi memerah karena malu, melainkan karena amarah yang memuncak.
"Kau sudah melewati batas, Rayden. Aku tidak peduli dengan 'alur cerita' atau 'Misi Sistem.' Aku tidak akan menyakiti seseorang yang tidak bersalah!" Elara mengirimkan pikiran itu dengan kekuatan penuh, seolah-olah itu adalah rudal yang diarahkan ke Rayden.
Rayden menyandarkan punggung ke mejanya, wajahnya kembali tanpa ekspresi. "Aku mendengarmu, Elara. Tapi jangan khawatir, Nona Lyna akan baik-baik saja. Dia hanya sedikit bingung. Kita harus menunjukkan kepada publik dan kepada 'Sistem' bahwa pergeseran fokus telah terjadi. Lyna adalah bidak dalam permainan ini, dan aku tidak bisa membiarkan dia mengganggu bug kita yang berharga."
[Poin Cinta: 21%. Status: Stabil. Tindakan Rayden adalah 'Manipulasi Plot' yang efektif.]
"Manipulasi plot? Kau terdengar seperti penjahat!" cibir Elara dalam hati, meskipun dia mengakui bahwa Rayden telah mencapai tujuan yang dia butuhkan.
"Aku adalah Pangeran, Elara. Itu artinya aku harus pandai berstrategi, bahkan jika itu harus menyakiti perasaan seorang wanita," balas Rayden, berjalan ke lemari dan mengeluarkan sebuah peta besar yang terbuat dari kulit. "Sekarang, kita harus melanjutkan ke langkah berikutnya. Malam ini, ada Jamuan Makan Malam Kerajaan untuk memperingati ulang tahun penandatanganan Perjanjian Perdamaian."
Elara menatapnya dengan curiga. "Dan apa hubungannya denganku?"
"Kau akan menemaniku," kata Rayden dengan nada perintah mutlak. "Sebagai pasanganku. Kita harus mengumumkan secara tidak langsung kepada seluruh aristokrasi bahwa Pangeran Rayden telah menemukan 'ketertarikan' barunya. Ini akan memblokir plot romantis asli secara permanen. Dan aku membutuhkanmu di sisiku, di mana aku bisa mendengar setiap pikiranmu, untuk memastikan kau tidak merencanakan sesuatu yang bodoh."
[Peringatan: Peristiwa Krusial. Jamuan Makan Malam dapat meningkatkan Poin Cinta secara drastis atau menjatuhkannya ke jurang kehancuran. Siapkan diri untuk interaksi publik yang kompleks.]
Jantung Elara mulai berdetak kencang. Jamuan Kerajaan? Itu berarti etiket, tarian, gaun mahal, dan... mata ratusan bangsawan yang menghakimi.
"Gaun? Aku benci gaun formal! Aku tidak tahu cara menari. Dan ada ratusan orang di sana! Itu adalah mimpi buruk sosial! Aku lebih baik bersembunyi di dalam lemari dan memakan mi instan yang kupikirkan tadi pagi!" Elara mulai panik secara mental.
Rayden tersenyum sinis. "Mi instan tidak akan disajikan, Elara. Dan percayalah, gaun yang sudah disiapkan untukmu akan membuatmu terlihat jauh lebih baik daripada 'hidangan penutup yang siap disantap' seperti yang kau pikirkan tadi."
Beberapa jam kemudian, Elara berdiri di depan cermin, terperangkap dalam gaun malam sutra berwarna sapphire yang bersinar. Itu adalah mahakarya, tetapi Elara merasa seperti boneka yang dipajang.
"Gaun ini terlalu ketat di bagian dada. Aku tidak bisa bernapas! Aku akan pingsan. Aku akan memalukan diriku sendiri. Aku pasti akan melompat ke air mancur di tengah ballroom hanya untuk mendinginkan kepalaku yang panas ini."
Rayden, yang menunggu di pintu kamarnya, masuk tanpa mengetuk. Ia mengenakan seragam kebesaran kerajaan berwarna putih dan emas, terlihat memesona dan berwibawa.
"Kau tidak akan pingsan," katanya sambil memperbaiki kalung berlian kecil di leher Elara. Sentuhannya singkat, namun mengirimkan getaran. "Dan tolong, jangan melompat ke air mancur. Meskipun itu akan sangat menghibur, aku harus repot-repot menyelamatkanmu."
[Poin Cinta: +2%. Total: 23%. Sentuhan fisik dan perhatian memicu peningkatan. Saran: Bersikaplah terengah-engah.]
Elara menelan ludah, menekan dorongan untuk bereaksi pada sentuhannya. Dia memaksakan dirinya untuk mengalihkan pikiran ke hal yang paling membosankan: statistik pertumbuhan padi.
Rayden menghela napas. "Padi? Benarkah, Elara? Mari kita fokus. Jamuan ini penting. Ikuti isyaratku."
Mereka berjalan ke ballroom utama. Ketika Rayden dan Elara muncul di ambang pintu, semua mata tertuju pada mereka. Musik orkestra yang riuh meredup. Bisikan-bisikan segera menyebar, mempertanyakan siapa Lady Kaelin yang asing ini.
Elara menggenggam lengan Rayden dengan erat, berusaha terlihat tenang, sementara di dalam hatinya ia berteriak, "Aku benci ini! Aku benci semua mata ini! Gaun mereka lebih bagus dariku! Aku terlihat seperti udik! Aku ingin kabur dan memeluk kucing!"
"Kau terlihat menakjubkan, Elara. Jangan dengarkan pikiranmu yang tidak masuk akal," Rayden berbisik di sampingnya, sedikit mencengkeram lengannya.
Mereka menyapa beberapa bangsawan. Saat itulah mereka bertemu dengan Duchess Vina, seorang wanita tua yang terkenal karena lidahnya yang tajam.
Duchess Vina tersenyum lebar. "Yang Mulia Pangeran, suatu kehormatan. Dan Lady Kaelin, gaun Anda sungguh... berani. Sangat cerah."
Elara tersenyum sopan. "Berani? Maksudnya norak! Gaunmu sendiri terlihat seperti tirai kamar tidur yang sudah usang, Duchess! Dan anting-anting mutiaramu itu pasti palsu. Kau pasti membeli itu di toko loak."
Rayden, yang sedang menyesap anggur, tiba-tiba tersedak. Ia terbatuk-batuk keras, menutupi mulutnya dengan serbet, wajahnya merah padam.
Duchess Vina dan beberapa bangsawan di sekitar terlihat panik dan bingung. "Yang Mulia! Apakah Anda baik-baik saja?"
Rayden mengangguk, melambaikan tangan, dan menatap Elara dengan mata penuh peringatan. "Saya... hanya terlalu bersemangat dengan anggur ini, Duchess Vina. Terima kasih atas perhatiannya."
Elara menatap Rayden, mata mereka bertemu. Elara memberikan tatapan mental yang kejam: "Itu pantas kau dapatkan. Kau yang memaksaku ke sini. Sekarang nikmati saja komentar mentalku, Dasar pangeran yang cerewet!"
Rayden hanya tersenyum samar, seolah menikmati hukuman batinnya. Dia tahu bahwa di balik cangkang Elara yang anggun, terdapat kekacauan yang akan terus memberinya kejutan.
Meskipun Jamuan itu berakhir dengan sukses di mata publik—Rayden dan Lady Kaelin tampak mesra, mengabaikan rumor dan gosip—bagi Elara, malam itu adalah bencana mental. Dia menyadari, pertarungan untuk mendapatkan hati Rayden tidak akan terjadi di dunia nyata, melainkan di dalam kepalanya sendiri. Dan lawannya, adalah dirinya sendiri.