Sebuah kisah tentang seorang yang telah dikutuk menjadi Tua sejak lahir. Dimana segala yang melekat dalam dirinya mengandung misteri di balik apa yang membuatnya berbeda.....
Novel Doris Hart 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari Doris Hart yang pertama.
Kutukan, Sihir dan Cinta selalu berkecimpung di dalam kehidupannya.....
Dapatkah Doris hidup dengan Uzda Masson seorang yang telah membuatnya berubah menjadi sosok manusia yang sesuai dengan usianya seperti sekarang ini?
Uzda yang di cintai nya belum pernah dapat bersama dengan Doris karena banyak hal yang menghalangi keduanya. Apakah itu? dan bagaimana kah Doris menghadapi nya?
Baca kisahnya sampai tamat! tinggalkan jejak kalian yang membaca kisah ini dengan cara dukung author melalui vote, nilai, like, subscribe, follow dan komentar.
Disarankan untuk membaca Doris Hart yang pertama dulu ya 😊
happy reading 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghilang Lagi
Sisa-sisa dinginnya salju masih dirasakan seluruh penduduk kota. Di jalan-jalan masih terlihat petugas petugas kebersihan mengumpulkan salju salju yang menumpuk membentuk gunung kecil dijalanan. Atap-atap rumah pun masih terlihat sedikit membeku, dan dilangit, matahari masih malu-malu menampakkan sosoknya yang bersinar, selain itu gumpalan awan juga masih berusaha menutupi sinar mentari.
Tapi masing-masing hati para penduduk kota merasakan sedikit kepuasan setelah mendengar informasi, bahwa di tetapkannya musim dingin yang berkepanjangan itu mulai hari ini telah dinyatakan telah selesai dan akan datangnya musim panas.
Di dalam ruang tamu, Thorn yang sedang melihat tayangan pemberitaan itu pun tersenyum, ditangannya sambil meletakkan kopi ke meja, dia kemudian memekik.
"Alhamdulillah...." lalu Thorn menoleh pada Doris yang masih tetap berdiri di dekat jendela. Dan berkata, "Inilah berkat kuasaNya yang diberikan melalui perantara dirimu, hai Raja Doris!" ucap Thorn, sambil sedikit menggelakkan tawa.
"Andai kau tak bisa mengalahkannya, musim dingin ini akan terus menyiksa dunia belahan Utara ini!" ucap Thorn lagi.
Tapi saat dia hendak berkata lagi, dia pun tidak jadi berkata, setelah dia tatap lekat sosok penyelamat baginya itu, yang kini seolah tak mendengar sedikitpun kata-kata yang dia ucapkan.
Dia pun berdiri dari duduknya, sebelumnya dia matikan TV yang dia rasa akan mengganggu perbincangannya dengan Doris. lalu dia berjalan mendekati Doris, berdiri tepat di belakangnya.
"Badai telah berlalu, seharusnya kau kini menyambutnya dengan penuh kebahagiaan, Doris..." ucap Thorn, mencoba menghibur Doris.
Lama Thorn menunggu jawaban dari Doris, yang tak kunjung terdengar respon dari Doris atas ucapannya.
"Sampai kapan kau akan lemah terus setiap dia menghilang? bukankah sesuatu yang pergi tanpa seizin majikannya akan kembali bila dia lelah? begitu pula dengan dia, Doris?! Cobalah mengerti!"
Mendengar kata-kata terakhir Thorn, Doris langsung berapi-api, "Cara mengerti seperti apa lagi yang harus aku ketahui, ayah?! Semua yang ku lakukan seolah tiada henti selalu di hiasi dengan badai! Dan kini dia menghilang, iya kalau ucapanmu benar dia kembali, kalau tidak?... Sungguh, lagi-lagi aku seolah menjadi orang yang paling menderita di dunia ini...."
Seketika itu, tanpa mau mendengar kelanjutan ucapan Doris, Thorn secara paksa membalikkan tubuh Doris yang membelakanginya itu untuk menatapnya.
Dan dengan tatapan sayu, Thorn pun berkata. "Tidak bisakah kau menyikapinya sesuai dengan agamamu?! Tak bisakah kau menyadari itu? Bahwa ini semua adalah cobaan yang diberikan olehNya untukmu... Dan kini aku bertanya, sudahkah kau bersyukur atas keberhasilan yang telah kau dapatkan itu?! Tidak, kan?! Itulah yang membuatmu tak pernah bisa menerima ketetapanNya, kau tak pernah bersyukur padaNya atas apa yang telah diberikan untukmu..." sambil melepaskan genggaman tangannya pada pundak Doris dan membelakangi Doris, lalu melanjutkan kata-katanya.
"Kau kah anakku? Kau seolah bukan lagi Doris yang ku kenal! Kau berubah! Kau berubah, Doris!!" ucapnya, kemudian menunduk lemas.
Sedangkan Doris mendengar segala nasehat ayahnya, dia pun langsung tersadar, hatinya pun begitu menyesali segala ucapan yang membantah ayahnya sendiri itu. Doris pun langsung membalikkan badan Thorn dengan lembut, sebagaimana yang baru saja dilakukan Thorn pada Doris. Dan Doris pun langsung memeluk erat ayahnya itu. Tangisan pun seketika beradu.
"Tidak, ayah! Tidak!!! Selamanya aku akan menjadi anakmu! Kau memang benar... Ini terjadi lantaran aku kurang bersyukur...." ucap Doris, dalam pelukannya.
...****************...
Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum...."
Sisa isak tangis masih sedikit terdengar, mendengar ketukan pintu, keduanya segera mengusapinya, sedangkan setelah itu Doris pun berjalan menuju pintu.
Perlahan pintu pun terbuka bersamaan jawaban salam dari Doris. Dan setelah sempurna terbuka, terlihat lah kini siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya itu.
"Houdynn?!" pekik Doris, sedikit terkejut. Senyuman keduanya pun saling terlontar. "Silahkan masuk...." ucap Doris, mempersilahkan.
"Assalamualaikum, tuan." salam Houdynn pada Thorn, sambil menumpuk kedua tangannya di depan dada dengan sedikit menundukkan kepala.
"Waalaikumsalam.... silahkan duduk, nak." ucap Thorn.
"Ini Houdynn, ayah. Seorang perempuan yang telah menolong kebingungan ku saat tersesat di La Jolla, California...." ucap Doris, memperkenalkan, setelah keduanya duduk berhadapan dengan Houdynn.
"Ya, aku ingat. Tapi.... bukankah sebelumnya yang saya tahu saat itu nak Houdynn tidak berkerudung?!" tanya Thorn.
Mendengar ucapan Thorn, membuat keduanya pun langsung tersenyum.
"Mungkin dia kini telah begitu memahami tentang Islam...." ucap Doris, sambil sedikit menahan tawa. Sedangkan Houdynn semakin tersenyum senyum geli.
Thorn mengangguk, "Tapi memang nak Houdynn lebih cantik berkerudung...." ucap Thorn.
Terlihatlah dari raut wajah Houdynn yang seketika bersemu merah.
Setelah lama terdiam ketiganya, Houdynn pun memulai perbincangannya, yang memang dari awal tujuannya datang untuk membicarakannya.
"Oh ya, Doris...bolehkah aku meminta sesuatu padamu?...." tanyanya.
Doris mengangguk, "Apapun, wahai saudariku!" sambil tersenyum dengan senyuman terbaiknya.
"Maukah kau mengantarku ke Montrose?" pinta Houdynn, "Aku ingin bertemu Cloe, aku masih merindukan nya...." ucapnya sedikit lirih.
Sedangkan seketika Doris langsung mengerutkan kening. "Bukankah setelah terjadinya perang dia berbincang-bincang lama bersamamu?!"
Houdynn menggeleng, "Dia memohon padaku, bahwa dia ingin melihat Raja di hutan Montrose....melihatimu dari jauh...." ucap Houdynn.
Mendengar ucapan Houdynn, seketika Doris langsung tercengang. Dia langsung lemas. Sedangkan Thorn seketika langsung menyunggingkan senyuman.
"Aku tak bisa menolak permintaan mu ...."
...****************...
Di ambang pintu Doris masih berpelukan dengan Thorn, dan perlahan dia berbisik. "Aku selalu meninggalkan mu...."
Pelukan pun dilepaskan, dan perlahan pula Thorn menggeleng, "Tidak, nak. Bagiku hal itu adalah sebaliknya, kau selalu dekat denganku..."
Senyum terbaik Doris pun kembali tercipta, dari belakang Doris, Houdynn hanya tersenyum haru.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam..."
Doris pun berjalan menuju depan rumah bersama Houdynn, untuk menghentikan angkutan umum. Sedangkan jalan begitu sepi, Doris dah Houdynn pun harus menunggu begitu lama.
"Apa lebih baiknya kita sambil berjalan saja, mungkin di tengah perjalanan kita menemukan angkutan umum...." saran Houdynn.
Doris mengangguk, "Iya, mungkin. Ayo!"
Dan mereka pun menyusuri perjalanan jauh itu dengan berjalan kaki. Setelah mereka sampai ditengah perjalanan, seketika itu langkah keduanya berhenti. Perkiraan mereka bila sampai tengah perjalanan mungkin menemukan angkutan umum, bukan hanya benar. Karena kini yang mereka lihat begitu banyak angkutan umum yang berhenti di tengah jalan, seluruh sopirnya pun juga berhamburan, seah perjalanan tak dapat dilanjutkan lagi, dan di satu titik tempat di kerubunginya oleh orang-orang itu, juga kini membuat Doris dan Houdynn bertanya-tanya, ingin ikut berhamburan di titik itu.
"Ada apa ini?!" tanya Doris, seolah bertanya pada diri sendiri.
"Mungkinkah kecelakaan?!" tanya Houdynn.
Dan sambil berlari kecil, Doris memekik. "Kita lihat saja!!!"
Houdynn pun menyusul di belakang Doris. Sedangkan kini saat Doris semakin mendekati titik yang di kerubungi oleh orang-orang itu, hatinya semakin berdetak kencang.
Membuatnya sendiri tak tahu apa yang dirasakan. Bukan karena sisi sosialnya yang tinggi, bukan pula ingin membantu orang yang kini terdengar bahwa di satu titik itu sedang mengalami kecelakaan. Karena kini Doris benar-benar tak tahu apa yang dirasakannya.
Dan setelah dia memasuki kerumunan dan Houdynn juga kini berdiri di sampingnya. Seketika itu Doris tahu apa yang dirasakannya. Itulah perasaan khawatir dan ketakutan yang begitu sangat. Dan hal itu benar adanya. Kini hatinya benar-benar seperti di irisi pedang tajam. Dia langsung terduduk lemas, sambil memekik.
"Aku mengenalnya!!" dengan suara lantang.
Sedangkan Houdynn seketika itu langsung bertanya-tanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" dalam hatinya.
Dan bersamaan dengan itu, Doris langsung menegaskan kepada semua orang. "Bantu aku membawanya ke rumah sakit!!"
Membuat Houdynn semakin bertanya-tanya. Dan seketika itu, niat keduanya yang hendak mendatangi Cloe di hutan Montrose pun terlupakan. Dan terlihatlah oleh Houdynn, berapa sibuknya Doris dan betapa pedulinya dia pada sosok seorang perempuan berkerudung yang kini di masukkan ke dalam salah satu angkutan umum yang berjajaran untuk dibawa ke rumah sakit, yang tengah mengalami kecelakaan itu.
Sedangkan Doris, sambil membantu membopong tubuh seorang perempuan berkerudung itu, sambil berkata dalam hati.
"Semoga kau tak akan menghilang lagi dariku dan dari pandangan mataku ...."
Bersamaan dengan itu, Houdynn berbalik arah dengan Doris, dia tahu siapa yang kini dibopong itu, dia pun memilih kembali ke rumah Thorn, tanpa sepengetahuan Doris. Houdynn tak ingin kehadirannya akan mengganggu nantinya.
...****************...