Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24
Setelah setengah jam kemudian, Sasa keluar dari toilet. Kebetulan dia menyediakan pembalut di dalam tasnya. Karena kebiasaan jika sudah mendekati hari haid. Maka dia selalu mempersiapkan pembalut kemanapun dia pergi.
Saat menoleh ke kanan dan kiri. Sasa terkejut melihat Adit yang lagi bersandar di tembok. Pandangannya lurus ke depan.
Niatnya Sasa berjalan berlawanan dari tempat Adit berdiri. Namun seolah-olah Adit tau jika dia sedang berjalan menjauh.
"Sa, kamu gak pa-pa?" tanya Adit.
Sasa yang mendengarkan suara Adit, hanya memejamkan mata sambil berputar ke arah Adit.
"Gak, makasih jaketnya." ucap Sasa, memegang jaket yang diikat pada pinggangnya.
"Syukurlah, ayo kita pulang bersama." tawar Adit.
Sasa yang tadinya berharap untuk pulang bersama, sekarang jadi malu.
"Aku sudah pesan ojek. Jaketnya aku cuci dulu ya. Makasih." ucap Sasa sambil berlari.
"Apa aku salah ya? Langsung mengajaknya pulang bersama. Pasti dia berpikir kalau aku cowok ganjen dan gampangan." batin Adit.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di hotel, Vina dan Iqbal siap-siap untuk pulang, sementara Vina masih ingin tinggal di rumahnya. Sekarang rumah tersebut sudah jadi milik Vina. Karena itu termasuk dalam mahar yang diberikan Iqbal.
Padahal Iqbal sudah merenovasi kamar untuk mereka berdua dirumahnya. Karena Vina menolak untuk langsung tinggal di sana. Jadi Iqbal hanya bisa pasrah. Iqbal akan mengikuti segala keinginan Vina.
Alasan Vina tidak mau langsung tinggal di rumah Iqbal adalah, dia sudah terlanjur nyaman, dengan suasana di rumah yang dihuninya sekarang. Lagipula, pelanggan Loudry nya sudah banyak. Jadi, sayang jika ditinggal begitu saja.
Padahal Iqbal sudah menyarankan jika usaha loudry diserahkan sama Lisa dan Hera saja. Tetapi Vina tetap menolak, dengan alasan akan bosan jika tidak ada kerjaan sama sekali.
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah melakukan acara aqiqah, Anwar langsung mengajak Nadin untuk kembali ke rumah mereka. Dia sama sekali tidak betah untuk tinggal di rumah mertuanya. Tetapi Nadin menolak untuk kembali ke rumah Anwar. Jika rumahnya tidak direnovasi. Nadin ingin mempunyai rumah dengan lantai 2. Apalagi dia tau dari Sarah. Kalau Vina sudah menikah dengan dr. Iqbal. Dan dia dengar dari Sarah. Jika mahar Vina adalah rumah yang ditempati sekarang.
Sedangkan dulu, saat dia menikah dengan Anwar. Anwar hanya membawa mahar perhiasan dengan harga 50 juta. Makanya saat mengetahui mahar Vina lebih mahal dia uring-uringan.
"Uang ku gak bakalan cukup Nadin, kamu kira renovasi rumah murah? Belum lagi bahannya, ongkosnya." ucap Anwar jengah
"Terus uang tabungan Mas selama ini dibawa kemana? Selama kita menikah, aku gak pernah loh minta uang sama Mas. Apa selama ini Mas beri uang untuk anak-anak Mas, yang gak berguna itu" berang Nadin.
"Selama ini, uangnya untuk kebutuhan ku. Aku capek kerja Nadin. Jadi aku harus menikmati hasil jerih payahku." bela Anwar.
"Kalo begitu, aku minta bantuan sama papa aja. Tapi dengan syarat sertifikat rumah harus dengan nama aku." tutur Nadin.
"Ya gak bisa gitu dong Na, saat aku masih sama Vina. Dia gak pernah minta yang aneh-aneh." ujar Anwar, membandingkan Nadin dan Vina tanpa sadar.
"Oo ... Jadi sekarang Mas nyesel udah nikah sama aku ya?" tuduh Nadin.
"Bukan begitu Na. Maaf." lirih Anwar karena tersadar akan ucapannya.
"Kalau begitu berikan aku waktu. Nanti akan aku usahakan." ucap Anwar.
"Ibumu kan banyak toko sama rumah kontrak, Mas suruh jual aja sama Ibu. Kalo gak sekarang kapan lagi Mas minta sama Ibu. Dari pada nanti habis untuk Sarah foya-foya." saran Nadin.
"Nanti akan aku bicarakan sama Ibu." jawab Anwar pasrah.
"Kalo Mas gak mampu, biar aku minta tolong sama Papa." ujar Nadin lagi.
"Jangan! Yang ada nanti orangtuamu malah semakin menghina aku. Lebih baik aku minta tolong sama Ibu aja." tutur Anwar.
Anwar memutuskan untuk pergi ke rumah Ibunya, sesampai di sana, dia melihat Sarah baru pulang belanja. Anwar langsung teringat perkataan Nadin. Jika nanti uang Ibunya habis untuk keperluan Sarah.
"Ibu mana?" tanya Anwar.
"Di kamar." jawab Sarah singkat. Karena dia sedang sibuk dengan belanjaannya.
"Kamu kenapa gak kerja saja sih Dik, kan rugi. Udah sarjana tapi gak kerja." cetus Anwar.
"Malas Mas, enakan di rumah. Lagian walau gak kerja kebutuhan Sarah terpenuhi." jawab Sarah.
"Okelah ini Ibu masih hidup. Jika suatu hari Ibu udah gak ada bagaimana?" tanya Anwar.
"Harta orang tua kita kan banyak Mas. Lagian gak usah kerja Mas. Uang sewa ruko sama kontrakan tiap tahun masuk terus. Apalagi ruko kita ada 5 Mas." ujar Sarah.
"Ya gak bisa gitu terus Dik, kamu harus mampu untuk menghidupi diri sendiri. Jangan apa-apa Ibu." nasihat Anwar.
"Mas kenapa sih? Biasanya gak kayak gini? Apa jangan-jangan Mas terpengaruh sama ucapan Mbak Nadin waktu di rumah sakit." tuduh Sarah.
"Ya, karena Mas pikir-pikir apa yang dikatakan sama Nadin ada benarnya juga Dik." bela Anwar.
"Dulu saat sama Vina, Mas gak pernah nyuruh aku kerja. Berarti Mbak Nadin membawa pengaruh buruk untuk Mas." kata Sarah.
"Susah lah, kalo ngomong sama kamu Dik, aku ketemu Ibu dulu." kata Anwar tanpa menunggu jawaban Sarah.
Setelah menanyakan kabar dan basa-basi. Anwar langsung mengatakan maksudnya dan tujuannya. Bu Fatma semula menolak, karena dia berniat membagikan hartanya sama rata. Setelah pernikahan Sarah nantinya.
Namun, Anwar mengatakan jika dia tidak mau mengabulkan permintaan Nadin, nanti Nadin akan meminta bantuan sama orangtuanya. Dan, Anwar juga mengatakan kalau dia sudah bosan mendengarkan mertuanya mencemooh dirinya selalu.
Setelah mendengar semua penjelasan Anwar, akhirnya Bu Fatma setuju menjual rukonya. Apalagi memang rukonya memang ramai orang yang minat untuk membeli. Apalagi tempatnya yang strategis. Sudah beberapa orang datang ke rumah hanya untuk menanyakan kesediaan Bu Fatma menjual rukonya.
Bu Fatma menjual semua rukonya. Dan memberi uang hasil penjualan semua untuk Anwar. Sarah yang mengetahuinya sangat marah. Dia meminta haknya. Namun, kata Bu Fatma. Semua rumah kontrakan akan jadi milik Sarah. Walaupun nanti setelah dia tiada.
Mendengar ucapan Ibunya, akhirnya Sarah tenang. Tapi dia bertekad, nanti setelah rumah Anwar selesai di bangun. Dia akan mengajak Ibunya untuk tinggal di sana juga. Dengan atau tanpa persetujuan Nadin.
Dia ingin membalas dendam sama Nadin. Karena dengan hasutan Nadin. Anwar setiap kali melihatnya pasti menyuruhnya untuk bekerja. Dan belakangan ini Bu Fatma pun sama. Dia juga meminta Sarah bekerja. Atau berhemat, karena pemasukan mereka tidaklah banyak seperti biasanya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Hubungan Adit sama Sasa semakin dekat, walaupun Sasa masih malu saat mengingat kejadian waktu di kantin. Walaupun dekat, Sasa ataupun Adit tidaklah berpacaran, karena mereka punya prinsip, kuliah dan kerja dulu. Baru memikirkan pasangan.