Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Bab 1

"Jamu... Jamu..." Ayang berteriak sambil memikul bakul jamu dagangannya.

Sudah setahun ini, Ayang memang setiap hari berkeliling menjajakan jamu buatan ibunya. Lantaran, sang bunda yang setahun belakangan ini sering sakit-sakitan dan mudah lelah. Hingga akhirnya, Ayang berinisiatif menggantikan pekerjaan yang sudah lama digeluti bundanya itu.

"Lilis, sini!" panggil seorang ibu-ibu sembari melambaikan tangan memanggil Ayang.

Lilis Asma Juwita, adalah nama lengkap gadis itu. Ayang adalah panggilan yang di berikan sang bunda padanya. Akan tetapi, sebagian orang ada juga yang memanggilnya dengan nama Lilis atau pun Asma.

Halimah--ibunda Ayang mempunyai sepasang anak, namun anak sulungnya terpengaruh pergaulan bebas, hingga jarang pulang kerumah. Sekali pulang, anak sulungnya itu hanya akan meminta uang pada Ibu atau pun pada Ayang--adiknya. Setelah itu ia akan pergi lagi. Meski demikian Halimah begitu menyayangi putra pertamanya itu.

Sedangkan suami Halimah, sudah meninggal semenjak Ayang masih berada dalam kandungan.

"Alhamdulillah." Ayang bergegas mendekati wanita yang memanggilnya.

Bakul jamu yang di gendongnya di turunkan, lalu duduk di lantai teras rumah yang beralaskan keramik.

"Buk Indun mau jamu apa?"

"Jamu rapet keset satu, Lis."

"Biar di sayang suami ya Bu?" Ayang melontarkan candaan sambil meracik jamu yang di minta wanita tersebut.

"Tau aja kamu, Lis. Sudah seperti orang yang punya suami aja," balas wanita itu sambil tertawa kecil.

Ayang memang di kenal gadis periang, banyak ibu-ibu di sekitar menyukai sifat dan perangai sopan-santun serta paras cantik gadis berlesung pipi itu.

"Ayang..... Ayang...."

Ayang menoleh kesumber suara. Disana teman baiknya--Reni sedang berlari kearahnya.

"Ada apa, Ren? Kamu mau beli jamu rapet keset juga?" Gadis berlesung pipi itu menyunggingkan senyum khasnya.

"Bukan itu. Tapi Bundamu, Ayang..."

Mendengar nama sang bunda di sebut, Ayang sedikit tersentak, lalu berdiri dan mendekati teman baiknya itu.

"Katakan yang jelas Reni? Maksud kamu apa? Apa yang terjadi dengan Bundaku?" desak Ayang sambil menggoncangkan bahu Reni.

"Bu-Bundamu, pingsan!"

Dada Ayang seketika bergemuruh. Tanpa bertanya lagi, ia segera berlari melewati gang sempit menuju rumahnya. Tak dipedulikannya bakul jamu di teras rumah ibu tadi.

Lima menit berselang. Ayang sudah tiba di rumahnya. Segera ia membelah kerumunan orang-orang yang berkumpul di depan rumah. Diatas tempat tidur, Ayang melihat wanita berhijab panjang yang begitu di sayanginya terbaring di sana.

"Bunda...Bunda kenapa?" Seketika Ayang memeluk tubuh wanita itu. Wajahnya telah basah oleh air mata.

Puas memeluk tubuh sang bunda yang diam saja, Ayang mengalihkan pandangan. Di sudut kamar itu, ia melihat Dani-abang kandungnya berdiri santai.

Ayang lansung mendekat dan mencengkram kerah baju abangnya. "Abang apa kan Bunda? Kenapa Bunda jadi seperti ini?" Ayang meminta penjelasan pada pemuda itu, pasalnya setiap kedatangan abangnya itu, pasti penyakit Bundanya akan kambuh. Dikarenakan abangnya terkadang meminta uang secara paksa pada Bu Halimah.

"Mana gue tahu! Lu aja yang gak becus menjaga Bunda," kilah Dani membela diri.

"Tadi waktu Ayang tinggal bunda baik-baik saja. Pasti Abang yang membuat Bunda seperti ini!"

"Bacod lu."

"Ayang, Dani, sudah lah. Sebaiknya bunda kalian kita bawa kerumah sakit," ucap seorang wanita yang berada di sana. Coba menengahi kedua kakak beradik yang sedang bersitegang.

Ayang melepaskan cengkraman tangannya, kemudian beralih mendekati Bundanya yang terbaring.

"Bapak-bapak, tolong bantu angkat Bu Halimah ke mobil saya," pinta wanita tadi. Namanya hajjah Rodiah--istri pak Bambang, mantan aparat negara yang di pecat secara tidak hormat.

Beberapa orang pria di sana segera membantu mengangkat tubuh Halimah dengan hati-hati ke dalam mobil Hajjah Rodiah.

"Ayang, Dani, masuk lah," kata Hajjah Rodiah.

"Iya, Bu Hajjah." Tanpa pikir panjang, Ayang bergegas masuk kedalam mobil tersebut. Begitu pun Dani, meski malas, pemuda yang usianya terpaut 5 tahun dari Ayang turut masuk kedalam mobil.

Tiga puluh menit berselang, mobil yang membawa Ayang beserta ibu dan Abangnya telah sampai di rumah sakit umum yang ada di kota tersebut.

Halimah di naikkan ke atas brangkar lalu di dorong memasuki ruang UGD.

Di luar ruangan, Ayang semakin gelisah. Bukan hanya memikirkan kesehatan bundanya, tapi ia juga memikirkan biaya rumah sakit. Sudah pasti biaya rumah sakit sangat mahal, sedangkan saat ini ia sama sekali tidak mempunyai uang simpanan.

"Ayang, tenanglah. Bunda kamu pasti akan baik-baik saja." Hajjah Rodiah mengusap lembut bahu Ayang, mencoba meredakan kecemasan.gadia berlesung pipi itu.

Ayang menghela nafas dalam-dalam. "Terimakasih Bu Hajjah," ucapnya lirih.

"Kalau begitu Ibu pamit dulu ya. Soalnya Ibu ada urusan lain. Hubungi Ibu jika butuh sesuatu," kata Hajjah Rodiah berpamitan.

"Terimakasih banyak, Bu Hajjah." Ayang meraih tangan wanita itu dan menciumnya.

"Tidak usah sungkan." Hajjah Rodiah tersenyum sambil mengusap Kapala Ayang. "Kalau begitu, Ibu pergi dulu ya. Ini peganglah, buat jaga-jaga nanti. Jangan lupa hubungi Ibu kalau ada apa-apa yang terjadi." Pesan wanita paruh baya itu sebelum pergi, ia juga menyelipkan amplop ke tangan Ayang.

"Terimakasih Bu Hajjah."

Baru saja hajjah Rodiah menghilang dari pandangan Ayang, Dani datang menghampiri dan merebut paksa amplop yang di berikan hajjah Rodiah dari tangan Ayang.

"Abang! Kembalikan! Itu buat membayar uang rumah sakit Bunda." Ayang berusaha merebut amplop tersebut dari tangan Dani.

"Ckk! Gue minta dikit, buat beli rokok." Dani membuka amplop tersebut dan mengambil selembar uang merah sebelum memberikan lagi pada Ayang.

"Abang!"

"Keluarga Ibu Halimah."

Ayang yang hendak merebut kembali uang yang diambil Dani, segera berjalan mendekati petugas medis yang memanggilnya di depan pintu UGD.

"Saya anaknya, Dokter," sahut Ayang, ia yang tidak pernah berobat kerumah sakit, tidaklah dapat membedakan mana perawat dan dokter.

"Silahkan masuk, ada yang ingin dokter bicarakan terkait penyakit yang di alami pasien," ujar perawat mengajak Ayang masuk ke dalam ruang UGD.

Ayang mengikuti perawat tersebut masuk ke dalam ruang UGD. D dalam ruangan itu, ia melihat jelas bundanya yang terbaring di atas brangkar dengan slang-slang peralatan medis melekat di tubuh.

"Dokter, ini keluarga pasien," ujar perawat yang membawa Ayang.

Dokter menoleh pada Ayang sembari membuka kacamatanya. "Maaf, kalau boleh tau anda siapanya pasien?" tanya dokter ramah.

"Saya anaknya, Dok. Bagaimana keadaan bunda saya, dok?" Ayang balik melontarkan pertanyaan.

"Pasien mengalami penyumbatan pembuluh darah yang di sebabkan pembuluh darah yang ada di jantung tidak bisa bekerja normal. Sekarang ini, satu-satunya tindakan yang bisa kita ambil hanya dengan memasang keteterisasi agar bisa menjaga pembuluh darah pasien kembali berfungsi."

"Pak dokter, apa pun itu. Saya mohon, tolong sembuhkan Bunda saya." Tangis Ayang seketika pecah meminta pertolongan pada dokter.

"Untuk memasang keteterisasi itu, pasien harus menjalankan serangkaian operasi.Jika adik bersedia, segeralah urus administrasi agar kami tim dokter bisa secepatnya melakukan operasi. Jangan sampai terlambat karna ini sangat berbahaya bagi keselamatan pasien."

Mendengar penjelasan dokter itu, tangis Ayang semakin menjadi. "Pak dokter,.apa gak ada cara lain untuk menyembuhkan Bunda saya?"

"Saat ini saya belum menemukan cara lain. Hanya operasi jalan satu-satunya yang bisa kita ambil,"

"Kira-kira berapa biaya untuk operasinya?" Ayang kembali bertanya.

Beberapa jenak dokter terdiam, mengira-ngira biaya yang di tanyakan gadis di depannya. "Sekitar 150 sampai 200 jutaan."

Seketika Ayang menutup mulut dengan kedua tangan, isak tangis semakin menjadi membayangkan dari mana akan mendapatkan uang sebanyak itu.

"Ya sudah, saya permisi dulu," ucap dokter itu dan berlalu pergi.

Ayang melangkah gontai mendekati bundanya yang tengah terbaring di berangkar.

Di raihnya satu tangan wanita yang paling disayangnya itu. "Bunda, bertahan dulu ya? Ayang akan usahakan mencari uang untuk biaya operasi Bunda."

Tangan wanita paruh baya yang terpasang slang impus itu di cium, setelahnya Ayang pergi meninggalkan ruangan tersebut.

.

.

.

Diluar, Ayang mencari keberadaan Dani, ia ingin memberitahukan apa yang di sampaikan dokter.

Puas berkeliling mencari keberadaan saudaranya, akhirnya Ayang menemukan pemuda yang mentato hampir seluruh pergelangan tangannya itu sedang menikmati lentingan tembakau di koridor rumah sakit.

Ayang lansung menyambar rokok yang ada di tangan Dani, lalu menginjaknya.

"Lu apa-apaan sih, Ay?" Dani membelalakkan mata. Marah dengan perbuatan sang adik.

"Abang, Bunda harus di operasi. Dari mana kita mendapatkan uang?"

"Lah, ngapain Lu nanya ke gue? Lu kira gue banyak duit,"

Plak!

Ringan saja Ayang mendaratkan tangan di pipi Dani.

"Taik Lu!" umpat Dani sambil mengusap bekas tamparan adiknya.

"Abang bantu jugalah memikrkannya, itu juga Bunda Abang. Selama ini Ayang sudah sabar melihat kelakuan Abang! Bunda sakit juga karna mikirin Abang! Selama ini hanya Abang yang ada di pikiran Bunda, tapi apa balasan Abang selama ini? Taunya hanya menyusahkan pikiran Bunda saja!" Ayang meluapkan kekesalan yang selama ini di terpendam.

"Eh, bego! Ngapain lu nyalahin gue. Tugas orang tua memang ngasih duit buat anak. Kalau lu ingin Bunda sembuh, sana jual diri aja, biar cepat dapat duit."

Plak!

Sekali lagi tangan Ayang menampar pipi Dani.

"Ah, taik Lu! Dari tadi mancing emosi gue mulu Lu." Dani berbalik badan hendak pergi. Namun, Ayang manarik baju pemuda itu dari belakang.

"Abang mau kemana?"

"Cabut lah. Ngapain juga gue disini?"

"Abang! Bunda lagi sakit! Itu karna Abang!" Ayang menekan ucapannya agar saudaranya itu bisa sadar.

"Ya, guna gue di sini buat apa? Tadi lu bilang bunda mau di operasi kan? Ya udah, sana lu duit. Biar gue di sini yang jagain Bunda."

"Tapi Ayang gak tau harus cari uang kemana?"

"Makanya Lu dengar kata-kata gue. Jual diri! Biar bisa dapat duit cepat. Kalau lu mau, gue ada kenalan yang bakal nyalurin lu ke Bos Bos tajir."

Beberapa saat Ayang tertegun. Ia teringat kata-kata dokter yang menyarankan agar bundanya segera di operasi.

"Jangan sampai lu menyesal, Ay!" Dani pun melenggang pergi.

"Abang, tunggu."

"Apa lagi?"

"Iya, Ayang mau."

Terpopuler

Comments

Jenny

Jenny

sekali2 Dani dilempar taik tuuhh... biar dia bisa tau gmn rasanya taik, dati tadi kok ngomongnya kasar terus? 😀

2025-03-29

2

zero mind

zero mind

peelunya tajir itu, bisa bantu orang kesusahan, pasti masih bertebaran orang yang susah perlu bantuan,di pasar pasar, rumah sakit di pelosok pelosok... kesempatan bagi yangbtajir melintir tolong sesama./Angry//Angry//Angry/

2025-04-14

0

Kardi Kardi

Kardi Kardi

BOCAH GAUL KESASARRRR. astagfirullah alazimmm

2025-03-22

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!