Arkan, seorang pria kaya dan berkuasa dengan kepribadian yang dingin dan suka mengontrol orang lain, terjebak dalam permainan cinta dengan Aisyah, seorang wanita muda yang cantik dan berani. Aisyah memiliki tujuan tertentu untuk Arkan, dan ia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Arkan memiliki rencana untuk Aisyah, tetapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Aisyah. Ia mulai mempertanyakan perasaan dirinya sendiri dan mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam hatinya.
Aisyah sendiri juga memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh Arkan. Ia memiliki tujuan untuk membalas dendam kepada orang yang telah menyakiti keluarganya, dan Arkan menjadi bagian dari rencananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Wirdan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Arkan memasuki ruang pertemuan di mana tim barunya sudah menunggu. Mereka semua terlihat muda dan bersemangat, dan Arkan bisa merasakan energi positif dari mereka.
"Selamat pagi, semua," kata Arkan. "Saya Arkan, pemimpin tim baru ini. Saya senang bekerja sama dengan kalian semua."
Timnya mengangguk dan memperkenalkan diri. Ada seorang ahli teknologi bernama Lila, seorang ahli bela diri bernama hito, dan seorang ahli analisis bernama Nadia.
Arkan tersenyum. "Saya sudah mendengar tentang kemampuan kalian semua. Saya yakin kita akan bekerja sama dengan baik."
Direktur memasuki ruang pertemuan dan memberikan Arkan sebuah folder tebal. "Ini adalah misi pertama kalian," kata dia. "Sebuah perusahaan teknologi telah diretas, dan kita harus mencari tahu siapa yang berada di baliknya."
Arkan membuka folder dan memindai dokumen-dokumen di dalamnya. "Saya lihat kita memiliki beberapa petunjuk," kata dia. "Lila, dapatkah kamu melacak alamat IP yang digunakan oleh hacker?"
Lila mengangguk. "Saya akan mulai bekerja sekarang juga," kata dia.
" hito, Nadia, saya ingin kalian memeriksa keamanan perusahaan dan mencari tahu apakah ada yang tidak beres," kata Arkan.
hito dan Nadia mengangguk dan berdiri. "Kami akan segera melapor kembali," kata hito .
Arkan tersenyum. "Baiklah, mari kita mulai bekerja. Kita memiliki misi untuk diselesaikan."
ARkan dan Nadia memeriksa ruangan tersebut dan menemukan beberapa petunjuk yang menarik. Mereka menemukan beberapa kabel yang terhubung ke komputer dan sebuah perangkat keras yang tidak biasa.
"Apa ini?" tanya Nadia, memegang perangkat keras tersebut.
Arkan memeriksa perangkat keras itu dan menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu, tapi saya rasa ini bisa menjadi petunjuk penting."
hito memasuki ruangan, membawa orang yang mencoba melarikan diri. "Saya sudah menangkapnya," kata hito.
Arkan memandang orang tersebut dengan tajam. "Siapa kamu? Dan apa yang kamu ketahui tentang peretasan ini?"
Orang tersebut terlihat takut, tapi dia tidak menjawab. Arkan memutuskan untuk menggunakan taktik yang berbeda.
"Lila, dapatkah kamu memeriksa perangkat keras ini dan mencari tahu apa yang bisa kamu temukan?" tanya Arkan melalui komunikasi radio.
"Ya, saya akan memeriksa sekarang juga," jawab Lila.
Setelah beberapa menit, Lila kembali melalui komunikasi radio. "Saya telah menemukan sesuatu. Perangkat keras ini adalah sebuah alat untuk mengenkripsi data. Dan saya juga menemukan sebuah pesan yang tersembunyi di dalamnya."
Arkan tersenyum. "Apa pesan itu?"
"Pesan itu mengatakan bahwa peretasan ini hanya permulaan. Dan bahwa mereka akan melakukan sesuatu yang lebih besar lagi," kata Lila.
Arkan memandang orang tersebut dengan tajam. "Kamu tahu apa yang akan terjadi, bukan?"
Orang tersebut mengangguk, dan Arkan bisa melihat ketakutan di matanya. "Kita harus memberitahu direktur tentang ini," kata Arkan. "Kita harus siap untuk menghadapi apa yang akan datang."
Arkan dan timnya memutuskan untuk membawa orang tersebut ke markas besar untuk diinterogasi lebih lanjut. Ketika mereka tiba di markas besar, direktur sudah menunggu mereka.
"Apa yang kamu temukan?" tanya direktur.
Arkan menjelaskan tentang perangkat keras dan pesan yang ditemukan. Direktur mendengarkan dengan serius, wajahnya semakin gelisah.
"Ini tidak baik," kata direktur. "Kita harus segera mengambil tindakan. Siapkan tim untuk menghadapi kemungkinan serangan."
Arkan mengangguk dan segera memerintahkan timnya untuk bersiap-siap. Mereka semua tahu bahwa ini bukan lagi hanya tentang peretasan, tapi tentang keamanan nasional.
Sementara itu, orang yang ditangkap oleh Arkan terus diam, tidak mau berbicara. Arkan memutuskan untuk menggunakan taktik yang berbeda.
"Aku tahu kamu tahu lebih banyak daripada yang kamu katakan," kata Arkan. "Aku juga tahu bahwa kamu tidak ingin terlibat dalam ini. Tapi, kamu harus memberitahu kami apa yang kamu tahu. Jika tidak, kamu akan menjadi korban berikutnya."
Orang tersebut memandang Arkan dengan mata yang penuh ketakutan. "Aku... aku tidak bisa," kata dia. "Mereka akan membunuhku jika aku berbicara."
Arkan memandang orang tersebut dengan tajam. "Kamu akan mati jika kamu tidak berbicara. Kamu harus memilih."
Orang tersebut ragu-ragu sejenak, lalu mulai berbicara. "Aku... aku hanya seorang bawahan. Aku tidak tahu banyak tentang rencana mereka. Tapi, aku tahu bahwa mereka memiliki rencana untuk menyerang pusat kota hari ini."
Arkan dan timnya segera bereaksi. "Kita harus segera memberitahu pihak berwenang dan mencegah serangan ini," kata Arkan.
Mereka semua bergerak cepat, berusaha untuk mencegah serangan yang akan terjadi. Tapi, apakah mereka akan berhasil?
ARkan dan timnya segera menghubungi pihak berwenang dan memberitahu mereka tentang rencana serangan tersebut. Pihak berwenang langsung bergerak cepat untuk mencegah serangan tersebut.
Sementara itu, Arkan dan timnya terus memeriksa informasi yang mereka dapatkan dari orang yang ditangkap. Mereka menemukan bahwa serangan tersebut akan dilakukan oleh sekelompok teroris yang telah lama menjadi incaran pemerintah.
"Kita harus segera menemukan lokasi serangan tersebut," kata Arkan. "Kita tidak bisa membiarkan mereka melakukan serangan tersebut."
Timnya mengangguk dan mulai mencari lokasi serangan tersebut. Setelah beberapa jam mencari, mereka akhirnya menemukan lokasi serangan tersebut.
Mereka segera menghubungi pihak berwenang dan memberitahu mereka tentang lokasi serangan tersebut. Pihak berwenang langsung bergerak ke lokasi tersebut dan berhasil mencegah serangan tersebut.
Arkan dan timnya merasa lega ketika mereka mendengar bahwa serangan tersebut telah berhasil dicegah. Mereka semua telah bekerja keras untuk mencegah serangan tersebut dan akhirnya mereka berhasil.
Direktur memuji Arkan dan timnya atas kerja keras mereka. "Kalian semua telah melakukan pekerjaan yang luar biasa," kata direktur. "Kalian telah menyelamatkan banyak nyawa hari ini."
Arkan dan timnya tersenyum, merasa bangga dengan apa yang mereka telah capai. Mereka semua tahu bahwa mereka telah membuat perbedaan dan bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang penting.
Tapi, ketika mereka sedang merayakan keberhasilan mereka, Arkan menerima sebuah pesan dari sebuah nomor yang tidak dikenal. "Ini belum berakhir," kata pesan tersebut.
Arkan memandang pesan tersebut dengan serius. Apakah ini berarti bahwa ada lebih banyak ancaman yang akan datang? Arkan siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.
Arkan memandang pesan tersebut dengan serius, mencoba untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Apakah ini ancaman dari kelompok teroris yang sama yang telah mereka cegah sebelumnya? Atau apakah ini ancaman dari seseorang atau kelompok lain?
Arkan memutuskan untuk memberitahu timnya tentang pesan tersebut. "Saya baru saja menerima pesan yang mencurigakan," kata Arkan. "Pesan itu mengatakan bahwa ini belum berakhir."
Timnya memandang Arkan dengan serius, tahu bahwa ini bisa berarti apa saja. "Kita harus berhati-hati," kata hito. "Kita tidak tahu siapa yang mengirim pesan itu atau apa yang mereka inginkan."
Arkan mengangguk. "Saya setuju. Kita harus meningkatkan keamanan dan siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi."
Mereka semua mulai mempersiapkan diri untuk kemungkinan serangan atau ancaman lainnya. Tapi, Arkan tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Sementara itu, di tempat lain, seseorang sedang memantau Arkan dan timnya. "Mereka sudah curiga," kata orang tersebut kepada seseorang lainnya. "Kita harus bertindak cepat sebelum mereka menemukan apa yang kita sembunyikan."
Orang lainnya mengangguk. "Saya setuju. Kita tidak bisa membiarkan mereka menghalangi rencana kita."
Mereka berdua tersenyum, tahu bahwa permainan sudah dimulai. Tapi, apa yang mereka tidak tahu adalah bahwa Arkan dan timnya sudah siap untuk menghadapi mereka. Permainan kucing dan tikus sudah dimulai, dan Arkan siap untuk menjadi kucing yang akan menangkap tikus.