NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29 : Blood and Sweat

Hutan Bukhansan di tengah malam terasa seperti raksasa yang sedang menahan napas. Udara dingin yang membeku membuat setiap embusan napas para member terlihat seperti uap putih di bawah cahaya bulan yang pucat. Tidak ada lagi kenyamanan limusin atau kemewahan asrama; yang ada hanyalah gesekan sepatu bot pada tanah berbatu dan suara napas yang kian memberat.

Heeseung terus melangkah dengan kaki yang gemetar. Di punggungnya, Jay mulai kehilangan kesadaran. Darah dari luka kaki Jay telah merembes ke jaket Heeseung, menciptakan aroma besi yang tajam di tengah udara pegunungan yang murni.

"Jay, tetaplah bangun. Jangan tutup matamu, kau dengar?" bisik Heeseung, suaranya parau.

"Aku... aku hanya ingin tidur sebentar, Hyung," gumam Jay lemah. "Lantainya... kenapa terasa sangat dingin?"

"Bukan lantai, ini gunung! Kita hampir sampai!" Yujin menyambar tangan Jay, mencoba memberikan kehangatan. Ia menoleh ke arah Jake yang terus memantau tabletnya dengan cahaya yang diredupkan. "Jake, berapa jauh lagi?"

"Tiga ratus meter menuju puncak. Tapi ada masalah besar," Jake berhenti sejenak, wajahnya pucat diterpa sinar layar. "Pasukan taktis Madam Joo sudah mulai mendaki dari sisi timur. Mereka menggunakan thermal goggle. Mereka akan sampai di puncak dalam sepuluh menit."

"Kita tidak punya sepuluh menit!" seru Gaeul. Ia melihat ke arah tanjakan curam di depan mereka. "Heeseung-oppa sudah kelelahan. Biarkan kami yang membantu menggendong Jay!"

"Tidak," Jay tiba-tiba membuka matanya, ada kilatan tekad di sana. "Turunkan aku. Aku bisa merangkak jika perlu. Jangan biarkan aku memperlambat kalian."

"Jangan bodoh, Jay!" bentak Sunoo sambil menangis. "Kita sampai di sini bersama, kita akan ke puncak bersama!"

Sementara itu, di puncak tertinggi Bukhansan, di depan sebuah altar batu kuno yang telah tertutup lumut selama berabad-abad, Wonyoung dan Sunghoon berdiri dalam lingkaran cahaya emas. Piringan emas di tangan Wonyoung kini berputar dengan kecepatan tinggi, memancarkan frekuensi yang membersihkan kabut di sekitar mereka.

"Mereka datang," bisik Sunghoon. Ia bisa mendengar suara ranting patah dan detak jantung yang familiar dari kejauhan. "Tapi mereka terluka, Wonyoung. Aku bisa merasakan rasa sakit Jay dari sini."

"Itu karena piringan ini mulai menyinkronkan seluruh sisa energi klan kita," jawab Wonyoung. Wajahnya bersinar karena pantulan emas. "Sunghoon-ssi, piringan ini menuntut sesuatu yang lebih dari sekadar keberanian. Ia menuntut pengorbanan dari 'darah dan keringat' kita sebagai manusia."

Tiba-masing, dari balik semak-semak, Yujin dan Heeseung muncul, diikuti oleh seluruh rombongan yang tampak hancur secara fisik. Begitu melihat Wonyoung, Leeseo langsung berlari dan memeluk kakaknya.

"Eonni! Jay-oppa... dia..."

Wonyoung melihat Jay yang dibaringkan di atas batu datar. Hatinya mencelos melihat kondisi temannya. Tanpa kekuatan regenerasi, luka itu terlihat sangat fatal.

"Letakkan dia di tengah altar!" perintah Han yang muncul dari balik bayang-bayang pilar batu. "Cepat! Madam Joo sudah berada di lereng bawah!"

Saat Jay diletakkan di tengah, piringan emas itu melayang di atas tubuhnya. Cahaya emasnya menyentuh luka Jay, namun bukannya menutup luka itu dengan sihir, cahaya itu justru mulai menyerap darah yang mengalir.

"Apa yang terjadi?!" teriak Sunghoon.

"Ini adalah ritual The Human Tribute," Han menjelaskan dengan nada berat. "Untuk memutus kutukan Madam Joo dan menghapus dendam masa lalu klan Bumi, piringan ini membutuhkan bukti bahwa klan Star dan Shadow bersedia memberikan nyawa mereka bukan sebagai vampir, tapi sebagai manusia yang saling mencintai satu sama lain."

"Darah dan keringat," bisik Wonyoung. Ia menyadari arti ukiran di piringan itu sekarang.

Wonyoung melangkah maju, ia mengambil belati perak milik Sunghoon. Tanpa ragu, ia menggores telapak tangannya sendiri dan membiarkan darahnya menetes ke arah piringan. Sunghoon melakukan hal yang sama. Satu per satu, Yujin, Jake, Heeseung, dan semua member lainnya memberikan tetesan darah mereka di atas altar.

Itu bukan darah hitam klan kuno. Itu adalah darah merah manusia yang penuh dengan rasa lelah, keringat dari latihan berat selama berminggu-minggu, dan air mata ketakutan.

Seketika, piringan emas itu meledak dalam cahaya yang begitu terang hingga menyinari seluruh langit Seoul. Gelombang energinya menyapu seluruh gunung, membuat pasukan Madam Joo yang sedang mendaki terpental jatuh dan kehilangan kesadaran.

Di tengah cahaya itu, luka di kaki Jay mulai menutup. Bukan dengan sihir instan, tapi dengan percepatan biologis yang alami. Napas Jay kembali teratur, dan warna di wajahnya kembali merona.

Madam Joo sampai di puncak tepat saat cahaya itu meredup. Ia berdiri dengan napas terengah-engah, memegang pistol dengan tangan gemetar. Namun, saat ia melihat piringan emas itu, ia jatuh berlutut.

Piringan itu tidak lagi berbentuk benda padat. Ia telah menguap menjadi jutaan partikel cahaya yang masuk ke dalam tubuh setiap member.

"Kau... kalian menghancurkannya?" rintih Madam Joo. "Itu adalah satu-satunya peninggalan leluhurku!"

"Bukan menghancurkannya, Madam," ucap Wonyoung sambil melangkah mendekati wanita itu. "Kami telah membebaskannya. Energi piringan itu kini menjadi pelindung alami bagi kami. Selama kami tetap bersama dan saling peduli, tidak ada sihir hitam atau kontrak manusia yang bisa menyentuh kami lagi."

Sunghoon berdiri di samping Wonyoung, menatap Madam Joo dengan iba. "Dendammu sudah selesai. Leluhurmu tidak ingin kau menjadi monster untuk membalas dendam pada monster. Mereka ingin kau melihat bahwa kami telah berubah."

Madam Joo menunduk, menangis tersedu-sedu di atas tanah berbatu. Kekuasaannya telah berakhir. Keinginannya untuk mengontrol "properti negara" hancur oleh kekuatan persahabatan yang melampaui logika intelijen.

Fajar akhirnya benar-benar menyingsing di puncak Bukhansan. Kali ini, matahari terbit dengan warna yang paling indah yang pernah mereka lihat.

Jay duduk perlahan, dibantu oleh Gaeul. "Aku... aku merasa seperti baru saja lari maraton sejauh seribu kilometer."

"Kau memang melakukannya, Jay-ya," canda Jake sambil merangkulnya.

Wonyoung dan Sunghoon berdiri di tepi tebing, menatap kota Seoul yang mulai terbangun di bawah sana. Mereka bukan lagi buronan. Mereka bukan lagi senjata. Mereka adalah manusia yang telah melewati ujian terberat dalam sejarah mereka.

"Darah dan keringat kita..." ucap Wonyoung pelan.

"Ternyata itu jauh lebih berharga daripada keabadian," sambung Sunghoon. Ia merangkul pinggang Wonyoung, dan kali ini, ia tidak peduli jika ada kamera yang melihatnya. Karena di puncak gunung ini, mereka adalah raja dan ratu dari takdir mereka sendiri.

Pesan dari Noirsz:

Bab ini bener-bener aku buat emosional banget! Persahabatan IVE dan ENHYPEN akhirnya mencapai puncaknya (secara harfiah di puncak gunung!). Jay selamat, dan Madam Joo akhirnya sadar kalau dia nggak bisa melawan kekuatan hati manusia.

Kalian terharu nggak sama perjuangan mereka? Yuk dukung terus ceritanya ya...

Like kalau kalian bangga sama solidaritas mereka!

Komen "WE ARE ONE" di bawah untuk merayakan bersatunya klan Star, Shadow, dan Bumi!

Share ke grup chat kalian, kasih tau kalau pahlawan kita akhirnya menang loh!

Jangan ke mana-mana, Chapter selanjutnya akan segera hadir!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!