Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?
"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri
"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Setelah memberhentikan mobilnya tepat dibelakang motor yang seperti milik Nisa, tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibirnya, Rian langsung turun dari mobil mendekati motor matic yang berwarna merah hitam itu.
"Bu. Ini motornya Rara! Astaghfirullah, Rara dimana kamu sayang?"
Rian berteriak pada Bu Ratna yang sedang berjalan tergesa mendekatinya bersama Yuli, Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, berharap kekasihnya muncul dengan keadaan baik-baik saja.
"Mas kenal dengan pemilik motor ini? maaf kuncinya tadi saya amankan, takutnya ada orang yang berniat jahat. Walaupun disini aman tapi tetap saja harus waspada."
Suara laki-laki setengah baya dari arah belakang yang maju mendekat sambil memberikan kunci motor yang diambilnya tadi karena masih menggantung di motor. Membuat 3 orang yang sedang berdiri mengelilingi motor punya Nisa langsung menoleh dan serempak mengangguk.
"Iya pak, Ini motor putri saya.Apa bapak melihatnya?"
Bu Ratna menjawab kemudian diakhiri dengan bertanya penuh harap.
"Saya tidak tau dengan pasti apa yang terjadi sebenarnya. karena tadi pas saya mau lewat, disini ada mobil juga dan pintunya seperti terbuka. Jaraknya sama saya memang agak jauh, pas mau saya samperin mobilnya langsung pergi ke arah jalan raya belok kiri.
Dan saya juga agak kaget, karena ada motor dengan kunci yang menggantung. Maaf bukan menakuti, saya cuma sering lihat berita di tv dengan kejadian yang sama. Semoga saja putri ibu baik-baik saja."
"Astaghfirullah Adek, hiks. Dimana kamu sayang?"
Bu Ratna langsung menangis, mendengar keterangan laki-laki setengah baya di depannya itu.
Yuli memeluk bu Ratna erat sambil menggigit bibir menahan tangis, ia berharap sahabat yang sudah ia anggap adik itu baik-baik saja.
"Astaghfirullah" Rian mengucap Istighfar dengan suara ditahan sambil menyugar rambutnya frustasi.
Realita menjatuhkannya dari ekspektasi yang dari kemarin ia bayangkan, sepulang dari Surabaya mendapat sambutan dari sang kekasih dan bisa menghabiskan waktu bersama sekalian mencari ilmu. Namun ternyata ia malah dikejutkan dengan menghilangnya Nisa.
"Terimakasih banyak informasinya pak. Dan ini ada sedikit buat beli kopi bapak. Terimakasih banyak sudah membantu mengamankan motor calon istri saya." Rian menyelipkan dua lembar uang berwarna merah pada tangan laki-laki baik itu. Namun dengan tegas laki-laki setengah baya itu menolaknya.
Tapi Rian juga tetap memaksa memberikannya, dan akhirnya diterima dengan berat hati.
"Yul. Boleh minta tolong?" Rian memanggil Yuli yang sedang memeluk bu Ratna.
"Iya mas. Minta tolong apa?"
"Tolong amanin motor. Terserah mau dibawa ke Yayasan atau ke rumah, Saya mau menyusul Rara. Ibu mau ikut saya apa ikut Yuli?" Rian menatap calon mertuanya yang masih sesenggukan dipelukan Yuli.
"Ibu ikut nak Rian aja. Motor bawa kerumah saja disana masih ada Arman. Yuli nanti bareng Sama Arman, susul kami. Ibu mau nelepon ayah."
"Iya Bu." Yuli mengangguk meng iyakan semua instruksi dari Bu Ratna.
Ya Tuhan. Aku harus semobil lagi sama si jalan tol, ogah! lebih baik naik taksi saja lebih nyaman, bareng sama dia berasa jadi patung, gak bisa bergerak leluasa, dipikir gue paspampres lagi dampingin pak presiden upacara gitu, sorry ye!!
Dukk. "Astaghfirullah"
Kurang fokus disebabkan karena bermonolog, Yuli terhuyung ke depan hampir jatuh karena kakinya tak sengaja tersandung.
Bu Ratna pun hampir terseret karena sedang dipapah Yuli menuju mobil Rian.
"Ayo Bu. Ibu yang jangan khawatir, kita do'akan Rara semoga baik-baik saja." Rian membukakan pintu mobil untuk sang calon mertuanya. Dan mencoba memberi sugesti baik pada Bu Ratna. Padahal sebenarnya hatinya lebih tidak karuan, hal-hal buruk menimpa kekasihnya terus membayang-bayangi pikirannya.
Setelah memastikan calon mertuanya duduk, Rian kemudian masuk ke mobil dan kembali menyalakan mesin mobilnya, perlahan ia melajukan mobilnya ke arah kiri sesuai dengan petunjuk laki-laki tadi.
Sedangkan Yuli mengendarai motor Nisa dan menyeberang jalan raya dan kembali masuk ke area komplek, demi mempercepat perjalanannya.
Setelah menempuh perjalanan yang kurang dari 10 menit, Yuli akhirnya sampai di kediaman keluarga Nisa, tepat didepan pagar ia menekan klakson motor berkali-kali, membuat laki-laki yang sedari tadi mondar-mandir sambil memegang hp tergesa membukakan pintu pagarnya, sambil menggerutu kesal.
"Gak kurang banyak klaksonnya? Sudah tau ada orang juga kenapa masih diulang-ulang."
"Maaf A, kan aku gak tau ada Aa diteras" Yuli menjawab tanpa beban sambil mendorong motornya masuk kedalam.
Dasar Ferguso si muka jalan tol! baru segitu saja udah ngomel, kemarin bawa motor gue tanpa ada rasa bersalah padahal sudah tau gue panik! dasar WATADOS! Tapi sedikit ketolong sama gantengnya sih, astagaaa apa-apa ni bibir gak bisa diajak kompromi, isss!
"Cepetan masuk! lagi buru-buru juga, masih saja ngekhayal."
Suara Arman mengagetkan Yuli yang sedang asyik dengan monolognya sendiri seperti biasa, memaki Arman dalam hati menjadi kesenangan Yuli karena bisa melampiaskan sedikit kekesalannya.
Sedangkan Rian mengendarai mobilnya dengan fikiran yang tak karuan, dari tadi ia menenangkan Bu Ratna padahal hatinya pun acak-acakan, ia mencoba menepis hal-hal buruk yang terus menari-nari di kepalanya, namun semuanya seolah tidak mau pergi dari kepalanya.
Rian memelankan laju mobilnya karena didepan ia melihat ada warga dan pengguna jalan lainnya sedang berkerumun, ia melongokkan kepalanya keluar dari jendela mobil.
"Maaf mas. Didepan ada apa ya? apa ada laka lantas?"
Rian bertanya pada pemuda yang keluar dari arah kerumunan.
"Itu ada pasangan mesum di dalam mobil mas. Untung ketahuan warga dan langsung dilaporin ke RT."
"Oh" Rian hanya menjawab dengan ber oh ria saja, namun jarak beberapa detik ia kaget. Astaghfirullah!
Rian menggelengkan kepalanya berusaha membuang fikiran buruknya dan entah kenapa badannya tiba-tiba gemetar.
Perlahan ia turun dari mobil melangkah belok menuju kerumunan orang yang berada tak jauh dari jalan raya.
Samar-samar Rian mendengar suara tangisan pilu perempuan yang tidak asing ditelinganya.
🍁🍁🍁
jagain fahri atuhhh
masih membanggongkan ceritanya😯