NovelToon NovelToon
Pernikahan (Bukan) Impian

Pernikahan (Bukan) Impian

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hana Ame

Alina berkali kali patah hati yang dibuat sendiri. Meski dia paham kesalahannya yang terlalu idealis memilih pasangan. Wajar karena ia cantik dan cerdas serta dari keluarga terpandang. Namun tetap saja dia harus menikah. Karena tuntutan keluarga. Bagaimana akhir keputusannya? Mampukah ia menerima takdirNya? Apalagi setelah ia sadari cinta yang sesungguhnya setelah sosok itu tiada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Ame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dilamar

Alina tak pernah membayangkan dirinya akan jatuh cinta lagi. Setelah luka-luka lama yang ia sembunyikan rapi, setelah tahun-tahun yang ia habiskan dalam kesunyian yang nyaman, ia pikir hatinya telah cukup kuat untuk berdiri sendiri. Ia telah membangun dunia tanpa celah bagi siapa pun untuk masuk.

Tapi Roy datang—bukan dengan janji-janji manis atau kata-kata yang menggetarkan. Ia datang dengan kesabaran. Dengan tatapan yang tak menuntut, dengan kehadiran yang terasa seperti rumah. Roy tidak memaksa Alina untuk berubah, tidak meminta Alina untuk membuka hati dengan segera. Ia hanya ada di sana, dalam keheningan yang penuh pengertian.

Alina ingat pertama kali Roy mengajaknya bertemu anak-anaknya. Ia melihat bagaimana Roy bukan hanya seorang pria yang ingin menikah lagi, tetapi juga seorang ayah yang ingin tetap menjaga keseimbangan. Ia melihat caranya berbicara, cara matanya melembut saat menatap anak-anaknya, dan cara ia menjaga Alina tetap nyaman di tengah segala skeptisisme yang ada.

Kebersamaan Alina bersama anak anak Roy, Arka, Andien dan Adit, juga sudah Alina maknai sebagai sebuah anugerah yang tidak setiap orang mampu menerimanya. Dan Alina sudah ikhlas menjalani setiap momen bersama keluarga kecil itu yang dalam benaknya, mampu menerimanya apa adanya. Alina tidak ingin berpikir jauh, lebih tepatnya berprasangka buruk pada anak anak calon suaminya itu. Karena menurutnya mereka sudah bersikap cukup baik di hadapannya. Dan keberadaan mereka yang tanpa ibu itulah justru yang memicu kasih sayangnya dan perasaan yakin dalam hatinya, bahwa ia bisa menjalani semua tanggung jawab itu jika memang Allah menghendakinya demikian.

Waktu berlalu, dan tanpa ia sadari, Roy telah menjadi bagian dari hari-harinya. Perbincangan mereka yang awalnya ringan menjadi lebih dalam. Keberadaan Roy yang dulu hanya sekadar kebiasaan kini menjadi kebutuhan. Alina menyadari bahwa meski ia pernah berpikir bisa hidup sendiri, ia tak bisa mengabaikan perasaan yang perlahan tumbuh.

Maka ketika Roy, dengan tatapan penuh harap, akhirnya melamarnya, Alina terdiam. Bukan karena ragu, tetapi karena hatinya sedang mengeja kata-kata yang selama ini ia hindari, ia ingin bersama lagi. Bukan karena ia takut sendiri, tetapi karena Roy telah menunjukkan bahwa cinta yang tulus tidak datang untuk mengikat, melainkan untuk menyertai.

Dengan senyum yang perlahan mengembang, Alina mengangguk. Kali ini, ia memilih untuk percaya. Kali ini, ia memilih Roy.

* * *

Suasana di ruang keluarga. Bu Anik duduk di sofa dengan ekspresi serius, sementara Alina berdiri di dekat jendela, menatap keluar. Percakapan mereka sudah berlangsung cukup lama, dan ketegangan masih terasa.

Bu Anik menghela napas, nada suaranya tegas tapi hati-hati, "Alina, kamu yakin dengan pilihanmu? Roy itu duda dengan tiga anak remaja. Hidupmu nggak akan mudah."

Alina pun serta merta berbalik, menatap ibunya dengan tenang, "Aku tahu, Bu. Aku bukan gadis muda yang naif. Aku sudah mempertimbangkan ini."

Bu Anik kembali menggeleng, ekspresinya gusar, "Tapi kenapa harus dia? Kenapa bukan Iwan? Dia sudah lama menunggu kamu. Dia lebih… cocok."

Alina tersenyum kecil, tapi matanya tegas, "Iwan bukan pilihan, Bu. Aku sudah bilang sejak dulu, aku nggak akan menikah dengannya."

Bu Anik berusaha menekan perasaan, suaranya lebih lembut tapi tetap berat, "Tapi Alina… Roy itu punya tanggung jawab besar. Anak-anaknya belum tentu bisa menerimamu."

Alina menghela napas, duduk di samping ibunya, meraih tangan beliau dengan lembut, "Bu, bukankah Ibu sendiri yang bilang kalau aku sudah cukup umur untuk menikah? Bukankah Ibu ingin aku segera menemukan pasangan?"

Bu Anik terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan, "Iya, tapi bukan seperti ini… Aku ingin kamu bahagia."

Alina nampak tersenyum tipis, menatap ibunya dengan penuh kasih, "Bu, bahagia itu bukan tentang memilih jalan yang paling mudah. Aku tahu menikahi Roy berarti menghadapi banyak hal. Tapi aku siap. Aku memilih dia bukan karena dia sempurna, tapi karena dia membuatku merasa utuh."

Bu Anik menatap putrinya lama, lalu akhirnya menghela napas panjang, menyerah pada keyakinan Alina, "Kalau itu memang keputusanmu… Ibu hanya bisa berdoa semoga kamu kuat dan bahagia."

Alina hanya tersenyum, menggenggam tangan ibunya lebih erat, "Terima kasih, Bu. Itu sudah lebih dari cukup buatku."

Bu Anik masih menyimpan kegelisahan di hatinya, tapi ia tahu putrinya bukan lagi anak kecil. Ia hanya bisa berharap Alina benar-benar tahu apa yang ia lakukan.

Alina pun masuk kamarnya untuk beristirahat, setelah ia berbaring, dipandanginya sebentuk cincin yang bersinar indah di jari manisnya. Sekelebat bayangan Roy hadir di benaknya dan membuatnya tersenyum.......

1
Queen's
hii, ijin promosi ya kak,

cek profil aku ada cerita terbaru judulnya

THE EVIL TWINS

atau langsung tulis aja judulnya di pencarian, jangan lupa mampir dan favorit kan juga ya.

terima kasih
Mít ướt
Jleb banget ceritanya!
Kavaurei
Nangkring terus
BillyBlizz
Aduh thor, saya udah kecanduan dengan ceritanya, makin cepat update-nya ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!