Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pemakaman
Daud masih duduk di depan pusara istrinya yang menjadi satu dengan anaknya. Wajahnya terlihat mendung. Di tatapnya foto istri dan anaknya yang tercetak cukup besar di atas pusara yang masih basah. mereka berdua tampak cantik dan bahagia tersenyum lebar. Entah kapan dan siapa yang mengambil foto tersebut. Daud tidak pernah merasa mengambil foto tersebut, bahkan baru kali ini melihatnya
Mungkin Bi Inah atau salah satu kerabat Hana yang memilikinya. Atau bisa jadi mengambil dari media sosial Hana. Yang jelas pengurusan jenazah sejak dari rumah sakit sampai dimakamkan keluarga besar Hana dari pihak ibunya yang mengurusi. Almarhum ayah Hana anak yatim piatu yang tumbuh besar beseeta salah satu saudaranya dan sisanya di panti asuhan.Tidak ada keluarga yang tersisa selain keponakannya yang sudah lama tinggal di luar negri. Sementara Daud sendiri masih belum sanggup melakukan kewajibannya sehingga memilih menyetujui permintaan keluarga Hana yang mengambil alih pengurusan. Bahkan Daud tidak menolak saat keluarga Hana mengatakan akan menguburkan jenazah kedua ibu dan anak tersebut di pemakaman keluarga mereka di Bogor.
"Sebaiknya abang pulang sekarang, hari sudah mulai gelap. Besok abang bisa kesini lagi. Habis isya keluarga Hana akan mengadakan doa bersama, jadi alangkah baiknya kita bersiap" suara Ibra sepupunya terdengar mengingatkan. Keluarga lainnya sudah keluar dari tadi, tapi masih menunggu dalam mobil masing-masing. Tak ada sahutan dari Daud. Dia memilih menatap kembali foto di pusara sebelum membacakan Al-fatihah untuk terkahir kalinya dan setelah itu baru beranjak pergi. Ibra mengikuti kakak sepupunya itu dari belakang.
**
Matahari mulai turun ke peraduan tanda malam tiba. Rombongan keluarga dan kerabat yang mengantar ke pemakaman sudah beranjak pulang. Daud adalah yang terakhir pergi, dan rombongan keluarga mereka beriringan menuju salah satu rumah keluarga Bardi yang berada di Bogor sebelum kembali ke rumah keluarga Hana untuk berdoa
Namun saat malam turun satu sosok tiba-tiba saja muncul dan mendatangi kuburan Hana dan Kinanti yang masih basah. Tak terlihat wajah sosok yang mengenakan pakaian serba hitam dengan kerudung panjang yang menutup hampir sebagian mukanya. Rambut panjang kecokelatan nampak terurai membuat wajahnya semakin sulit dilihat.
Sosok tersebut berada disana hanya sekitar 10 menit lalu berbalik dan segera pergi dengan sebuah mobil sedan hitam dan kaca yang gelap. Sosok perempuan tersebut mengenakan kaca mata hitam polarisasinya untuk menutupi mata sembabnya. Matanya mengarah ke jalanan yang mulai dihiasai lampu -lampu malam. Di balik kaca mata hitamnya netranya berkaca-kaca, dadanya terasa sesak. Meski begitu wanita cantik tersebut berusaha tidak mengeluarkan tangisan.
"kita langsung pulang?" tanya sosok pria yang duduk di depan mengendalikan kemudi.
"ya, tapi nanti tolong mampir ke minimarket, dan belikan barang-barang yang kubutuhkan. kukirimkan lewat pesan"
Tak lama dia meraih tasnya dan mengambil HP lalu mengetikan barang yang harus dibelinya dan mengirim tombol send .
"sudah kukirim, cari yang terdekat dari rumah saja. Kamu belilah makan untuk malam ini, jangan sampai kelaparan" tambahnya.
"oke" jawab si sopir singkat.
Perjalanan berlanjut dalam diam sampai mobil berhenti di minimarket yang cukup ramai. Si pengemudi mobil langsung turun dan masuk untuk membelikan pesanan si wanita. Sementara di dalam si wanita meraih handphone dan membuka beberapa laman berita. Tidak ada satupun yang memberitakan secara detil korban kebakaran, hanya ada berita mengenai kebakaran rumah milik pengusaha muda keluarga Bardi dengan korban sepasang ibu dan anak. Sekitar 7 laman berita dan semua berita kebakaran tersaji dengan narasi yang sama. Yang muncul justru profil perusahaan milik keluarga Bardi yang cukup besar meski belum bisa dihitung konglomerat. dan seperti pepatah bad news is a good news pemberitaan usaha keluarga Bardi menjadi promosi gratis bagi mereka.
Wanita cantik ini tersenyum sinis dan menutup semua lama berita yang tadi dibukanya. Kini tangannya beralih dan membuka akun media sosial milik @nadesikohana dan menggulirkan tangannya untuk memindai foto di halaman media sosial itu. Seulas senyum tipis muncul manakala matanya menemukan foto Hana yang sedang menggendong bayi Kinan yang baru lahir. Tapi wanita ini tahu dibalik senyum yang diperlihatkan Hana tersimpan amarah dan luka yang besar. Tangannya mengepal tanpa sadar sampai dan nafasnya tersengal.
"Brukk" kesadaran wanita itu kembali setelah mendengar suara nyaring yang bersumber dari plastik belanja yang dilempar begitu saja oleh sang pengemudi mobil. Lalu suara pintu yang tertutup kencang pun menyusul
"Kenapa" tanya si wanita menyadari ada hal ganjil.
" di dalam ada Arsyad Bardi sedang berbelanja. Aku mendengar dia bicara menyatakan bahwa akhirnya wanita itu mati juga, jadi kita bisa tenang"
dia menghembuskan nafas dengan keras seolah dengan itu kemarahannya akan berkurang. " Aku yakin dia membicarakan Kinan dan Ibunya. Brengsek" rutuknya sambil memukul setir
" lantas, untuk apa kamu emosi. Biarkan saja. Kita pulang" jawab si wanita santai. Sempat berusaha untuk menolak,namun melihat ketenangan si wanita akhirnya si pria memilih menjalankan kembali mobilnya. Tidak sampai 2km mobil tersebut berbelok ke arah perumahan yang cukup asri dan berhenti di sebuah rumah mungil dengan tanaman bunga yang indah.
keduanya turun disambut sepasang suami istri yang dengan cemas menunggu mereka kembali.
"Alhamdulillah neng kamu kembali" ujarnya lega
" iya Bik, Alhamdulillah. sudah ga usah cemas semuanya baik-baik saja selama kalian bersamaku " ucap si wanita dengan sendu. Lalu dipeluknya wanita tua yang begitu menyayangi dirinya dengan tulus. Bahkan keluarga si bibik mendukungnya, padahal mereka gak ada hubungan darah sama sekali. Dan baginnya ini sebuah rezeki yang tak terukur.
"Malam ini paman Hamid menggelar doa di rumahnya. saya akan datang kesana . Bibi dan Mamang mau ikut" tanya si pria muda yang mengemudi mobil tadi ditujukan untuk sepasang suami istri tersebut.
Kedua orang tua tersebut berpandangan, berkomunikasi dalam diam lewat tatapan mata. Ah rasanya pasti menyenangkan kalau punya seorang yang seolah mampu membaca apa yang ada dalam hati pasangannya. Lalu si suami menjawab
"Biar mamang saja, Bibi tetap disini menemani mereka berdua" ujarnya sambil menunjuk ke arah kamar dimana si wanita muda tadi masuk ke kamar anaknya .
"Baiklah, kalau begitu ayo bersiap mang. Saya rasanya harus mandi dulu, badan saya lengket " ujar s pria muda
" Baik aden" jawab si mamang dan langsung menuju ke belakang menyusul istrinya yang sudah beranjak lebih dulu. Si mamang juga harus ganti baju dan tak lama keluar dengan memakai baju koko warna kream dan celana hitam. Peci hitam dia bawa si tangannya.
"Aku keluar dulu Nah, kamu jagalah nona kecil dan Ibunya, mungkin kami pulang malam. Jangan bukakan pintu sampai yakin itu aku dan aden yang datang" kali ini si mamang memberikan instruksi yang diiyakan sang istri. Lalu di langkahkan kaki menunu ke depan supaya tidak datang setelah sang majikan.