Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana yang telah tersusun
Megan sibuk mencari sang istri yang tak kunjung ketemu.
"Kemana kamu Amora? Bahkan nomor mu tak bisa dihubungi!" geram Megan sambil berdecak kesal.
"Istrimu emang aneh, nggak heran kalau dia suka cari perhatian!" sinis Melinda, berjalan dari arah belakang mendahului asisten putranya.
Megan mendengus mendengar ucapan Mamanya. "Dia tidak seperti itu."
"Tapi kau lihat sendiri sekarang, Megan! Bahkan dia tidak pulang berhari-hari! Menang istrimu itu merepotkan, Mama sangat menyesal kamu harus menikahi wanita kampungan seperti itu! Selain tidak berpendidikan dia juga tidak bisa dibanggakan dalam hal apapun!"
Megan menghela napas mendengar ucapan Mamanya yang kembali merendahkan menantunya sendiri.
"Apa berita yang kau bawa?" tanya Megan. Sambil berbalik menghadap asistennya. Tidak ingin berdebat dengan mamanya yang sejak awal tak menyukai sosok Amora.
Bobin membeberkan yang ia ketahui. Tetapi dari semua berita yang dibawa, lelaki itu tahu akan membuat tuannya kecewa.
"Bagaimana mungkin tak ada jejak apapun!" geram seorang lelaki menatap wajah pria didepannya.
Bobin menunduk tak berani sekedar mengangkat kepalanya. Sudah berjam-jam ia mencari keberadaan istri tuannya, tetapi tak ada petunjuk apapun. Bahkan namanya saja tidak terdaftar sebagai pasien rumah sakit tempat terakhir kali Amora terlihat.
Megan jelas geram. Istrinya kabur begitu saja dengan membawa sebagian dari dirinya. Amora pergi dalam keadaan hamil.
"Aku mengkhawatirkan janin di perutnya." gumam Megan yang dapat di dengar oleh Melinda.
"Bisa saja Amora tidak hamil, Megan. Itu hanya akal-akalan Amora menarik perhatianmu dengan sengaja meletakkan vitamin penguat kandungan di laci. Orang seperti nya akan melakukan apapun untuk mencari perhatian."
"Dia masih istriku, Ma. Mama tidak memiliki hak apapun untuk mengatur rumah tangga kami!" sergah Megan mulai tersulut emosi.
Melinda menatap tak percaya pada putranya yang berani meninggikan suaranya demi seorang Amora, menantunya yang rendahan itu.
Megan tak mengatakan apa-apa lagi, dia bergegas memasuki ruang kerjanya dan di susul oleh Bobin.
Tak perduli dengan Mamanya yang terus meneriakkan namanya.
Sampai di ruang kerja, Megan mengetatkan rahangnya.
"Tuan, sepertinya nyonya sengaja menyembunyikan jati dirinya." celetuk Bobin yang berhasil membuat Megan menatapnya tajam.
"Apa maksud mu?"
Bobin buru-buru membenahi perkataannya. "Mungkin nyonya tidak menggunakan namanya saat berobat, sehingga tidak ada informasi apapun tentang pasien yang bernama Amora."
"Mustahil!" Bantah Megan, Amora tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan jati dirinya. Menjadi nyonya Megan adalah prestasi terbesar bagi wanita itu.
*******
Masih di ranjang pasien Amora mendengarkan hasil pemeriksaan dirinya.
Setelah semua hasil di terangkan kini Mia menatap dalam wanita yang menjadi pasiennya.
"Benarkah orang yang memonopoli Megan adalah adikmu sendiri?"
Amora tidak menjawabnya, namun wanita itu malah menangis lirih. Rasa sesak di hatinya tidak mampu ditahan lagi.
Di sisi lain ada Varel yang diam bergeming menatap Amora yang tak kuasa menahan air matanya. Tangisan Amora sudah cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Mia.
Laki-laki itu mendekat, ia mengusap bahu Amora dengan lembut. "Menangislah Amira, tidak apa-apa. Siapa tahu beban mu bisa sedikit berkurang."
"Terima kasih, aku nggak tau harus bilang apa lagi selain kata terimakasih pada kalian." Amora melihat pada Mia dan Varel satu persatu. Suara wanita itu terdengar serak. Namun, ia memaksakan seulas senyum.
Melihat Amora yang berusaha tegar itu membuat ekspresi Varel mengeras. Ia masih sulit percaya Amora diperlakukan dengan acuh oleh suaminya sendiri.
Wajah sedih dan kecewa yang terlukis di paras Amora membuat Varel merasa iba.
"Aku sudah siap menjalani operasi. Bolehkah kita pergi secepatnya?" tanya Amora dengan senyum tipis yang tampak dipaksakan.
Varel menatap Mia sejenak sebelum akhirnya lelaki itu mengangguk.
"Seperti yang kamu mau." jawab Varel tegas.
Amora sadar dibalik keputusannya ini akan ada hal besar yang akan terjadi. Operasi yang akan dia jalani kemungkinan keberhasilan 50%. Amora tidak takut menjalaninya, jikapun dia kalah dimeja operasi, berarti itu sudah menjadi jalan takdirnya.
"Ada yang ingin kamu katakan?" tanya Varel melihat Amora yang seolah ingin bicara.
"Seminggu lalu, aku menghubungi seseorang yang ku percaya untuk membantuku mengurus berkas penting."
"Maksudmu berkas perceraian?" tebak Varel
Amora mengangguk.
"Apakah kau sudah yakin?"
"Aku tidak akan menyesali keputusanku." katanya serius.
Varel termenung sejenak, sebelum merendahkan sedikit tubuhnya.
"Kamu tak usah khawatir, keberadaan mu tidak akan pernah suamimu temukan, bahkan walau kalian tinggal dikota yang sama. Kecuali kalian ditakdirkan bertemu lagi."
Senyum tipis tersungging di bibir Varel, satu langkah lagi, dengan sekali tepuk dua musuh akan menemui nasib buruknya.
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...