Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Sengaja Bertemu
Saat ini Saturnus Band sedang berkumpul di Apartemen Reyhan. Mereka habis melakukan latihan bersama, sebentar lagi mereka diundang mengisi acara di pembukaan cafe baru.
Dimas merebahkan tubuhnya di sofa, ia memegang perutnya dengan lesu. "Gue laper banget." Keluhnya.
"Lo gak punya makanan Rey?" Tanya Dimas.
Reyhan mengedikkan bahunya. "Cari aja di dapur." Ucapnya.
Dimas mencebikkan bibirnya. "Gue ragu Lo nyetok makanan." Ia bangkit dari duduknya menuju dapur milik Reyhan.
Dimas membuka kulkas Reyhan, dan benar saja tidak ada makan di sana. Hanya ada telur dan beberapa sayuran.
Dimas beralih membuka laci, di sana ia menemukan banyak mie instan. Yah daripada dia kelaperan mending buat mie bukan.
"Guys gue mau buat mie, kalian mau gak?!!" Teriak Dimas.
"Sekalian Dim!!!" Teriak Bagas.
"Oke!" Dimas dengan cepat membuka empat bungkus mie instan. Mumpung dia sedang baik hati jadi ia akan membuatkan mie untuk teman-temannya dengan senang hati.
Setelah beberapa saat ia bergulat didapur, akhirnya mie instan buatannya sudah matang. Dimas mengambil mangkuk dan menuangkan mie ke dalamnya.
Dimas berjalan menuju ruang tamu, dimana teman-temannya berkumpul. Aroma mie instan menyeruak di ruangan.
Mereka langsung menoleh pada Dimas yang berjalan dengan mangkuk ditangannya.
"Kok cuma satu." Ucap Bagas.
"Ini punya gue. Lo ambil sendiri di dapur. Yakali gue udah masak, terus ngelayanin kalian juga." Ucap Dimas.
"Nanggung amat Lo berbuat baik." Timpal Bagas yang langsung berdiri dan pergi menuju Dapur.
"Bersyukur udah dibuatin!!" Ucap Dimas kesal.
Dimas duduk di bawah, ia meletakkan mienya di atas meja. Dengan cepat ia langsung makan mie miliknya.
"Kalian gak makan?" Tanya Dimas pada Aron dan Reyhan.
"Nanti." Ucap mereka.
"Kalo nanti mienya jadi ngembang, gak enak." Dimas lanjut memakan mienya.
Dari arah dapur, Bagas berjalan dengan membawa nampan berisi tiga mangkuk mie instan buatan Dimas.
Bagas duduk disamping Dimas. "Nah! Udah gue bawain nih mienya. Gue tau Lo berdua mager."
Aron tersenyum, ia memberikan dua jempol pada Bagas. "Lo emang pengertian." Ucapnya.
Bagas menyugar rambutnya ke belakang dengan bangga. "Gue!!" Ucapnya.
Dimas berdecih. "Gitu dong dipuji. Gue yang buatin ya Sat!" Gerutunya.
Aron menatap Dimas. "Oh Thanks." Ucapnya.
Dimas melotot tak percaya, cuma itu saja? Bagas tertawa mendengar ucapan Aron, apalagi melihat raut wajah masam milik temannya itu.
Dimas menoleh pada Reyhan yang sedang menyendok mie ke dalam mulutnya. Ia menatap dengan wajah memelas.
"Reyhan.. mereka jahat banget sama gue." Adunya.
Bagas dan Aron memutar bola matanya malas, ia bisa menebak Dimas akan mengadu pada Reyhan seperti biasa.
Reyhan menatap datar Dimas, alisnya terangkat. "Apa?" Ucapnya.
Dimas mencebikkan bibirnya. "Tahu lah! Emang kalian tuh gak ada yang baik sama gue! Kasian banget diri gue selalu merasa terbully." Ucapnya dramatis.
Bagas melirik Dimas kesal. "Mulai... Mulai dramanya."
Dimas menatap sebal. "Tuh kan. Reyhan lihat nih Bagas."
Reyhan menghela nafasnya. "Diem!" Ucapnya singkat.
Aron dan Bagas tertawa mendengar jawaban Reyhan, kasihan sekali Dimas.
Dimas menatap teman-temannya dengan tatapan nanar. "Hati mungilku tersakiti." Ucapnya dengan menyentuh dada.
Aron dan Bagas memutar bola matanya malas, mereka tak menanggapi ucapan Dimas. Bisa panjang nanti jika ditanggapi. Reyhan telah selesai makan, ia berdiri meninggalkan ruang tamu. Ia pergi ke dapur mengambil beberapa minuman.
Setelah itu ia kembali duduk di sofa, Reyhan meletakkan minuman di meja, ia mengambil satu lalu meminumnya.
Aron duduk di samping Reyhan setelah menghabiskan mienya. "Rey gue mau tanya."
Reyhan menoleh, ia menaikkan sebelah alisnya sebagai respon.
"Tadi Lo ke mana dulu? Tumben pas kita udah sampe di apartemen, Lo gak ada." Tanyanya.
"Eh iya, tadi Lo kan yang pulang duluan." Timpal Dimas.
Reyhan terdiam, ia jadi teringat Catherine tadi. Senyum dan tingkah menggemaskannya ketika mendapat coklat masih terngiang jelas dipikiran.
Reyhan berdehem. "Nganter kucing pulang." Jawabnya.
"Hah??"
"Kucing apaan?" Bingung Dimas.
"Lo ketemu kucing di jalan?" Tanya Bagas.
"Tumben banget Lo mau repot gitu." Ucap Dimas.
Reyhan hanya diam, ia menyandarkan punggungnya di sofa. Dia jadi ingin bertemu dengan Catherine lagi, sedang apa gadis itu?
Aron yang berada di samping Reyhan mengernyitkan dahinya heran melihat dia yang tersenyum tipis.
"Reyhan kenapa?" Batinnya.
Dimas yang duduk dibawah pun menatap Reyhan bingung, ia bisa melihat jelas senyum tipisnya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri? Reyhan masih waras kan?" Batinnya.
Dimas menyenggol lengan Bagas, ia menunjuk Reyhan dengan dagunya. "Tuh..."
Bagas yang paham pun menoleh pada Reyhan. "Reyhan senyum?" Batinnya.
----------------
Saat ini Catherine sedang menatap pantulan cermin, ia mengambil liptint lalu mengoleskan pada bibirnya. Ia tersenyum puas melihat pantulan wajahnya di cermin.
Tok tok tok
Catherine menoleh, ia berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Di sana Zidan tersenyum padanya.
"Sudah siap Princess?" Ucapnya.
"Udah. Catherine ambil tas dulu ya Bang." Setelah mengatakan itu ia dengan cepat mengambil tas berisi dompet dan ponsel miliknya.
"Ayok pergi sekarang." Ucapnya dengan semangat.
Saat ini Catherine mengajak Zidan jalan-jalan, ia akan menepati janjinya pada Zidan. Sebelum sepupunya sibuk dengan segala magangnya, maka dia berinisiatif mengajaknya sekarang.
Catherine dan Zidan sudah menaiki mobil, mereka menuju mall. mereka akan menghabiskan waktu di Timezone. ia sangat bersemangat sekarang, sudah lama tidak bermain ke Timezone.
Catherine berbinar cerah melihat Timezone yang ada didepan matanya. "Wahhh."
Zidan tersenyum lembut. "Princess ayo masuk." Ucapnya menggandeng tangan Catherine.
"Kamu mau main apa dulu Princess?" Tanya Zidan.
Catherine menatap ke sekitar. "Abang, aku bingung. aku pengen main semuanya."
Zidan menatap sekitar, matanya tertuju pada satu permainan. "Cathy. Mau main itu dulu?" Ucapnya sambil menunjuk arena Basketball Machine Storm Shot yang tidak jauh dari mereka.
Catherine tersenyum cerah. "Boleh! Ayo Abang."
Catherine dan Zidan menuju ke arena permainan basket. "Mau bertaruh Cathy?"
Catherine menoleh, "Siapa takut?" Ucapnya.
Catherine berdiri di samping, ia menatap sepupunya dengan wajah menantang. "Siapa yang masukin bola terbanyak, bebas belanja apapun. Deal?" Ucap Zidan.
Catherine tersenyum miring. "Deal!"
Catherine dan Zidan saling beradu memasukkan bola ke dalam ring. Mereka terlihat tidak ada yang mau mengalah.
Zidan melirik skor milik Catherine, perbandingannya sangat tipis dengannya. "Cathy dan segala kehebatannya." Batinnya.
Setelah tiga babak permainan, Catherine melihat skornya dengan puas. Ia menoleh pada Zidan dengan menaik turunkan alisnya. "Aku menang." Ucapnya.
Zidan tertunduk lesu, Catherine masih hebat seperti dulu. "Abang sengaja mengalah." Ucapnya dengan mata melihat ke samping.
Catherine tertawa pelan, "Ngaku aja kalau Abang kalah."
Zidan mendengus. "Yahh Abang memang gak bisa mengalahkan mu." Ucapnya.
Catherine mengibaskan rambutnya dengan bangga. "Jadi?"
Zidan tersenyum getir. "Kamu boleh belanja sepuasnya, Abang yang bayar." Ia menunjukkan dompetnya pada Catherine.
Catherine tertawa. "Yes! Bang Zidan memang yang terbaik." Ucapnya dengan semangat.
Zidan menatap nanar dompetnya. "Gapapa. Nanti kita cari uang lagi." Gumamnya.
Catherine menatap ke sekitar, ia masih ingin bermain. Matanya beralih pada arena Bumper Cars.
"Abang ayo main ituu." Ucapnya dengan mata berbinar cerah.
Zidan menoleh, ia melihat kearah yang ditunjukkan Catherine. Zidan mengangguk setuju. "Ayo Cathy."
Catherine tersenyum, ia dengan cepat menuju arena permainan. Dia mengendarai Bumper Car dengan gembira, dibelakangnya ada Zidan yang tersenyum tenang.
Setelah puas bermain, Catherine tak sengaja melihat capit boneka. Ia menarik lengan Zidan membawanya ke arena capit boneka.
"Abang! Catherine mau main ini." Ucapnya sambil menunjuk mesin capit boneka.
Zidan mengangguk, ia kemudian melakukan penukaran koin pada petugas dan memberikannya pada Catherine.
"Main sepuasnya Cathy." Ucap Zidan.
Catherine menatap mesin capit boneka dengan serius, ia sedang mencari target capitnya. Dia langsung mengarahkan capitnya pada boneka kelinci, setelah merasa posisi capitnya pas, tanpa ragu ia menekan tombolnya.
Catherine mendesah, ia mencoba lagi. Tapi masih gagal. "Huaaa kok gak bisa-bisa sih."
Ia mencobanya lagi, boneka kelinci yang ditargetkan Catherine sudah terangkat, tapi jatuh kembali. Ia mendesah frustasi. "Aku gak mau main lagi." Ucapnya menyerah.
Zidan terkekeh gemas, ia mengacak rambutnya. Selalu seperti ini, Catherine tidak sesabar itu bermain capit boneka, ia akan cepat menyerah.
Zidan mengambil beberapa koin, ia memasukkannya di mesin capit. Ia menargetkan capitnya pada boneka yang diinginkan Catherine. Dan boneka itu tercapit sekarang.
Catherine menganga tak percaya. "kenapa bisa segampang itu? Perasaan tadi susah banget pas dicapit." Gerutunya
Zidan memberikan boneka kelinci tersebut pada Catherine. "Nih bonekanya."
"Gak usah manyun lagi bibirnya." Sambung Zidan.
"Gak adil banget! Kenapa pas Catherine main capitnya letoy banget gak kena-kena." Ucapnya kesal.
"Kamu gak sabaran sih." Ucapnya gemas.
Catherine kembali menatap sebal mesin capit itu. Ia tidak akan main capit boneka lagi.
"Mau es krim Cathy?" Alih Zidan.
Catherine menoleh pada Zidan dengan cepat ia mengangguk semangat. "Mau mau!!!"
Zidan tertawa, lihatlah ekspresi Catherine yang dengan cepat berubah ketika mendengar nama es krim disebut.
Catherine dengan riang berjalan di samping Zidan, matanya langsung cerah saat melihat stand es krim yang ada di hadapannya.
"Mau rasa apa Princess?" Tanya Zidan.
"Vanilla, Coklat, Bluberi!" Ucap Catherine antusias.
Zidan memberikan es krim yang telah dipesannya pada Catherine, dengan senang hati ia menerima es krim itu. Ia langsung memakan es krimnya dengan gembira. "Mm enak!"
"Abang mau?" Ucapnya menyodorkan es krim ke hadapan Zidan.
"Buat Catherine aja." Ucapnya lembut.
"Princess mau makan apa?" Tanya Zidan.
Catherine terdiam, ia berpikir sejenak. "Akh pengen pizza, tapi pasta juga enak Abang." Ucapnya.
"Ada Italian Cafe yang baru grand opening sekarang, mau ke sana?" Ajak Zidan.
"Mauuu."
Untung saja kemarin ia sempat melihat iklan grand opening cafe tersebut, jadi Zidan bisa langsung mengajak Catherine ke sana.
"Ayo kita pergi sekarang Princess." Ajak Zidan.
"Let's go!" Ucap Catherine dengan menaikkan lengannya yang masih memegang es krim.
Zidan menggandeng tangan Catherine dan mengajaknya meninggalkan mall menuju Italia Cafe.
----------------
Catherine menatap Italian Cafe yang lumayan ramai, tempatnya sangat luas dan tampak mewah. Sepertinya ada banyak orang yang minat ikut grand openingnya.
Catherine dan Zidan masuk ke dalam cafe, mereka mengedarkan pandangannya mencari tempat yang kosong.
Sebenarnya Catherine ingin ke lantai dua, tapi kata waiters nya sudah penuh. Akhirnya mereka duduk di lantai satu, ia memilih meja yang tak jauh dari jendela.
Catherine dan Zidan mulai memesan makanan mereka. Ada beberapa makan yang mereka pesan seperti Pasta, Pizza, Lasagne, dan Risotto.
Setelah beberapa saat pesanan mereka sudah datang, Catherine tersenyum bahagia melihat makan mereka yang sudah tersaji dimeja.
"Wahhh kita makan besar sekarang." Ucapnya dengan terkikik geli.
Saat Catherine dan Zidan menikmati makanan mereka, di pintu masuk ada Saturnus Band yang berjalan menuju panggung live musik.
"Gila rame banget!" Gumam Dimas.
"Italian Cafe banyak peminatnya di sini, gue kira gak akan serame ini." Lanjut Dimas.
"Kebanyakan yang datang juga bukan orang sembarangan." Bagas telah melihat ke sekitar, sejak diparkiran banyak mobil mewah yang berjejer. Dan orang-orang yang datang juga berpenampilan baik.
"Ayo stel alat dulu." Ucap Aron.
Aron mengambil stand mic, ia mencoba menghidupkan mic. "Cek cek."
Zidan menoleh. "Sepertinya live musik akan segera dimulai." Ucapnya melihat ke arah panggung. Disana orang-orang sudah memegang alat musik dan memposisikan diri mereka.
Catherine mengerutkan dahinya, matanya mengerjap beberapa kali. "Tunggu dulu, aku kayak gak asing sama mereka." Ucapnya.
Zidan menoleh. "Kau mengenal mereka Cathy?" Ucapnya.
Catherine memfokuskan pandangannya ke depan. Lalu matanya membulat. "Woah mereka Saturnus Band." Ucapnya.
Zidan menatap Catherine bingung, "Saturnus Band?"
"Mm Band di kampus Catherine Abang. Mereka anggota club musik." Ungkap Catherine.
"Jadi kamu kenal mereka Princess?" Tanya Zidan.
"Tentu saja Catherine kenal." Catherine menatap Zidan.
"Catherine ikut club musik juga." Ucapnya dengan cengiran lucunya.
"Yah Catherine tetaplah Catherine yang tidak bisa jauh dengan musik." Ucap Zidan.
Catherine dan musik adalah perpaduan yang indah. Catherine akan terlihat berkali lipat cantik dan anggun ketika berhadapan dengan pianonya.
"Kamu gak mau nyumbang lagu?" Ucap Zidan.
Catherine terdiam sebentar lalu menggeleng, "Catherine mau makan aja deh sambil dengerin mereka nyanyi."
"Saturnus Band terkenal di kampus Catherine, pamor mereka gak kalah sama Bandnya Bang Deon." Ucapnya.
"Kau tahu banyak tentang mereka?" Ucap Zidan heran. Tak biasanya Catherine begitu peduli dengan sekitarnya.
"Abang tahu kan di sini ada Rania?" Ujar Catherine.
"Ahh benar. Si cerewet Rania pasti yang bercerita banyak. Abang yakin dia gak bisa diam kalo sama kamu. Abang heran gimana bisa dia secerewet itu, keluarganya aja kalem semua. Abang yakin dia punya DNA Toa di dalam tubuhnya."
Catherine tertawa mendengar ucapan Zidan. Rania memang terkenal cerewet ketika bersamanya.
Sejak dulu Zidan selalu menghindari Rania ketika ia mulai banyak bicara. Dia tidak sanggup mendengar setiap ocehannya.
"Abang harus ketemu sama Rania." Ucap Catherine.
Zidan bergidik ngeri, "Gak gak mau. Abang bisa pusing kalo lama-lama sama dia."
"Kamu kok bisa betah banget sih Princess?"
"Mau bagaimana lagi, Rania sahabat kecil Catherine." Ucapnya.
"Telinga kamu gak sakit denger suara dia setiap hari? Abang yakin Rania masih suka teriak-teriak gak jelas." Tebak Zidan.
Catherine kembali tertawa mendengar tebakan Zidan, memang benar Rania selalu heboh. Ia juga heran bagaimana sahabatnya bisa mempunyai banyak tenaga ketika berbicara dengan begitu hebohnya.
Tanpa disadari, tawa Catherine yang merdu terdengar jelas ditelinga pengunjung, mereka menatap kagum dia yang tertawa dengan cantiknya.
Bahkan suara tawa Catherine terdengar sampai panggung live musik, mereka langsung mengalihkan tatapannya pada suara tawa itu.
"Siapa yang ketawa?" Gumam Dimas.
"Ketawa aja bisa merdu gitu pasti ceweknya cantik." Lanjutnya.
Bagas memutar bola matanya malas. "Lo kayaknya berbakat banget kalo ngomong manis gitu ke cewek."
Dimas melirik Bagas sinis. "Sirik aja Lo."
Aron terdiam ketika mendengar suara tawa itu, ia merasa tidak asing dengan suaranya. Ia merasa sangat kenal dengan suara gadis itu. Tapi siapa?
Aron tak bisa melihat gadis yang tertawa itu karena terhalang orang yang duduk dihadapan gadis tersebut. "Suara tawanya gak asing." Batinnya.
Reyhan menoleh kearah sumber suara, ia juga menatap penasaran ke sana. Ia merasa kenal dengan pemilik suara tawa ini, suaranya terdengar tidak asing.
"Kenapa mirip suara tawa Catherine? Mungkinkah dia di sini?" Batinnya.
Entah kenapa Reyhan menebak jika itu suara Catherine, beberapa hari ini dia memang selalu ada dipikirannya. Ia tidak tau kenapa.
Semenjak ia mengantarkan Catherine pulang, mendengarnya yang mengeluh, dan tiba-tiba kembali ceria hanya karena diberi coklat sangat membekas diingatan Reyhan.
"Catherine.." ucapan Aron.
Reyhan menoleh dengan cepat, ia mengedarkan pandangannya, dan benar saja ada Catherine.
Aron bisa melihat dengan jelas Catherine duduk di sana, ketika pria di hadapannya menunduk mengambil ponselnya yang terjatuh.
Sejak tadi Aron memang tidak mengalihkan tatapannya ke arah meja Catherine, karena ia masih penasaran dengan pemilih suara tawa yang begitu dikenalnya.
Dan benar saja ternyata Catherine ada disana, pantas saja ia seperti mengenal suara tawa itu.
"Siapa yang bersama Catherine?" Gumam Aron yang masih didengar jelas Reyhan.
Reyhan baru sadar sekarang. Ia terlalu fokus melihat Catherine yang tertawa, hingga tak sadar jika yang datang bersamanya seorang pria.
Reyhan terdiam ia berpikir sejenak, ia merasa belum pernah melihat pria itu. Dia sangat yakin itu bukan kedua Abang Catherine, jadi siapa dia?
"Perasaan aneh apa ini?"
"Siapa pria itu? Apa mungkin pacar Catherine?" Batin Reyhan.
****************