Monica Harvey memiliki berat badan hampir 100 kg karena kebiasaan makannya yang tidak teratur, dia tak peduli meski dia sering di bandingkan dengan sang kakak Alexa yang mempunyai body yang sekssiii dan berwajah cantik.
"Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu"
"Maka aku tidak akan menikah.." namun seolah dunia mengejeknya belum genap 24 jam dia bicara, Monica harus menerima pernikahan yang tidak di inginkannya.
Marvin Alfaro terpaksa menikah dengan gadis gendut pilihan kakeknya sebelum sang kakek meninggal dunia , lalu memilih mengabaikannya setelah menikah, dengan dirinya yang tinggal di kota berbeda, namun betapa terkejutnya tiga tahun kemudian dia melihat sebuah dokumen perceraian dari istrinya yang hampir dia lupa keberadaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Tahun Kemudian
Tiga tahun kemudian..
Seorang wanita cantik tengah berlari keliling taman, sudah empat puluh putaran namun dia masih belum berniat untuk berhenti, para pelayan sedang memperhatikan dari jauh, dan salah satu dari mereka ada yang memegang handuk dan air di dalam botol.
"Nyonya berhentilah ini sudah empat puluh putaran!" teriak sang kelapa pelayan.
"Lucy.. semuanya karena kau yang menyajikan sup iga sapi kemarin dan aku .. memakannya dengan kalap.. lalu pagi ini berat badanku bertambah 50 gram.." dengan nafas terengah Monica terus berlari.
"Astaga Nyonya hanya 50 gram saja tidak akan membuatmu gendut lagi.."
Monica menjatuhkan dirinya di rumput, membaringkan dirinya karena lelah.
Kepala pelayan segera berlari takut nyonya nya akan pingsan di tempat "Nyonya kau baik- baik saja?!"
Monica hanya mengibaskan tangannya tanda bahwa dia baik- baik saja. "Astaga nyonya, kau membuatku takut.."
"Satu..putaran... untuk.. satu.. gram.." nafas Monica masih terengah, kini dia mendongak melihat kepala pelayan.
"Bagaimana jika beratmu naik 1 kg, apa kau akan lari seribu putaran.."
"Kau mendoakan ku ya, Lucy!"
Lucy menggeleng "Tidak Nyonya.. hanya saja jangan terlalu keras pada dirimu, berat badanmu sudah sangat sempurna.."
"Ya dan aku melakukannya tidak dalam waktu yang sebentar, aku tak mau usahaku menjadi sia- sia" lebih dari setengah berat badannya berhasil Monica turunkan dalam tiga tahun, dan itu bukan waktu yang sebentar, kepala pelayan hanya menghela nafasnya pasrah.
Monica bangkit mendudukan dirinya dan meraih handuk yang di bawa pelayan lalu meminum air di dalam botol.
"Nyonya bukankah hari ini adalah wisudamu?"
Monica mengangguk "Baiklah aku akan mempersiapkan semua kebutuhanmu"
"Adakah yang akan menemanimu nanti?" Monica menghentikan langkahnya.
"Kau mau menemaniku Lucy..?" Lucy tertegun.
"Aku tidak berani nyonya.." Lucy hanya menunduk hormat.
Monica tersenyum lalu menggandeng tangan wanita paruh baya tersebut "Anggap saja kali ini kau jadi ibu ku" harusnya hari ini ada Ayah dan Kakaknya yang bersorak dan berfoto dengannya, namun itu semua hanya menjadi mimpi di saat Kakak dan Ayahnya juga telah tiada.
Lucy terdiam dengan raut sendu, nyonyanya sangat baik wanita ini menikah dengan tuannya tiga tahun lalu, namun entah mengapa dia hanya di sia- siakan oleh tuan Marvin.
"Lucy apa yang terjadi jika aku tidak di sini lagi.." Kini Lucy yang menghentikan langkahnya.
"Apa maksudmu nyonya.."
"Lucy selama ini aku hanya diam dengan ikatan yang mencekik membatasi diriku dalam setiap hal, dan aku rasa aku mulai lelah bukankah hidupku sangat berarti, aku juga ingin menikmatinya.."
Lucy mulai mengerti apa yang di maksud oleh nyonyanya.
"Tuan Marvin tidak membatasi ada nyonya.."
Monica terkekeh "Tapi aku punya prinsip Lucy, seorang istri juga tidak mungkin melakukan sesuatu diluar batas tata krama seorang istri.. Aku juga ingin pulang malam, bersenang- senang, pergi ke kelab malam.. " Lucy tertegun melihat nyonyanya tersenyum.
Selama ini Monica tidak pernah pulang lewat dari pukul sembilan malam dan itu pun sangat jarang dengan alasan belajar bersama temannya, selain itu Monica tidak pernah kemana pun.
Menjaga diri sebagai seorang istri adalah sesuatu yang Monica katakan, meski nyatanya Marvin tak pernah datang.
Seorang pelayan menghampiri Monica yang masih berdiri di depan kamarnya bersama Lucy "Nyonya tuan David ada di ruang tamu.."
Monica menghela nafasnya "Katakan padanya aku akan menemuinya dalam tiga puluh menit.." pelayan mengangguk lalu pergi untuk memberikan pesan pada David.
Monica memasuki kamar dan berjalan ke arah kamar mandi sekilas matanya menatap sebuah map di atas nakas, lalu senyum pedih tercetak di bibirnya.
Tiga puluh menit kemudian Monica benar- benar turun dengan penampilan yang telah rapi, David di buat terpana dengan kecantikan istri tuannya, setiap bulan dia akan datang dan secara langsung menanyakan kabarnya dan setiap bulan pula David di buat pangling dengan perubahan nyonyanya.
Dia benar- benar menyaksikan perubahan itu setiap bulan secara signifikan, dan kali ini nyonyanya tampak lebih cantik dengan make up yang menyapu wajahnya, dan David tau itu karena acara spesial yang akan Nyonya nya laksanakan hari ini.
Kaki jenjang dengan sepatu hak tinggi membalut sungguh nampak cantik, penampilan semi formal yang juga membuat nyonya nya tampak elegan dengan rambut yang di ikat ekor kuda.
"Selamat atas wisuda mu nyonya." David menyerahkan sebuah buket bunga untuk Monica.
"Terimakasih David.." ucap Monica tulus, dan dia yakin buket itu dari David sendiri, nyatanya bahkan setiap David datang Marvin tak pernah sekalipun menitipkan salam untuknya.
"Apa anda baik- baik saja?"
"Seperti yang kau lihat.."
David mengangguk, melihat Monica berwajah segar dia yakin nyonya nya itu baik- baik saja.
"Harusnya kau memberikan ini setelah aku memakai toga ku David.." Monica memasukan bunga yang David bawa ke dalam vas berisi air yang di sediakan pelayan.
David tersenyum melihat bunganya di terima dengan baik "Maafkan aku, karena aku tidak punya waktu yang banyak, hari ini aku harus pergi dengan tuan untuk melakukan negosiasi bisnis." Monica mengangguk, tanpa banyak bertanya dan dia juga tak ingin hatinya kecewa karena tidak mendapat balasan atas pertanyaannya.
Dulu Monica selalu bertanya setiap David datang 'Apa Marvin baik- baik saja?'
'Apa dia begitu sibuk hingga tak pernah datang?'
Dan yang terakhir yang membuat Monica berhenti bertanya 'Sekali saja apa dia pernah bertanya apa kabarku?'
Dan Davin hanya bisa menunduk, tentu saja Monica mengetahui jawabannya adalah, tidak.
Dan Monica sudah lelah dia akan menyelesaikan semuanya.
"Aku ingin kau berikan ini untuk tuanmu" Monica menyodorkan sebuah map.
"Apa ini nyonya?" Monica hanya tersenyum.
"Terimakasih untuk perhatianmu selama ini David, dan aku tahu kamu sangat baik.. jika kita bertemu lagi diluar sana aku harap kita bisa berteman.." David tertegun, lalu membuka map biru yang membungkus beberapa lembar kertas putih di dalamnya.
"Nyonya, ini..?" David bangkit berdiri "Nyonya apa kau ingin bercerai?"
"Ya, sudah saatnya aku melepaskan diri dari ikatan gila ini.."
"Tapi, nyonya.." Monica menggeleng pelan..
"Aku sudah yakin untuk keputusan ini, jadi aku tidak butuh kata- kata apapun.." Monica berdiri dan meraih tas selempang nya, dia harus segera berangkat karena acara kelulusannya akan segera dimulai.
...
David mengepalkan tangannya melihat berkas perceraian tuannya yang di berikan nyonya nya, benar kesabaran seseorang ada batasnya, dan mungkin disinilah batas kesabaran nyonyanya..
Tiga tahun bukan waktu yang sebentar.
David memasuki ruangan Marvin dan melihat meja tuannya kosong, David hanya menghela nafasnya lalu menyimpan berkas itu di atas meja.
"Kau sudah kembali.." Marvin keluar dari ruang pribadinya dengan tangan yang mengenakan dasinya, mungkin tuannya baru berganti pakaian.
"Ya tuan.." Marvin melihat sebuah berkas di atas meja nya, bukankah dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang ada lagi, Marvin mengeluh dia sungguh sibuk, bukankah mereka akan pergi untuk membuat kesepakatan bisnis sekarang.
"Apa ini?" Marvin mengerutkan keningnya mengangkat berkas di depannya.
David menghela nafasnya lalu berkata.. "Itu adalah berkas perceraian dari istri anda tuan.."
"Apa!!"
...
Like..
Komen..
Vote..
Keep Calm cerita ini gak berat kayak berat badan Monica dulu kok 😅