Zavian Xanderson, memiliki kepribadian yang dingin, dan tertutup dengan sejuta pesona yang dimiliki.
Alina Angelica Kwelju. Gadis cantik, pintar dan juga kreatif. Gadis yang kerap disapa Alin atau Ina ini memiliki sebuah rahasia besar yang ia simpan bersama keluarganya.
Ini kisah sosok Zavian Xanderson, sang ketua OSIS SMA Rajawali dan bertemu dengan gadis segudang rahasia itu. Penasaran? Yuk baca^^
Jangan menilai sesuatu dari covernya!
Typo bertebaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Jadi, siapa orangnya, Bos? Jangan bilang Doni?" tanya Haqi dengan tatapan mata yang penuh selidik.
"Ya." Mengangguk dengan tegas sembari melihat luka-lukanya dikaca yang sudah mulai kering. Tiba-tiba, Zavian melihat masing-masing anggotanya perlahan tersulut emosi, dengan napas yang naik turun dan mengepalkan tangannya.
Pandangan Zavian langsung tertuju pada Alfata yang reaksinya seperti berbeda dari teman-temannya. Ia terlihat menunduk, dan duduknya juga terlihat tenang-tenang saja. Zaviab sempat khawatir bahwa Alfata akan tersulut emosi jika mendengar nama 'Doni'. Baru saja Zavian merasa lega, tiba-tiba terdengar suara gebrakan meja yang langsung membuat semua orang terkejut dan mengalihkan pandangan mereka ke arah suara tersebut.
"Bangs*t! Mereka cuma bisa main keroyokan! Biar gw balas!" Rupanya pelakunya adalah Alfata. Dia yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara dan mengejutkan semua orang terutama Alesha.
Dia sudah terbiasa melihat ekspresi dingin Alfata tapi, baru kali ini ia melihat pria itu se-esmosi ini. Sangat menyeramkan, membuat aura disana menjadi mencekam.
Alina yang melihat Alesha seperti ketakutan, ia berusaha menenangkannya karena, kebetulan dia duduk disebelah Alina.
Meskipun Alesha ceria dan tidak takut dengan cowok sedingin Alfata, tapi dia juga manusia biasa yang punya kekurangan dan sisi lemahnya yaitu tidak bisa dibentak dan takut akan suara bentakan.
Barusan, suara Alfata memang tidak terkesan membentak, tapi ekspresi wajahnya yang berubah dark membuatnya sedikit terguncang, seperti ia melihat orang-orang dimasa lalu yang sering berantem dihadapannya.
"Untuk sekarang kita biarkan saja mereka. Gw mau istirahat dulu beberapa hari ini," ucap Zavian.
"Kalian semua, duduk!" Mereka pun menuruti ucapan bosnya, kecuali Alfata yang masih terlihat menahan amarah.
"Alfa!" Akhirnya Alfata pun mau duduk. Zavian tau jika Alfata sekalinya emosi, ia tidak akan bisa mengontrol dirinya sendiri dengan mudah. Karena, aslinya Alfata ini adalah seorang yang sangat emosian dan galak dulunya, tetapi sejak Zavian bisa merangkulnya untuk masuk ke dalam The Dark Wolf, Alfata mulai bisa untuk mengontrol emosinya jika ia tidak terlalu terganggu dengan orang-orang.
Awalnya itu terasa sulit bagi Alfata, tapi perlahan demi perlahan ia lakukan untuk bisa membuat Zavian percaya kalau ia bisa berubah untuk tidak menjadi Alfata yang dimasa lalu yang sering lepas kendali dan sangat berandalan.
(Ok, kembali ke mereka lagi)
Karena instruksi dari Zavian, akhirnya mereka yang tadinya amarahnya memuncak pun mulai tenang, termasuk Alfata yang sekarang sudah duduk kembali.
"Avin, ini gak papa kami habisin cemilannya?" ucap Chelsea. Teman-temannya Avin hanya memandang Chelsea datar.
"Silahkan!" jawab Zavian.
"Guys, mumpung kita lagi ngumpul bareng, gimana kalo kita bakar-bakaran Barbeque?" Alina tiba-tiba memberikan saran, sedangkan mereka berpikir sejenak sambil memandang satu sama lain.
"Ide bagus tuh," sahut Ariyan menyetujui, diiringi dengan anggukan para lelaki lain kecuali Zavian.
"Gw gak!"
Alina sudah menduga kalau Zavian tidak akan setuju begitu saja.
"Lo harus ikutlah! Pokoknya semuanya harus ikut!" Ga asiklah jadinya mereka bersenang-senang sedangkan Zavian tidak ikut dengan mereka, padahal mereka saat ini sedang dirumah sang ketua geng ini tetapi malah pemilik rumah sendiri yang tidak ikut.
"Lo berani merintah gw?!" kata Zavian yang sudah memperlihatkan mata elang tajamnya. Tetapi, Alina malah tidak takut dengan tatapan itu. Kebal sekali ya, Ina...
"Emangnya sejak kapan gw takut sama Lo?Udahlah, jangan banyak ngeles!"
TERPAKSA! Alina akhirnya terpaksa harus menyeret Zavian menuju Rooftop, diikuti oleh para anggota yang lain.
***
Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 21.35. Alina, Zavian dan teman-temannya, mereka pun mulai membagi tugas untuk acara bakar-bakar barbeque-nya.
Masing-masing dari mereka sudah diberikan tugas. Ada yang bertugas membeli bahan-bahan masak, ada yang menyiapkan tempat, ada yang membuat bumbu, ada yang membeli minuman dingin dan cemilan, karena semua stok cemilan Zavian sudah ludes sama Alina and the geng.
Dan terakhir, ada yang bertugas menyapu dan membersihkan sekeliling rumah Zavian. Bagaimanapun, mereka saat ini sedang berada dirumah sang Ketos ini, jadi mereka harus membersihkan rumah itu sebagai rasa terima kasih.
30 menit kemudian, akhirnya mereka semua sudah siap dan kembali berkumpul di Rooftop. Dirasa semuanya sudah diperiksa dan selesai, mereka pun memulai acara bakar-bakar rumahnya. Eh? Rumah? Ga bahaya ta? Awokawok, bercanda guys... Bersyandaaaa...
Maksudnya bakar-bakar Barbeque.
"Iyan, itu lho belum dikasih bumbu!" pekik Jihan yang baru datang dan memperhatikan ada beberapa daging sisi bagian kiri pemanggang yang belum di kasih bumbu sama Ariyan.
"Bentar, kasih ini dulu." Ariyan menunjuk daging yang terletak di sisi sebelah kanan.
"Cepetan! Keburu gosong nanti."
"Ya sabar atuh, ini cuma gw sendiri yang kasih bumbunya lho, kalian gak ada yang bantuin gw," ujar Ariyan dengan sedikit memelas.
"Semua itu butuh proses, seperti hubungan kita. Eakkk ... canda-canda," lanjutnya yang diakhiri kata candaan. Sangat tidak nyambung emang.
Jihan yang mendengarnya pun hanya menatap datar. Ariyan sudah terbiasa tidak serius kalo berbicara. Jangan sampai nanti keluar lagi kata-kata andalan playboynya.
"EH, IYAN! ITU LHO MAU GOSONG," suara Bernard sedikit nge-gas, membuat Ariyan langsung gelagapan.
"YA, MAKANYA BANTUIN!" ucap Ariyan yang tak kalah nge-gas.
"SINILAH!" Bernard yang sudah habis kesabarannya pun mengambil alih mangkok yang berisi bumbu dari tangan Ariyan. Tidak tanggung-tanggung, ia pun juga mendelikkan matanya ke Ariyan pertanda kesal.
Anak-anak yang lain sedang yang sibuk prepare langsung mengalihkan pandangan ke sumber suara. Sudah hal lumrah bagi mereka melihat Ariyan dan Bernard bertengkar. Meskipun begitu, mereka tidak sampai adu jotos, paling adu mulut saja seperti saling menjawab dengan adu nada yang tinggi, tapi tidak sampai membentak, kok.
"Dari tadi kek, tangan gw pegel nih jadinya. Ayang Dhara, pijitin dong ...." Ariyan sudah mulai mengeluarkan jurus seribu sang playboynya.
Kan, sudah mulai keluar aura playboynya.
Dhara bukannya luluh tapi serasa ingin muntah dan menatapnya tajam.
"Gw BUKAN AYANG LO YA ALIEN BOTAK!" Padahal Ariyan ada rambutnya, bukan botak. Tapi, kalau Dhara sudah kesal, pasti apa saja keluar dari mulutnya.
"Canda atuh, gak usah ngegas juga. Perasaan dari tadi pada nge-gas mulu sama gw."
Dhara yang mendengarnya pun merasa bersalah. Ia tau jika Ariyan hanya bercanda, dan jawabannya sendiri juga ada unsur candaan, tapi karena moodnya yang sedang buruk malah membuatnya berbicara sedikit nge-gas.
Daripada merasa bersalah terlalu lama, gak lama sih, baru 1 menit. Akhirnya Dhara pun berencana ingin meminta maaf. Belum sampai berbicara dengan sang empu, ia malah mengurungkan niatnya ketika melihat Ariyan kembali berulah menggoda atau mengganggu teman-temannya yang lain.
Awokawok, emang dasarnya Ariyan tuh buaya darat, jadi tidak perlu heran lagi.
- Dasar Alien botak-_- (ucap Cloudya dalam hati).
...***...
To be continued!