Ketika cinta bertabrakan dengan ambisi, dan kelembutan mengikis kekejaman…
Min Yoongi, seorang CEO muda tampan yang dikenal dingin dan kejam, menjalankan bisnis warisan orang tuanya dengan tangan besi. Tak ada ruang untuk belas kasih di kantornya—semua tunduk, semua takut. Sampai datang seorang gadis bernama Lee YN, pelamar baru dengan paras luar biasa bak boneka buatan, namun dengan hati yang tulus dan kecerdasan luar biasa.
YN yang polos, sopan, dan penuh semangat, menyimpan luka mendalam sebagai yatim piatu. Tapi hidupnya berubah saat ia diterima bekerja di bawah kepemimpinan Yoongi. Ketertarikan sang CEO tumbuh menjadi obsesi, membawa mereka ke dalam hubungan yang penuh gairah, rahasia, dan ketegangan.
Namun, cinta mereka tidak berjalan mudah. Yoongi masih terikat dengan Jennie, kekasih cantik nan angkuh yang tidak terima posisinya tergantikan. Sementara itu, Jimin—sahabat Yoongi yang terkenal playboy—juga mulai tertarik pada YN dan bertekad merebut hatinya.
Dibayangi fitnah, d
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angle love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31 “Bisikan Bayang Masa Lalu”
Malam harinya, setelah Hana tertidur pulas di kamar bayi mereka, Yoongi dan YN duduk di balkon, berbagi secangkir teh hangat. Udara malam membawa ketenangan, jauh dari riuh kota dan kesibukan dunia luar.
YN menyandarkan kepalanya di bahu Yoongi.
“Kamu sadar gak? Waktu cepat banget berlalu. Dulu aku bahkan gak yakin kamu akan bertahan di kehidupan ini... jadi suami, jadi ayah...”
Yoongi tersenyum, membelai rambut istrinya perlahan.
“Awalnya aku juga gak yakin. Tapi sekarang... ini satu-satunya kehidupan yang aku inginkan.”
“Bahkan dengan tangis bayi setiap dua jam dan popok yang gak ada habisnya?”
Yoongi tertawa kecil.
“Itu bagian terbaiknya.”
YN menoleh, menatap wajah suaminya yang dulu dingin dan kaku, kini penuh dengan cinta dan kelembutan.
“Aku bersyukur kamu berubah,” bisik YN. “Tapi... kamu tahu? Aku juga berubah. Dulu aku cuma seorang gadis yang mencintai CEO dingin dari jauh. Sekarang aku istrimu. Ibu dari anakmu.”
Yoongi mencium ujung kepala YN, memeluknya lebih erat.
“Dan kamu melakukan semuanya dengan luar biasa.”
**
Beberapa hari kemudian, Yoongi membawa Hana ke kantor untuk pertama kalinya.
Para staf yang dulu hanya mengenalnya sebagai CEO keras yang tak suka diganggu, kini ternganga saat melihat sosok Yoongi berjalan santai sambil menggendong bayi perempuan dalam gendongan kain, mengenakan topi kecil bermotif beruang.
“Ini... anak CEO Min?” bisik salah satu staf.
“Dan... dia tersenyum?!” bisik yang lain.
Yoongi berjalan ke ruang kerjanya sambil membisikkan lagu pengantar tidur di telinga Hana, yang menguap kecil dan tertidur di dadanya. Jimin yang kebetulan lewat hanya mengangkat alis, menahan tawa.
“Hyung... kamu berubah banget.”
Yoongi hanya mengangkat bahu.
“Dia bos kecil sekarang.”
Jimin tertawa sambil ikut melihat Hana yang tidur dengan damai.
“Dia pasti akan jadi gadis yang luar biasa, dengan ayah dan ibu seperti kalian.”
Yoongi memandangi Hana lama, lalu berkata dengan nada dalam, “Aku akan pastikan itu. Tidak akan ada yang menyakitinya. Tidak ada yang merebutnya dariku.”
**
Malam itu, setelah meletakkan Hana di ranjang bayinya, YN kembali ke kamar tidur dan mendapati Yoongi sudah tertidur sambil memeluk boneka kelinci milik Hana.
YN hanya bisa tersenyum melihat pemandangan itu.
Yoongi, pria dingin yang dulu ditakuti, kini adalah pria yang bisa tertidur dengan pelukan boneka anaknya.
Ia naik ke ranjang perlahan, memandangi wajah Yoongi yang damai.
“Terima kasih... sudah memilih kami,” bisiknya.
Dan dalam tidurnya, Yoongi tersenyum kecil.
**
Musim berganti. Usia Hana kini menginjak dua tahun. Rambutnya semakin tebal, matanya bulat seperti milik YN, tapi tatapannya tegas seperti Yoongi. Ia sudah bisa berlari, memanggil “appa” dan “eomma” dengan suara bening yang selalu membuat Yoongi dan YN tersenyum tanpa sadar.
Pagi itu, YN sedang menyisir rambut Hana yang duduk tenang di depan cermin saat Yoongi muncul di ambang pintu dengan wajah lelah.
“Ada rapat pagi ini?” tanya YN lembut.
Yoongi mengangguk, lalu menghampiri keduanya dan mencium pipi YN dan Hana bergantian.
“Jangan lupa makan siang,” pesan YN seperti biasa.
Namun saat Yoongi hendak keluar rumah, dia berhenti sebentar. Matanya terpaku pada amplop putih tanpa nama yang terselip di bawah pintu. Ekspresinya berubah dingin seketika. Ia mengambilnya, membuka perlahan, dan membaca isi surat itu.
‘Tidak ada yang pernah benar-benar pergi, Min Yoongi. Kau pikir kau bisa hidup bahagia begitu saja?’
Yoongi mengepal surat itu dengan rahang mengeras. Ia tidak ingin YN tahu. Tidak sekarang. Ia butuh memastikan dulu bahwa ini hanya permainan kotor seseorang… atau mungkin, sesuatu yang lebih.
**
Hari itu, sepanjang siang Yoongi tidak fokus bekerja. Ia menugaskan tim kepercayaannya untuk menyelidiki asal surat itu, namun hasilnya nihil.
Saat pulang ke rumah, ia mendapati YN dan Hana bermain di taman belakang. Cahaya senja menyoroti wajah mereka yang tertawa lepas. Melihat itu, Yoongi merasa sesak—karena tak bisa memberi tahu mereka bahwa mungkin, masa tenang mereka akan terusik.
Saat malam datang, dan Hana telah terlelap, YN memeluk Yoongi dari belakang di dapur.
“Kamu banyak pikiran?” bisiknya pelan.
Yoongi berbalik, menatap mata istrinya dalam-dalam.
“Kamu bahagia, YN?” tanyanya tiba-tiba.
YN mengangguk, meski ekspresinya bingung.
“Bahagia sekali.”
Yoongi mengusap pipi istrinya, menatap wajah yang telah melalui banyak luka bersamanya.
“Aku cuma ingin memastikan... apapun yang terjadi nanti, kamu tetap bersamaku.”
YN menggenggam tangan suaminya kuat.
“Kecuali kamu sendiri yang menyuruhku pergi, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu, Yoongi.”
Yoongi menarik tubuh YN ke pelukannya. Mengabaikan gejolak yang mulai muncul dalam hatinya—ketakutan lama, trauma masa lalu, dan kini... ancaman tanpa wajah.
**
Beberapa hari kemudian, sebuah kejadian kecil membuat Yoongi semakin khawatir.
Ketika YN dan Hana pergi ke taman bersama pengawal, tiba-tiba seorang wanita asing mendekat dan memberikan boneka kelinci ke Hana. Sang pengawal segera mencegah dan menarik YN menjauh, tapi wanita itu hanya tertawa dan berkata pelan,
“Anak yang cantik. Mirip sekali dengan ayahnya. Pastikan dia tidak menjadi korban dari dosa masa lalu, ya?”
Setelah kejadian itu, Yoongi memperketat keamanan rumah. Ia bahkan memasang sistem kamera baru, menambah staf pengamanan yang disebar tanpa sepengetahuan YN agar tidak membuatnya panik.
Namun malam itu, saat Hana tertidur lebih awal, YN mendekati Yoongi di ruang kerja.
“Kamu sembunyikan sesuatu dariku, kan?”
Yoongi menatap istrinya yang kini berdiri dengan ekspresi tajam.
“Tidak, aku hanya tidak ingin kamu khawatir.”
YN menggeleng pelan. “Aku sudah cukup kuat untuk tahu, Yoongi. Kita sudah terlalu jauh untuk kembali ke fase saling menyembunyikan.”
Yoongi akhirnya menyerah. Ia menceritakan tentang surat, tentang wanita asing itu, dan bahwa ia menduga ini ada hubungannya dengan sisa masa lalu mereka—mungkin orang-orang yang masih setia pada Jennie, atau musuh bisnis lama yang ingin menyerangnya lewat keluarga.
Wajah YN pucat, tapi ia menggenggam tangan Yoongi erat.
“Kalau mereka pikir aku akan lari... mereka salah besar. Kita lawan bersama, Yoongi.”
Yoongi menarik istrinya ke pelukan hangatnya, menyadari sekali lagi, bahwa kekuatannya selama ini bukan karena status, uang, atau kekuasaan—tapi karena wanita di sampingnya yang tak pernah menyerah, bahkan saat dunia berusaha memisahkan mereka.
**
Dan saat malam semakin larut, jauh di tempat lain, seseorang tengah mengamati layar komputer penuh foto-foto keluarga kecil itu.
“Kau pikir kau menang, Min Yoongi? Tapi cerita ini belum selesai...”
Senyum licik muncul di wajah seorang pria asing yang kini mulai menyusun rencana besar untuk menghancurkan hidup Yoongi—dari tempat yang tidak pernah mereka duga.
---
kenapa gk ada yg nge like yaaa