"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh sembilan
Setelah mendengar semua ucapan Helena kemarin, esoknya. Damian benar-benar menyuruh orang suruhannya untuk menyelidiki lebih jauh soal kegiatan Trissa, mereka harus berhati-hati, wanita itu tidak bisa di anggap remeh. Orang-orang ayahnya begitu bahaya dan licik, dirinya harus bermain cantik.
Sedangkan, Helena. Wanita itu juga menyelidiki salah satu temannya, memastikan sesuatu yang masih tidak di percayai nya.
"Kamu tumben mengajak kita berkumpul seperti ini. " tanya Sera bingung pada Helena.
Kini keempatnya sudah berada di salah satu restoran yang berada di dalam mall, Helena yang sengaja mengajak ketiga temannya untuk berkumpul di sini.
"Juga, kemana kamu seminggu ini? Semenjak kamu pergi begitu saja dari hotel tanpa mengabari kami, kamu tidak ada kabar lagi, bahkan pesan dan telepon dari kami tidak pernah kamu balas. " giliran Lucia yang bertanya dengan penuh kebingungan, setelah menghilang dan tidak memiliki kabar apapun Helena tiba-tiba saja mengajak mereka bertemu seperti ini.
Helena terdiam untuk beberapa saat sambil menatap diam kepada Lucia yang tiba-tiba merasa gugup ditatap intens seperti itu, "Aku ada kesibukan beberapa yang lalu, dan masalah di hotel malam itu. Aku minta maaf karena pergi pulang tidak berpamitan terlebih dahulu kepada kalian, aku tiba-tiba ada urusan mendadak jadi harus pulang terburu-buru."
Dia, yang mendengar jawaban Helena sontak menaikkan satu alisnya.
"Oh, begitu. Tapi sekarang urusan kamu udah selesai, kan? Aku kangen banget sama kamu, aku telepon-telepon kamu gak pernah angkat, aku kira kamu ada terjadi sesuatu. " ujar Tari sedikit lega akhirnya bisa bertemu kembali dengan Helena, dia menyentuh satu tangan Helena dengan sedikit memberikan remasan kecil.
Helena tersenyum kecil membalas, "Maaf ya udah buat kamu khawatir. "
"Ayo kalian pada pesan makanan, hari ini biar aku yang traktir. " ujar Helena yang disambut semangat teman-temannya.
"Seriusan? Aku pesan makanan sepuasnya, gapapa, kan? " tanya Sera dengan senang, dia menaikkan satu tangannya untuk memanggil pelayanan restoran.
"Dih, maruk banget kamu! " sentak Lucia, menyenggol bahu Sera disebelahnya melihat bagaimana wanita itu memesan berbagai macam makanan dan desert tanpa memikirkan apakah dia bisa menghabiskan semuanya apa tidak.
"Sewot banget kamu, Helena aja gak ngomentarin kayak kamu. "
Helena cuman tersenyum geli melihat bagaimana rusuhnya Sera dan Lucia didepannya, dia menoleh menatap Tari disebelahnya yang sedari terdiam.
"Kenapa diam aja? Gak ikutan pesan makanan juga? " tanya Helena pada Tari, membuat wanita itu sontak menoleh menatap Helena.
Tari tersenyum kecil, "Kalian pesan aja aku ikutan, aku izin ke belakang toilet dulu ya. " Tari berdiri sedikit terburu-buru dan pergi begitu saja menuju belakang toilet restoran.
Membiarkan Sera dan Lucia yang tengah berbincang-bincang, fokus Helena terus memandangi kepergian Tari dengan tatapan tidak bisa di baca. Hingga fokusnya teralih pada ponsel milik Tari yang tertinggal di atas meja, menatap sebentar pada kedua temannya yang masih asik berbincang, Helena dengan cepat mengambil ponsel milik Tari dan membukanya dengan mudah karena dirinya tau password membuka ponsel tersebut.
Helena dengan cepat membuka aplikasi Yo-Apps untuk melihat isi pesan mencurigakan, matanya melebar saat melihat apa yang di carinya kini di dapatinya.
Lagi asiknya mengulik bukti, ponsel di genggamannya tiba-tiba saja ada yang menariknya. "Apaan sih buka sembarangan ponsel orang, gak sopan banget! " Tari menarik ponselnya dari tangan Helena membuat wanita itu tersentak kaget.
Begitu pun juga dengan Sera dan Lucia yang mendengar teriakan tiba-tiba Tari.
"Kenapa kaget begitu? Bukannya dulu kita udah biasa buka-bukaan ponsel masing-masing? " Helena berdiri dan melipat kedua tangannya di atas dada menatap wajah Tari di hadapannya dengan santai.
"Itu dulu, sekarang berbeda! "
"Apanya berbeda? Apa karena kamu simpan sesuatu dari aku, makanya kamu kelihatan panik seperti tadi? "
"Kamu gak tau–
" Tidak perlu mengelak lagi, aku sudah tau semuanya, kejadian yang aku alamin di hotel malam itu kamu kan pelaku yang sudah menjual aku pada laki-laki itu? "
Sera dan Lucia membulatkan mata mendengar ucapan Helena barusan, Tari menjual Helena? Apa mereka tidak salah dengar? Bukannya kedua wanita itu adalah sahabat dekat sekali saat jaman kuliah dulu? Apa terjadi kesalah pahaman disini?
"Kamu tidak perlu mengelak lagi, aku sudah tau semuanya. " lanjut Helena setelahnya.
Tari menelan ludahnya dengan susah payah, sudah kepalang basah atas prilakunya malam itu kepada Helena, "Kalau memang aku pelakunya kenapa? Marah? Gak nyangka? " Tari melipat kedua tangannya di atas dada, menatap menantang pada Helena didepannya dengan senyum licik dia berikan.
Mendengar itu, sontak Sera dan Lucia bangkit dari duduknya, menatap tidak percaya pada wajah datar Tari seperti tidak mengatakan dan melakukan hal besar.
"Kamu gila?! " sentak Sera sambil menunjuk pada wajah Tari.
"Ada maksud apa kamu sampai berbuat hal keji seperti itu? Aku ada salah sama kamu? " tanya Helena dengan wajah tidak percaya, masih meminta alasan mengapa Tari bisa memperlakukan hal keji itu kepadanya, bukannya mereka sahabat?
"Aku iri sama kamu, dari zaman kuliah dulu kamu selalu mendapatkan perhatian dari orang-orang, apalagi dengan banyaknya laki-laki yang suka sama kamu. Dan sekarang? Damian, laki-laki yang aku cintai dari zaman kuliah dulu sampai sekarang malah menikah sama kamu, kamu egois, Helena! Semua apa yang aku sukai kamu rebut semuanya! Dasar ben*lu! " teriak Tari membuat suasana restoran semakin ricuh dibuatnya.
Para pengunjung lainnya sontak menatap meja mereka dengan tatapan berbeda-beda, beberapa pelayan datang untuk melerai.
"Tari..... " gumam Helena sedih menatap Tari yang di tarik dua orang pelayan perempuan untuk keluar dari restoran karena wanita itu tiada henti berkoar-koar mengatai Helena.
"Karena semuanya sudah ketahuan, aku juga gak mau terlalu lama pura-pura baik dengan kamu. Semua kejadian di hotel malam itu ada campur tangan aku juga, aku bekerja sama dengan Tari untuk menjebak kamu dengan laki-laki itu dan agar Damian bisa bercerai sama kamu. " ujar Lucia tiba-tiba memecah keheningan yang terjadi pada ketiganya saat Tari sudah diseret keluar dari restoran.
"Kamu...... "
"Lucia, kamu.... "
ucap Helena dan Sera bersamaan, kaget akan pengakuan Lucia tiba-tiba.
"Aku benci kamu, Helena. Secantik dan sebaik apa kamu sampai Bagas- laki-laki yang aku cintai bisa tergila-gila sama kamu hingga sekarang, benar kata Tari, kamu memang egois dan ben*lu di hidup kita. " setelah mengatakan itu, Lucia pergi dari sana setelah mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja.
Helena menatap hampa kepergian Lucia. Helena sungguh tidak tau bahwa dulu selama kuliah dulu, teman-temannya ternyata menaruh rasa kesal dan benci kepadanya, Helena selalu berlaku biasa saja bila berada di sekitar orang-orang kampus dulu, dirinya bersikap baik karena orang-orang disekitarnya juga selalu baik dan ramah kepadanya.
Ternyata sikap baiknya seperti itu malah membuat teman-teman baiknya malah membenci di belakangnya. Sang maha kuasa memberikannya kesempatan hidup kembali apa karena ingin menunjukkan bahwa orang-orang yang di anggapnya teman baik, malah tidak sebaik apa yang di pikirannya?
Bila, iya. Helena cukup bersyukur. Bahwa tidak semua yang kita anggap dekat dan baik, ternyata bisa menusuk kita dari belakang.
•
•
•
sorry baru bisa up sekarang setelah menghilang dari beberapa ini, aku lagi sibuk belajar untuk UAS makanya gak up cerita, setelah mendapatkan teguran cinta dari Novel Toon untuk meminta update. makanya hari ini aku usahain mengetik cerita dan up.
semoga part terburu-buru ini nyambung dan kalian suka. jangan lupa vote, komen, bintang lima dan follow akun author.
selamat membaca semuanya 🥰🥰