Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Saat Ke Tempat Pesta
"Apa kalian siap?" tanya Luna saat mereka menemuinya diruangan Ibu Asrama. "Kalau begitu ayo kita berangkat, kamu bawa mobil, kan, Sonya?"
"Iya Bu, seperti yang ibu bilang kemarin." jawab Sonya.
"Kalau begitu, ayo berangkat."
"Eh, Ibu asrama juga?" ujar Tania kaget saat Lia keluar dari kamarnya dengan gaun yang cantik.
"Iya, Ibu juga ikut." jawab Lia.
"Kalian nggak tahu ya, kalau Ibu asrama kalian ini sahabat dekat kepala sekolah dan kakak kelas Ibu dulu." ujar Luna.
"Enggak ..." jawab mereka berlima kompak.
"Ya sudah, lebih baik kita segera berangkat"
Luna menyuruh salah satu dari mereka agar bersama dengannya kecuali Sonya yang membawa mobilnya sendiri. Dinda akhirnya yang bersama dengan Luna, namun sebelum itu Olive dan Tania memberikan sesuatu ke Dinda.
"Sebelum kesana, kita mampir sebentar ya." ujar Luna ke mereka.
"Mau mampir kemana Bu?" tanya Sonya.
"Jemput seseorang." jawab Luna.
Dia lalu masuk ke mobil dan menghidupkannya, setelah semuanya berada didalam mobil, Luna menjalankan mobilnya diikuti mobil yang dibawa Sonya dibelakangnya.
"Eh, Ibu, kenapa kita ke asrama putra?" tanya Dinda saat Luna menghentikan mobilnya didepan halaman asrama putra.
"Kalian tunggu disini sebentar." tutur Luna, lalu pergi masuk ke dalam gedung asrama putra.
"Maaf Bu, kita jemput siapa?" ujar Dinda ke Lia yang ada dibelakang.
"Lihat saja nanti, kamu pasti kenal dengan orangnya." jawab Lia simpel.
"Maksud ibu, aku kenal dengannya gimana? Oh iya Bu, kalau boleh nanya, nama asli Ibu siapa, dan kenapa Ibu bisa jadi pengurus asrama kami?" ujar Dinda penasaran.
"Eh, jadi selama ini kamu nggak tahu nama Ibu" Lia pura-pura terisak nangis. "Masa kamu nggak tahu."
Dinda merasa cemas saat Lia yang seakan-akan terlihat menangis.
"Bukan begitu Bu, aku hanya tahu panggilan Ibu saja, kalau nama asli Ibu aku nggak tahu, maaf Bu." Dinda merasa seperti bersalah sudah menanyai hal itu.
"Ada apa ini?" ujar Luna yang sudah kembali dari dalam asrama.
"Ibu ... begini, aku cuma nanya nama lengkap Bu Lia, tapi ... oh iya dimana orang yang Ibu jemput?"
"Itu dia orangnya." jawab Luna menunjuk ke orang yang dia jemput.
Dinda memperhatikan secara seksama orang yang ditunjuk Luna, seorang wanita dengan memakai gaun pesta mendekati mobil.
Seorang wanita dari asrama putra, pasti itu ibu asrama putra. Dinda terus memperhatikan wanita itu sampai dia berada sangat dekat dengannya. Dinda sontak berteriak kaget mengetahui siapa orang yang dijemput Luna.
"Anda!" ujar Dinda berdiri keluar dari mobil menatapinya. Dinda masuk lagi ke mobil bersama dengan dia yang masuk ke mobil juga. Luna melajukan mobilnya ketempat tujuan, begitupun dengan Sonya, dia juga menjalankan mobilnya mengekor dibelakang mobil Luna.
"Apa kalian kenal dengan wanita itu." ujar Ami ke yang lainnya.
"Lebih baik kita dengarkan aja pembicaraan mereka." tutur Tania, karna mereka bisa mengetahui apa yang dibicarakan oleh Dinda dan yang lainnya.
Setiap obrolan yang dibicarakan oleh Luna dan lainnya, mereka mengetahuinya, ini dikarenakan benda yang diberikan ke Dinda tadi yang berfungsi sebagai penyadap yang terhubung ke ponsel Tania.
"Maaf jika Dinda salah, apakah ibu ini yang ada dirumahnya Rin setiap pagi kan?" tanya Dinda.
"Seperti yang Ibu bilangkan, kamu mengenalnya." ujar Lia.
"Iya, seperti yang kamu tahu, kalau Tika ini yang ada dirumah Rin setiap paginya, dia yang mengurus rumah itu dan juga dengan penghuninya." ujar Luna.
"Jadi nama Ibu, Tika ya. Tapi kenapa Ibu bisa jadi pengurus asrama putra juga." tanya Dinda penasaran. "Dan juga pertanyaan aku tadi juga belum Ibu jawab." ujar Dinda memandangi Lia.
"Pertanyaan apaan sih?" Luna ikut jadi penasaran.
"Oh itu, Dinda tadi nanya nama lengkap ku dan alasanku jadi ibu asrama."
Luna tertawa kecil begitupun Tika, dia juga tersenyum.
"Oh begitu ya, kamu penasaran ya." ujar Luna, Dinda pun mengangguk. "Bolehkan kalau aku saja yang cerita."
"Ya silahkan ..." jawab Lia dan Tika.
"Baiklah, pertama kamu mau tahu tentang siapa? Aku, Tika atau kak Lia."
"Hemp, kalau itu terserah Ibu saja."
"Kalau begitu mulai dari aku saja deh." ujar Luna.
Dia mulai bercerita tentang dirinya, sambil mengemudi. Dinda mendengarkan dengan serius apa yang dibicarakan Luna, begitu juga dengan Sonya dan yang lainnya mendengarkan sambil terus mengekor di belakang Luna.
"Hemp, mulai dari mana ya ..." ujar Luna mencari kata-kata untuk mulai bercerita. "Oke, kalau nama ibu kamu pasti sudah tahukan?" Luna melirik kearah Dinda. "Luna Horigh itu nama lengkap ibu, lahir di Prancis sampai umur 15, Ibu pindah kesini. Kamu juga sudah tahu kan kalau Ibu ini tantenya Rin kan, lebih tepatnya Ibu ini adalah adik sepupunya kak Robi. Aku, kak Salman, kak Intan dan kak Lia adalah teman satu SMA, sedangkan Tika adalah teman satu fakultas ditempat kuliah dulu."
"Ibu sudah berapa lama jadi dokter Akademi?" tanya Dinda.
"Ibu sudah 15 tahun bekerja disana, namun ada yang lebih lama dari Ibu." jawab Luna.
"Siapa Bu?"
"Bisa Ibu lanjutkan lagi?" tutur Luna dan Dinda mengangguk mempersilahkan Luna untuk melanjutkan ceritanya. "Selanjutnya Tika. Nama lengkapnya Mitika Puspari, seperti yang Ibu bilang tadi bahwa Tika itu teman satu fakultas dulu. Kami menjadi sahabat sejak awal kami kuliah. Tamat kuliah Tika memutuskan jadi pengurus asrama dan juga dia membantu di klinik dekat sini, saat itu akademi baru-baru dibuka, awalnya asrama putra dan putri itu satu dan saat itu pun asramanya masih dirumah Rin sekarang, soalnya sedikit yang tinggal di asrama. Sedangkan Ibu melanjutkan kuliah Ibu dibidang kedokteran, baru setelah lulus Ibu diajak untuk menjadi Dokter di akademi, saat itu baru buka untuk jenjang SMA nya, dan Tika yang mengisi perawat di jenjang SMP nya sampai kini."
Luna terus melanjutkan mobilnya. Kini mereka sudah memasuki jalanan TOL. Sonya dengan setianya terus mengikuti mobil Luna dari belakang, Luna kembali bercerita, dan sekarang tentang Lia.
"Ini akan menjawab beberapa pertanyaan dari kamu tadi Dinda, dan juga rasa penasaran kalian." ujar Luna sambil memperhatikan jalan.
"Kalian ..." Dinda sontak kaget mendengar ucapan Luna. "Maksud Ibu?"
"Kami bukan tidak menyadarinya loh." tutur Tika mencondongkan tubuhnya kearah Dinda.
"Lagian, mereka berempat terlalu sepi dibelakang, mereka pasti sedang menikmati ceritanya Luna." tutur Lia melirik ke mobil Sonya lewat kaca belakang.
"Iya kan, Sonya." ucap mereka bertiga kompak didalam mobil
Dinda mengeluarkan alat penyadap dari tasnya yang dia pangku. Alat penyadap itu diletakkannya diatas dashboard mobilnya Luna. Mereka bertiga hanya tersenyum setelah Dinda meletakan itu, Luna mulai bercerita lagi.
"Hahahaha ... benar-benar cerdik kalian ini. Ya sudah aku lanjut aja, sekarang tentang kak Lia. Kalian pasti mengenal dia kan, setiap hari ketemu di asrama. Kak Lia awalnya sebagai guru saat akademi baru dibuka, setelah pembangunan gedung SMA dan gedung asrama, kak Lia memegang kendali sebagai ibu asrama putri dan sedangkan Tika yang putra sampai sekarang. Hemp, apa lagi kak?" ujar Luna, Lia hanya mengangkat bahunya.
"Ibu kenal kak Lia dari kak Intan, saat kami ngumpul bareng. Kak Lia itu teman sekelas kak Intan, mulai dari situ kami jadi dekat dan sering ngumpul bareng dulu. Oh iya, nama kak Lia itu Artellia Roswaal." ujar Luna.
"Roswaal ..." Dinda sontak terkejut saat Luna bilang nama panjang Lia, begitu juga dengan Sonya dan lainnya yang masih terus mendengar pembicaraan mereka. "Nama Ibu Roswaal, berarti Ibu pemilik akademi?" lanjut Dinda, yang tadi memotong ucapan Luna.
"Iya, nama Ibu Roswaal, lebih tepatnya Artellia Norght Roswaal." ujar Lia membenarkan namanya.
Nada dering terdengar dari dalam tas Dinda, sesaat setelah Lia memberikan nama panjangnya tadi.
'Tania, VC darinya, ada apa lagi sih.' pikir Dinda saat dia mengeluarkan ponselnya.
"Kenapa nggak diangkat, dari siapa?" tanya Lia.
"VC dari Tania, Bu." jawab Dinda.
"Angkat, dan letakan disini." Luna menunjuk kearah dashboard mobilnya.
"Ya, ada apa?" ujar Dinda saat menjawab panggilan dari Tania dan mengikuti apa yang diucapkan Luna tadi.
"Bu Lia, Ibu tadi bilang apa tentang nama lengkap ibu." ujar Tania lewat VC dari ponselnya.
"Kenapa, apa teringat sesuatu dengan nama kak Lia?" tutur Luna.
"Iya Bu, Tania merasa pernah mengenal nama itu deh."
"Sonya juga merasa kenal dengan nama itu." sambung Sonya yang masih memegang stir mobilnya.
"Kalian juga merasa tak asing dengan nama lengkapnya Ibu Lia" tutur Tania. "Bagaimana dengan kalian berdua?" sambung Tania menghadap kearah Ami dan Olive, mereka berdua menggeleng dan menjawab tak mengenal nama itu, baru tadi mendengarnya
"Kenapa memasang wajah begitu." celetuk Tika melihat ekspresi Dinda dan juga Tania dari ponsel. "Mau Ibu kasih clue untuk kalian? Kalian tahu dengan panggilan Miss Ka?" ujar Tika.
"Miss Ka?" tutur mereka kompak. "Bukannya Miss Ka itu panggilan untuk kepala sekolah kita pas SMP, kan." ujar Sonya.
"Tapi apa hubungannya dengan Ibu Lia." timpal Olive masih bingung
"Miss Ka ..." ujar Dinda. "Kepala Sekolah." sambung Tania. "Artellia Norght." tambah Sonya. Mereka bertiga masih berpikir.
"Artellia Norght." gumam mereka bertiga untuk beberapa saat. "A. Norght." ujar Sonya lantang melepas lamunannya, mendengar Sonya menyebut dengan lantang, membuat Luna, Lia dan Tika tertawa kecil.
"Berarti Ibu itu Miss Ka, kepala sekolah kami pas di SMP." tutur Tania.
"Tapi, sumpah deh, penampilan ibu benaran berbeda antara ibu yang disekolah dan juga saat di asrama." ujar Dinda yang memang sudah lama tinggal di asrama
"Oh, kalau itu ada alasannya tersendiri." jawab Lia.
"Ibu, Ami boleh nanya nggak?"
"Mau nanya ke siapa ni?" balas Tika.
"Ke tiganya boleh." jawab Ami "Nama belakang Ibu, Roswaal, kan, berarti Ibu itu yang punya akademi, kan. Tapi didekat patung sekolah kita tertulis Akademi Roswaal dan 7 pendiri dan juga dibelakangnya ada tulisan S. I. L. K. T. E. A. R, dengan huruf cetak, kalau dibaca jadi Silk Tear. bisa Ibu kasih tahu nggak maksud dari tulisan itu?" tutur Ami
Lia, Luna dan Tika tak menduga sama sekali apa yang akan ditanyakan Ami ke mereka bertiga. pertanyaan Ami itu sungguh membuat mereka terkejut, apa lagi tentang tulisan yang ada di belakang patung itu, apa lagi yang lainnya tak tahu tentang tulisan itu, tutur mereka saat Ami selesai berbicara.
"Benaran Mi, ada tulisan juga dibelakang patung akademi, kok aku nggak tahu." ujar Tania.
"Aku juga nggak tahu." sambung Sonya.
"Sama, aku juga." Dinda dan Olive menjawab juga.
"Ya, tulisan itu memang ada dibelakang patung, tapi posisi tulisan itu memang sengaja dibuat susah untuk ditemukan." ujar Tika.
mendengar apa yang dikatakan Tika membuat mereka bingung dan bertanya-tanya, kenapa tulisan itu sengaja dibuat tersembunyi. Mereka saling menatap untuk beberapa saat, ketika murid-muridnya itu meminta diceritakan maksudnya, lalu Luna dan Tika membiarkan agar Lia yang menjelaskan ke mereka.
Lia mencoba menarik nafas panjang, menenangkan pikirannya dan mengatur detak jantungnya. Perlahan dia mencoba menyusun kata dan mulai berbicara.
"Pertama-tama mulai dari nama Ibu dulu. Nama Ibu dari lahir itu hanya Artellia Norght, sekitar 13 tahun yang lalu Ibu menambah Roswaal dinama Ibu."
"Sekolah kita sudah 20 tahunan lebih kan berdirinya, Ibu Lia sekitar beberapa tahun kemudian baru menambah nama Roswaal, berarti awalnya bukan Ibu yang punya sekolah, terus kenapa Ibu nambah nama? Apa itu nama suami Ibu dulu?" tutur Tania.
"Haha ..." Lia tertawa mendengar apa yang dikatakan Tania ke dirinya. "Suami Ibu? Ibu belum ada nikah Tan, begitu juga dengan dua dokter kita ini." balasan dari Lia membuat mereka berlima terkejut. "Nama dari Roswaal itu sebenarnya singkatan dari nama seseorang, tapi bukan suami Ibu ya. Dan sekarang ini akan terkait dengan apa yang ditanyakan Ami tadi." ujar Lia.
Lia melanjutkan ceritanya lagi. Luna dan Sonya masih fokus dengan mengemudi sembari mendengarkan Lia bercerita, dan yang lainnya juga fokus mendengarkan dan mencoba untuk tidak banyak bertanya.
"Nama akademi diambil dari nama salah satu pendiri akademi itu. Ami tadi bertanya tentang 'Silk Tear' dan pendiri, kan. Silk Tear itu inisial dari para pendiri. Awalnya akademi ini hanya tempat bimbel yang kami bentuk, dan nama tempat bimbel itu kami gunakan inisial kami dan jadilah 'Silk Tear'. Bimbel ini dikhususkan untuk SMP dan SMA."
"Jadi kalian ini 7 pendiri itu, tapi Silk Tear itu 8 huruf, seharusnya dibuat 8 pendiri, kan, bukan 7 pendiri?" ujar Olive.
"Silk Tear, 'S' untuk pak Salman, 'I' untuk ibu Intan, 'L' kalau bukan ibu Lia pasti untuk ibu Luna, ibu Tika pasti di 'T' kalau pakai nama Mitika ngak ada M disana. Hemp ibu Lia di 'A' ya dengan nama lengkapnya Artellia, dan untuk 'R' nya itu pasti Roswaal kan, sedangkan huruf 'K' dan 'E' aku ngak tahu." Sonya mencoba menerka siapa saja para pendiri itu. "Dan jadilah Roswaal dan 7 pendiri kan, bukan 8 pendiri karna Roswaal itu juga pendiri, kan?" sambungnya sambil mencondongkan tubuhnya ke stir mobilnya.
"Yang dibilang Sonya tadi benar dan juga ada salahnya." tutur Tika.
"Akademi Roswaal dan 7 pendiri, seperti yang dibilang sonya kalau Roswaal itu nama salah satu pendiri akademi" sambung Luna
"Dan 'R' di Silk Tear itu bukan inisial Roswaal, yang lainnya sudah benar perkiraan kamu." jawab Lia. " 'S' memang dari nama kak Salman, Salman Prawijaya, kepala sekolah kalian, 'I' itu dari Intan, Intan Kumala Dewi, wali kelas kalian, 'L' untuk Luna Horight, dokter akademi, 'K' itu dari Karwaal, Rosellia Karwaal, yang kalian tahu dengan Roswaal, atau dengan panggilan Miss Ka, kepala sekolah pertama akademi Roswaal dan juga merupakan saudari kembar ibu. Penampilan ibu disekolah itu adalah penampilan dari Ros.
'T' itu dari Tika, Mitika Puspari, ibu asrama cowok dan juga perawat akademi, 'E' dari nama Erika, Erika Edelweist, istri dari kak Salman dan juga ibu dari sahabat kalian, Karin. 'A' diambil dari namaku, Artellia Norht, Ibu asrama kalian dan juga kepala sekolah Junior Akademi Roswaal, dan 'R' bukan Roswaal, melainkan dari Robi Artara Veirnieq, suami dari Intan, dan juga ayah dari Rin." ujar Lia memberitahu siapa saja pendiri itu.
"Maaf Bu, mungkin aku sedikit lancang, kenapa disekolah Ibu memakai gaya dan penampilan saudari Ibu, memangnya dia nggak marah apa? Lalu kenapa akademi diberi nama saudari Ibu, kenapa tidak tetap pakai Silk Tear saja?" Tania memberikan pendapatnya.
"Hemp, mungkin dia akan marah deh kalau dia tahu aku memakai gaya dan penampilannya, tapi dengan melakukan itu ibu bisa terus ingat dia."
Lia memasang wajah sedih dengan senyuman yang dipaksakan saat dia berbicara, Luna dan Tika memasang wajah datar saat mendengar apa yang diucapkan Lia tadi namun mata mereka yang berkaca-kaca, hal itu tidak disadari oleh yang lainnya.
"Kenapa kami memberi nama akademi dengan nama dari kak Ros." tutur Luna.
Tika menggenggam tangan Lia sambil ber-isyarat biar dia yang lanjut bercerita.
"Kalian tadi sudah tahukan kalau akademi ini awalnya hanya tempat Bimbel yang dibangun oleh kami yang baru lulus dari SMA. Bimbel kami termasuk sukses dan banyak siswa yang mendaftar, sampai rencana kami yang ingin bangun sebuah sekolah diketahui oleh Mama, setelah itu Mama langsung memberikan kami dana untuk membangun sebuah sekolah, kami ber-8 yang disuruh mengaturnya, sedangkan Mama sebagai pemilik.
Bimbel kami berlangsung sampai 3 tahun, sampai pembangunan akademi selesai. Awalnya kami memang berencana untuk tetap memakai nama Bimbel, namun sesuatu yang tak kami harapkan terjadi tiba-tiba. Orang yang mengumpulkan kami, orang yang sudah berbagi mimpinya ke kami, seminggu sebelum peresmian selesainya pembangunan sekolah, dia dilarikan kerumah sakit.
Dia divonis dokter mengidap kanker yang sudah stadium akhir. Awalnya kami sudah berencana untuk tetap memakai nama Bimbel dinama akademi, namun akhirnya kami semua sepakat untuk memakai nama Rosellia maka jadi sampai sekarang ini nama akademi kita itu 'Roswaal' dari nama Rosellia Karwaal."
"Dia sekarang dimana bu?" tanya Dinda ke Tika.
"Dia ... hemp, Ibu lanjutkan ceritanya ya." ujar Tika. "Akademi sudah diresmikan, dan yang menjadi kepala sekolahnya itu kak Ros dan wakilnya kak Salman dan kak Robi yang membantu mereka dari belakang dan kebetulan saat itu mereka telah tamat kuliah, sedangkan kak Lia dia melanjutkan pendidikannya dan juga menjadi guru disana. Kami yang masih kuliah saat itu hanya bisa menjadi guru magang saja.
Dua tahun akademi sudah berjalan, dan kami membangun lagi gedung baru untuk SMA nya, dan setelah diresmikan, kak Salman yang mengambil alih sebagai kepala sekolahnya, namun beberapa waktu kemudian kak Ros kembali dilarikan kerumah sakit, kondisinya semakin memburuk. Bukan karena kanker yang waktu itu, namun ini penyakit yang lainnya lagi. Hanya sampai satu tahun kemudian kami bisa bersama dengan dia, dan kak Ros dipanggil oleh yang kuasa, posisi kak Ros diambil oleh kak Erika yang menjadi wakilnya dulu, selama satu tahun, lalu kak Lia yang mengambil posisinya sampai sekarang." cerita Tika ke yang lainnya, mendengar hal itu mereka langsung meminta maaf ke mereka bertiga terutama Lia, dan mereka memakluminya.
"Oh iya, saat kami waktu SMP, Dinda tidak melihat ada pendiri yang lainnya selain Ibu Lia dan Ibu Tika di SMP, setelah Ibu cerita tadi, dan saat di SMA cuma lihat pak Salman dan Ibu Luna, sedangkan Ibu Intan baru pindah ke akademi tahun ini, yang lainnya kemana dan kenapa nggak bekerja di akademi bersama dan juga kenapa Mama nya Karin, waktu kami SMP, hanya dirumah?" ujar Dinda.
"Kalau masalah kak Erika, 5 tahun yang lalu dia memutuskan untuk jadi ibu Rumah tangga saja, kalau kak Robi memang dari awal berada dibalik layar, dia melanjutkan usahanya yang sudah berdiri sebelum akademi, kalau kak Intan, setelah Seira lahir dia diterima sebagai dosen, karena jadwal ngajar dia padat, dia berhenti ngajar disini, namun sekarang dia kembali lagi ngajar disini, walaupun dia juga sebagai dosen." jawab Luna dari pertanyaan Dinda tadi.
°
°