Karna obsesinya pada seorang pria tampan, Kimmy nekad menjebak pria itu untuk menjadi suaminya, sampai sang pria tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri.
Sipatnya yang bar-bar, ceroboh, dan semaunya, membuatnya merasa terperangkap dengan jebakannya sendiri, ia merasa terpenjara di tempat suci bernama pondok pesantren.
Tempat itu tak lantas langsung merubah diri Kimmy dengan cepat, berbagai tingkah ajaibnya selalu mewarnai orang-orang sekitarnya.
Lantas bagai mana dengan kisah cintanya bersama pria tampan?, yang merupakan seorang anak dari pemilik pondok pesantren. Semua orang memanggilnya Gus Ridwan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin pulang
"Apa yang telah ku lakukan ya Allah?". sulit sekali ridwan membuka kunci tangannya mulai gemetar karna sudah tidak terdengar gaduh dari dalam.
"berikan kuncinya mas biar Riza yang buka".
Saat kunci sudah terbuka tapi sangat sulit untuk didorong seakan ada benda.
"pasti ada sesuatu di balik pintu ini mas". Riza sangat yakin.
"Mbak tolong nyalain lampunya! ". Tanpa di minta dua tiga kali Risma menekan timbol lampu di samping lampu.
Saat pintu sedikit terbuka Ridwan memasukan kepalanya sebatas leher untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam gudang ternyata yang menghalangi pintu adalah tubuh ringkih istrinya.
Pelan-pelan Ridwan menyelinap masuk dari celah pintu ygang terbuka hanya sedikit merangsekan seluruh tubuhnya hingga masuk sempurna, tubuhnya merasa kaku melihat istri nakalnya meringkukan badan dibalik pintu, tepat diatas lantai dingin tanpa alas sama sekali. "Astaghfirullah, aku sudah bertindah dzalim kepadanya, menghukumnya dengan keji tanpa ku dengarkan dulu penjelasannya".
Di pandang wajah istrinya yang tertutup hidab segi empat namun nampak berantakan dengan beberapa surai rambut yang keluar dari penutupnya, kedua mata Kimmy menyita fokusnya saat ini, mata itu nampak sembab dan menyisakan jejak-jejak air mata di sana. Ridwan meraih tubuh istrinya dan seketika ia di serang dengan rasa panik yang membuncah mendapati tubuh istrinya sedingin ubin yang di pijaknya, "Abi, Umi, Kimmy sepertinya pingsan". Ridwan membopong tubuh istrinya membawanya memasuki rumah.
"Biar mbak panggilkan dokter Hani ke mari". Risma segera meraih gawainya menghubungi nomor dokter itu.
.
.
Setelah di periksa dokter subuh tadi Kimmy hanya terduduk lemas di atas ranjang di temani kakak iparnya memakan sarapannya dengan di bantu Risma yang menyuapkan bubur ke mulutnya, meskipun Kimmy sudah menolak karna merasa tidak enak tetapi Risma memaksa menyuapi istri dari adiknya dikarnakan merasa tak tega melihat tubuh lemas adik iparnya.
sejak dirinya terbangun Kimmy belum melihat batang hidung suaminya, biar saja lelaki itu lenyap sekalipun sekarang Kimmy sudah tidak memperdulikannya, Ahh sepertinya Kimmy menyesal telah menjebak pria kejam itu untuk menikahinya.
"Mbak Kimmy ingin pulang". Risma menarik kembali tangannya dengan sendok berisi bubur di genggamannya.
"Kimmy sudah pulang, sekarang Kimmy sudah di rumah bukan di gudang gelap itu lagi". Risma mengusap lembut pipi adik iparnya.
"Kimmy ingin pulang ke rumah Kimmy sendiri, di sini bukan tempat Kimmy, tempat suci ini bukan tempatku".
"Habiskan dulu makananmu nanti kita bicara lagi ya?".
"Kimmy sudah kenyang".
" Ya sudah Kimmy tunggu sebentar di sini mbak akan panggilkan suamimu".
"Jangan mbak, Kimmy bisa kok pulang sendiri".
"Mbak di mana ponsel Kimmy, Kimmy ingin menghubungi Sammy untuk menjemputku di sini".
Diruang tengah Ridwan menundukan kepala disaat Abi sedang memarahinya, seumur hidupnya ia belum melihat ayahnya semarah itu dan penyebabnya adalah dirinya sendiri.
"Tadinya saya pikir telah berhasil mendidikmu, tapi ternyata aku keliru ternyata yang ku besarkan bisa berubah menjadi monster yang mengerikan". Bukan tanpa alasan Abi mengatakan itu semua setelah mendengar keterangan dari beberapa santri yang berada di tempat kejadian perkara abi juga melihat dari cctv gudang bagai mana cara Ridwan menghukum istrinya sungguh keterlaluan.
"Apa kamu pernah melihatku menghukummu atau ibumu menggunakan kedua tanganku? ". Ridwan hanya membisu.
"Baru tiga hari dia menjadi istrimu tapi sudah babak belur seperti itu Ridwan omar ku akui aku malu memiliki anak sepertimu". Kyai sulaiman beranjak karna sudah tidak ingin mengeluarkan kata-kata yang lebih buruk lagi pada putra keduanya.
Ridwan hanya terduduk di atas sofa ruang tengah sorot mata kosong ia menyesal karna telah bertindak sembarang tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Dek dimana ponsel istrimu?".
"Untuk apa?".
"Istrimu mencarinya, dia akan menghubungi Abangnya agar menjemputnya di sini, Kimmy akan pulang, sekarang dia lagi berkemas".
"Mengapa mbak tidak bilang dari tadi".
.