Unexpected Of Love

Kalimat yang terucap dari mulut Erzan membuat mami Aleesa terkejut bukan main. Beda halnya dengan papi Restu yang bersikap biasa saja.

"Kamu mabuk, Bang?"

"Apa kamu sedang nge-prank Mami?"

"Enggak, Mi. Abang serius dengan ucapan Abang. Abang akan menikahi seseorang besok malam."

"Pi, Mami gak salah denger kan?"

Mami Aleesa memastikan. Takutnya dia salah mendengar karena nyawanya belum semua terkumpul. Papi Restu hanya menyunggingkan senyum dan itu membuat sang istri menatap Erzan dengan begitu lekat.

"Aera?"

Satu nama yang mami Aleesa sebut. Erzan menggelengkan kepala menandakan bukan dia orangnya.

"Lalu?"

"Cyra."

Dahi Mami Aleesa mengkerut mendengar nama yang sangat asing di telinga. Lalu, wanita cantik itu menggelengkan kepala sambil memijat pelipisnya.

"Masih malam, Bang. Jangan buat Mami pusing dengan permintaan yang kayak tahu bulat itu."

Memilih pergi dan kembali masuk ke kamar meninggalkan sang suami dan juga si anak sulung.

Di depan pintu kamar tinggal ada papi Restu juga Erzan. Sang papi memberikan kode jika Erzan harus ikut dengannya. Kini, dua orang itu ada di ruang kerja sang papi. Alkohol kalengan pun sudah ada di atas meja. Juga rokok merk ternama sudah tersedia juga. Selera bapak dan anak itu sangat sama.

"Menikah itu perlu persiapan."

"I know."

Erzan menjawab sambil mengambil rokok. Lalu, membakarnya. Menghisap rokok dengan begitu dalam, dan membuangnya ke udara.

"Lalu?"

Erzan menatap sang papi dengan sangat serius. Matanya yang tajam semakin tajam sekarang.

"Nikah siri. Jalan cepatnya."

Papi Restu tersenyum. Dia mulai membuka kaleng alkohol yang ada di meja. Lalu, meneguknya.

"Kamu mau mempermainkan pernikahan?"

"Enggak gitu, Pi."

Helaan napas berat Erzan membuat Restu tersenyum. Pria dewasa itu menatap sang putra dengan begitu Lamat.

"Papi sudah tahu semuanya. Dan uncle kamu pun sudah menceritakan semuanya kepada Papi."

Erzan pun terdiam. Dia menatap papi Restu dengan sorot penuh permohonan.

"Tak akan pernah kamu keluarkan effort yang begitu besar seperti ini jika kamu menganggapnya hanya sebagai teman masa kecil," ucap sang papi.

"Sifat kamu sama seperti Papi. Mencintai seseorang dengan tindakan dan perbuatan. Bukan dengan sebuah bualan."

Papi Restu seperti melihat dirinya sewaktu muda. Papi Restu dan Erzan seperti obat untuk para wanitanya.

.

Keesokan paginya, Erzan sudah ditatap oleh para singa jantan senior juga singa betina senior. Mereka sudah berkumpul di rumah sang baba.

"Abang akan menikahi seseorang nanti malam."

Sebuah kalimat yang membuat singa betina terkejut. Tapi, tidak untuk para singa jantan. Mereka nampak biasa dan mengetahui sesuatu.

"Apa kamu sudah mempersiapkan semuanya sebelumnya?" tanya Ayah Aska.

"Abang akan menikah siri dulu."

Mami Aleesa kembali terkejut. Dia menatap sang putra dengan tatapan tak percaya. Overthingking pun mulai hadir.

"Jangan bilang kalau kamu sudah menodai--"

"Enggak, Mi. Bukan itu alasannya."

Akhirnya, Erzan menceritakan semuanya. Semua orang terdiam ketika mendengar cerita yang memilukan tentang wanita yang akan Erzan nikahi.

"Abang ingin melindungi dan menemani menyembuhkan lukanya. Sebuah ikatan perlu dilakukan untuk meminimalisir sesuatu yang akan terjadi ke depannya."

"Apa kamu menikahinya hanya karena ingin melindunginya? Tanpa ada rasa cinta?"

Pertanyaan Daddy Aksa sangat saklek. Tatapannya begitu tajam kepada Erzan.

"Daddy dan yang lain kan tahu bagaimana Abang. Abang tidak akan sepeduli ini jika Abang hanya menganggapnya biasa."

Sebuah pengakuan pun terungkap di depan keluarga. Tak mengungkapkan secara gamblang, tapi mereka tahu arti dari ucapan Erzan.

"Wanita yang Erzan lindungi butuh rangkulan kita," ujar mami Aleena.

Mami Aleesa dan Aunty Aleeya mulai menatap sang kakak. Sorot mata mereka penuh dengan tanya.

"Nana udah ketemu dia."

Mami Aleena menunjukkan sebuah video kepada kedua adiknya. Tubuh mereka berdua mendadak membeku. Air mata mereka pun tak terasa menetes.

"Semuanya dihajar. Masih bisa bertahan sampai sejauh ini saja itu sudah luar biasa," ungkap Mami Aleena.

Demi meyakinkan keluarga besarnya, Erzan membawa mereka semua ke rumah sakit di mana Aruna berada. Ya, rumah sakit milik keluarga besar Addhitama. Erzan pun mengajak mereka masuk melalui pintu belakang.

Semuanya melihat bagaimana effort Erzan. Ruang VVIP yang Erzan berikan serta pengawalan yang ketat di depan ruangan tersebut. Bodyguard yang berjaga pun bukan orang sembarangan.

Erzan membuka pintu ruangan. Senyum yang indah menyambutnya. Namun, senyum itu menghilang ketika banyak orang yang masuk setelah Erzan. Wajah Aruna mulai memerah. Dia mulai meremas kedua tangannya yang sudah sangat dingin.

"Cyra!"

Pandangan Aruna masih tertuju pada keluarga Erzan yang sudah berada di dalam ruang perawatan. Para pria berwajah tegas dan memiliki aura luar biasa. Juga para wanita yang begitu cantik dengan aura mahal.

"Cyra," panggil Erzan lagi.

Perlahan, Aruna mengalihkan pandanganya. Dia mulai menatap Erzan dengan mata yang sudah memerah. Air mata sudah menggenang. Dan tubuh mulai gemetar. Erzan segera memeluk tubuh Aruna dan tangis Aruna pun pecah.

"Jangan takut. Mereka keluarga saya."

Mami Aleesa membeku melihat sang putra yang memperlakukan perempuan itu dengan sangat baik. Dia juga melihat jikalau perempuan itu memiliki luka yang amat dalam. Wajah penuh ketakutannya mampu Mami Aleesa lihat.

"Mereka tidak akan berbuat jahat kepada kamu. Percaya sama saya."

Keseriusan Erzan mampu para singa jantan lihat. Ini kali pertama mereka melihat Erzan memeluk perempuan dan memperlakukannya penuh sayang.

"Jangan takut lagi, ya."

Begitu lembut kalimat itu terucap. Ibu jari Erzan sudah menghapus jejak air mata di wajah Aruna.

Langkah seseorang yang mendekat terdengar. Sontak Aruna segera menoleh. Wanita yang sekilas mirip dengan psikolog yang menanganinya mendekat dan tersenyum ke arahnya. Jantung Aruna sudah berdegup hebat.

Tak dia sangka, wanita itu memeluk tubuhnya. Seketika tubuh Aruna menegang. Namun, ada sebuah kenyamanan yang dia dapatkan. Terlebih ketika tangan Mami Aleesa mengusap punggungnya.

"Kamu adalah perempuan yang sangat spesial. Bersandinglah dengan Erzan."

Aruna terdiam untuk beberapa saat. Dia tengah mencerna ucapan wanita yang masih memeluk tubuhnya. Pelukan itupun terurai. Mami Aleesa menggenggam tangan Aruna. Menatapnya dalam.

"Mami merestui Erzan menikahi kamu."

Aruna masih tidak mengerti. Dia mulai menatap ke arah Erzan. Meminta penjelasan.

"Ini adalah jawaban dari permintaan kamu kemarin," ucap Erzan.

Aruna mulai berpikir. Memangnya kemarin dia minta apa kepada Erzan? Aruna pun bingung sendiri.

"Sayang dan cinta dari saya. Itulah yang kamu minta."

Aruna membisu serta membeku. Matanya masih menatap Erzan. Dan tangannya masih digenggam oleh Mami Sasa.

"Nanti malam kita akan menikah."

Aruna terkejut bukan main. Tubuhnya semakin menegang.

"Kita menikah secara agama dulu karena saya ingin terus berada di samping kamu. Menjaga kamu dan melindungi kamu sepanjang waktu."

"Dan satu hal lagi. Saya tidak menerima penolakan."

...**** BERSAMBUNG ****...

Yuk dikomen yuk!