NovelToon NovelToon
Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*

Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.

Mohon tinggalkan jejak ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Pulang sekolah, Adel dan Silvi berjalan ke arah gerbang untuk pulang ke rumah mereka masing masing, tapi ketika sampai di gerbang, keduanya melihat seorang pria yang memakai helm sedang menunggu di depan gerbang di atas motornya.

“Wah lo di jemput Lia,” ujar Silvi.

“Aduh kak Helmi ya....tapi kebeneran sih, gue lagi butuh bantuan dia,” ujar Adel.

“Bantuan apa ?” tanya Silvi bingung.

“Rahasia, ntar aja gue ceritain kalo udah kelar,” jawab Adel.

“Dasar lo, ya udah, sono gih, kasihan kak Helmi nunggu,” ujar Silvi sambil mendorong punggung Adel.

“Iya, dah ya Sil, sampe besok, lo ati ati pulangnya,” balas Adel sambil berlari dan melambaikan tangan.

“Iyaaaa, lo juga ati ati ya,” teriak Silvi.

Adel menghampiri Helmi yang duduk di motor tepat di depan pagar, ketika melihat Adel mendekat Helmi membuka helmnya, wajahnya terlihat tampan dan tangannya mengibaskan rambutnya yang panjang, kemudian dia tersenyum kepada Adel,

“Udah lama  ya kak ? sori ya,” ujar Adel ketika sampai.

“Ah aku baru datang kok, yuk,” balas Helmi sambil memberikan helm penumpang kepada Adel.

Adel mengambil helmnya dan memakainya, kemudian dia langsung naik ke atas motor, kemudian Helmi menoleh ke belakang,

“Kita mau kemana ?” tanya Helmi.

“Ke kampus kakak aja gimana ?” tanya Adel.

“Hah...kenapa ke kampus ku ?” tanya Helmi bingung.

“Mau liat liat aja, kan tahun depan aku juga mau masuk ke kampus kakak,” jawab Adel.

“Kamu mau ambil fakultas apa emangnya ?” tanya Helmi.

“Hukum,” jawab Adel tegas.

“Loh kok sama ?” tanya Helmi.

“Emang kenapa kak kalo sama ? takut jadi saingan gitu ?” tanya Adel.

“Hahaha ya enggak sih, cuman heran aja,” jawab Helmi.

“Kenapa heran coba, ayo jalan kak,” balas Adel.

“Iya iya, sabar ya,” balas Helmi yang kemudian langsung memakai kembali helmnya.

Helmi menyalakan motornya dan mereka melesat menuju kampus tempat Helmi sekarang kuliah. Hanya dalam waktu tiga puluh menit, mereka sampai di kampus, Helmi memarkir motornya di tempat parkir kampus, kemudian mereka masuk ke dalam gedung. Selagi berjalan masuk, Adel terus memperhatikan sekelilingnya seperti sedang mencari seseorang. Helmi yang memperhatikannya langsung bertanya,

“Kamu ada tujuan lain kan kesini ?” tanya Helmi.

“Eh...um...ketahuan ya kak,” jawab Adel.

“Iya lah, sejak dari tempat parkir sampai hall, kamu celingukan seperti sedang mencari orang, kamu cari siapa ?” tanya Helmi.

“Sebenarnya aku cari kakak ku sih, dia di fakultas manajemen informatika,” ujar Adel.

“Oh yang kamu ceritain ama aku itu ya, yang mau jadi atlet mma ?” tanya Helmi.

“Iya, bener kak,” jawab Adel.

“Ya udah, yuk, kita cari kakak mu,” balas Helmi tersenyum.

“Eh beneran kak, sori ya kak, aku jadi memanfaatkan kamu,” balas Adel menunduk.

“Ah ga apa apa kale, senang bisa membantu,” balas Helmi tersenyum sambil memegang kepala Adel.

“Woi,”

Mendengar suara seorang pria di sebelah keduanya, langsung saja keduanya menoleh, mereka melihat seorang pemuda bertubuh sangat besar dan tinggi sedang menatap mereka dari samping.

“Loh...kakak ?” tanya Adel.

“Dia ganggu kamu Del ?” tanya Ardo sambil menunjuk wajah Helmi.

“Eh...gue ga ganggu dia kak, gue dateng bareng dia,” jawab Helmi terbata karena melihat Ardo yang bertubuh besar di depannya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

“Iya bener kak, aku yang minta dia nganter aku ke sini,” tambah Adel sambil berdiri di depan Helmi.

“Gitu, trus kamu ngapain ke kampus ku ?” tanya Ardo.

Adel tidak menjawab, tapi kemudian dia melihat seorang gadis berdiri di belakang Ardo yang sepertinya tidak mau kelihatan oleh dirinya dan tidak bisa lari dari sana. Adel langsung bergeser ke belakang Ardo dan melihat wajah sang gadis, mendadak wajah Adel terlihat marah dan geram,

“Elo rupanya, gue udah bilang waktu itu di rumah sakit, lo jangan deket deket kak Ardo,” teriak Adel sambil menunjuk wajah gadis di belakang Ardo.

Mendengar Adel berteriak, tentu saja Ardo dan Helmi menjadi bingung, Ardo langsung menoleh dan Helmi menghampiri Adel. Ternyata gadis yang berada di belakang Ardo adalah Desi yang mengikuti Ardo,

“Ng...so..sori, lo mungkin salah orang,” balas Desi menunduk sambil membetulkan kacamatanya.

“Hah salah orang, kaga mungkin gue lupa muka lo, copot kacamata lo,” ujar Adel berteriak dan tangannya berusaha meraih kacamata Desi.

Tapi tiba tiba tangan Adel di pegang oleh Ardo yang berdiri menghalangi Desi di belakangnya, Ardo bingung melihat sikap adiknya yang mendadak berubah menjadi beringas dan menoleh melihat dirinya dengan geram,

“Kenapa lo belain dia kak,” ujar Adel kepada Ardo.

“Kamu tenang dulu Del, coba ceritain ada apa, kenapa kamu marah sama Desi,” ujar Ardo.

“Hah Desi....dia sekarang bernama Desi ? jangan bercanda, nama dia Intan kak, masa kamu lupa kak, Desi darimana, periksa aja ktpnya kalo ga percaya,” teriak Adel.

“Na..namaku Desi, Adelia,” ujar Desi terbata namun dia langsung menutup mulutnya.

“Nah kan, lo kenal gue, lo tau nama gue, sekarang gue tanya, lo udah lupa apa yang lo perbuat sama kak Ardo hah,” ujar Adel.

Mendengar ucapan Adel, Ardo dan Helmi terlihat bingung, keduanya menoleh melihat Desi yang berada di depan Adel. Desi mundur selangkah, dia menoleh melihat Ardo yang menatapnya dengan bingung, langsung saja Desi berbalik dan lari meninggalkan Ardo.

“Eh...Desi, tunggu, (menoleh melihat Adel) Del, sampe rumah ceritain semua ama kakak, (menoleh melihat Helmi) tolong bawa dia pulang, gue ga tau nama lo,” ujar Ardo.

“Helmi kak, nama gue Helmi,” ujar Helmi.

“Ok Helmi, tolong bawa Adel pulang, gue mau kejar Desi, tolong,” ujar Ardo langsung berlari mengejar Desi.

“Ngapain kejar dia kak, biarin aja, dia ga pantes buat lo kak,” teriak Adel memanggil Ardo yang berlari.

“Udah udah Lia, kita pulang dulu yuk,” ujar Helmi menenangkan Adel dan memegang kedua pundaknya dari depan.

“Tapi kak Helmi,” ujar Adel menatap Helmi di depannya.

“Iya aku ngerti, tapi di sini kita jadi menarik perhatian, kita bicarakan baik baik di rumah kamu, yuk,” ujar Helmi.

Adel tidak menjawab namun dia mengangguk, wajahnya merah dan matanya mulai berkaca kaca, Helmi langsung merangkul Adel dan membawanya keluar dari hall melewati banyak mahasiswa yang berkerumun menonton mereka. Sementara itu, Ardo yang mengejar Desi akhirnya berhasil menangkap tangan Desi,

“Des tunggu,” ujar Ardo.

“Lepas Do,” balas Desi.

“Tunggu, kita bicara baik baik,” balas Ardo.

“Apalagi, ade lo bener, emang gue yang mencelakai lo, udah ya, gue mau pulang,” ujar Desi sambil menangis.

“Apa maksud lo, gue ga ngerti,” balas Ardo.

“Ntar juga lo ngerti,” ujar Desi sambil mengibaskan tangan Ardo dan kembali berlari.

Ardo tidak mengejar karena dia merasa bingung, dia hanya melihat Desi yang berlari menjauh dari pandangannya, tiba tiba “dring...dring,” terdengar suara smartphonenya berbunyi, Ardo melihat layar smartphonenya, ternyata Andin yang menelponnya, dia langsung mengangkatnya,

“Kak, masih lama ga pulangnya ?” tanya Andin.

“Aku...udah mau pulang Ndin, kenapa ?” tanya Ardo.

“Kalau bisa tolong mampir ke apotik kak, beli obat demam, Nisa badannya panas pas pulang sekolah, sekarang udah di ganti baju dan berbaring di kamar, cepetan pulang ya kak, tolong teleponin kak Adel juga supaya cepet pulang, dia ga angkat telepon, kemana sih dia,” jawab Andin sedikit panik.

“Iya, Ndin, aku jalan pulang,” ujar Ardo.

Ardo menutup teleponnya, namun ketika dia melihat ke arah Desi yang berlari, Desi sudah tidak nampak di pandangan matanya.

1
Ellya Syaji'ah
bagus... lanjut...
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kakak
total 1 replies
Razali Azli
wow! menarik. masih awal chapter. terlalu banyak persoalan. mungkinkah bapa mereka telah ditransmirgasi ke dunia kultivator?
Mobs Jinsei: terima kasih dukungannya kakak
total 1 replies
Linna_Naa^•^
tamatin ya thor, seru banget soalnya
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!