NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percikan api

"Apa Tante tidak masalah dengan itu?" Pertanyaan Gavin membuat Ibunya Safira yang sedang berdiri di ambang pintu terlonjak kaget.

"Ngapain kamu di sini?" Ibunya Safira malah balik bertanya.

"Saya mau ketemu Safira."

"Oh, kenapa tidak datang besok saja? Safira sibuk."

"Safira sedang membaca komik." Gavin melirik ke dalam.

"Kenapa dengan komik?"

"Bukannya itu terlalu mencolok, ya? Safira tidak suka bacaan yang bergambar, tapi sejak kedatangan cowok itu dia boleh baca komik. Tante jelas mendukung dia."

"Aku 'kan sudah bilang, beri dia kesempatan untuk mengenal orang lain." Ibunya Safira seakan geram dengan sikap Gavin.

"Baik, saya juga akan lebih semangat lagi kalau begitu." Gavin tersenyum.

"Kamu—"

"Ibu? Kenapa kak Gavin juga ada di sini?" Safira datang menghampiri mereka.

"Kamu lanjutkan belajar saja, sejak tadi belum belajar 'kan? Jangan tidur terlalu malam juga!" Setelah memberi petuah Ibunya pun pergi dari sana.

"Ibu kenapa?" Safira bertanya pada Gavin.

Gavin menggeleng. "Mungkin Ibu kamu mau aku pulang sekarang."

"Kenapa?"

"Supaya kita gak bermesraan sampai malam."

Safira tersenyum. "Emangnya gak boleh, ya?"

Gavin segera menarik Safira dalam pelukannya. "Maaf, ya, aku sibuk terus jadi kita jarang ada waktu."

"Iya, aku ngerti ko. Kamu lebih banyak waktu sama Maura."

Gavin menggeram tidak suka. "Safira ..."

Safira tertawa. "Iya, maaf aku bercanda." Safira membenamkan wajahnya pada Gavin.

"Gimana kalau kita liburan di vila?"

"Kenapa?"

"Sebagai hadiah ulang tahu Safira yang tertunda."

"Pertunangan kita sudah lebih dari hadiah buat aku."

"Jadi, kamu mau atau enggak?"

"Fine, kita liburan di vila kamu."

"Oke." Gavin melepaskan Safira lantas menatapnya. "Mau nonton gak?"

Safira mengangguk.

...

Mereka sudah duduk nyaman di sofa, film pun sudah mulai memasuki babak pertama. Gavin menggenggam tangan Safira, membuat gadis itu tersipu ditangah remangnya ruangan.

"Kamu jalan, ya, sama Gio?"

"Hm?" Safira melirik Gavin yang juga meliriknya.

"Kamu dengar 'kan aku ngomong apa?"

"Bukan jalan, kemarin aku ke toko buku terus gak sengaja ketemu sama dia." Safira menjelaskan apa adanya.

"Kamu percaya itu cuma kebetulan?"

"Sayang, pertemuan kita aja kebetulan 'kan? Atau mungkin takdir?"

"Safira, hubungan kita gak pantas disamakan dengan dia. Aku gak suka kamu ketemu sama dia lagi."

Safira mengusap pipi Gavin dan membelainya pelan. "Iya, aku usahain gak ketemu dia lagi."

Gavin memegang tangan Safira lantas mengecup bibirnya sekilas. "Oke, kamu udah janji sama aku."

.

.

Gavin bersama Aditya tengah membahas bahan untuk ujian. Reza juga ikut di meja makan, sebagai pengingat materi kelas 2 atau sekedar mendengarkan saja. Sore ini mereka berkumpul di apartemen Gavin, karna Senin besok ujian akan dimulai. Maura berperan sebagai penyedia isi perut, juga ikut berdiskusi setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ada beberapa pembahasan baru yang tidak Maura dapatkan di kelas F. Ya, tingkat kelas memang seberpengaruh itu.

"Ini dia chicken katsu dengan creamy mushroom ala Maura." Maura menyajikan empat piring berisi masakan buatannya di meja makan.

"Wah, dari tadi gue udah laper banget." Aditya mengambil piringnya terlebih dahulu. Menyuapkan itu ke dalam mulutnya. "Enak banget. Top dah."

Maura tersenyum mendengar pujian Aditya. Dirinya menatap Gavin yang tengah mencoba bagiannya. "Kalau menurut Gavin gimana? Enak gak?"

"Enak banget." Gavin memberikan pujiannya dengan jujur. Karna masakan Maura itu jarang ada yang gagal, kecuali membuat sushi atau kue.

Maura tersenyum. "Kalau sama masakan Safira enak yang mana?"

"Uhuk!" Reza tanpa sengaja tersedak makanannya sendiri. Aditya langsung memberinya segelas air.

"Safira itu gak masak." Aditya menjawab mewakili Gavin.

"Kalau gitu aku lebih unggul dari dia dalam hal ini 'kan?"

Baik Aditya atau Reza sama-sama terdiam.

"Maura." Gavin menghela napas. "Aku suka masak sama Safira. Bagi kami, apa yang terjadi saat itu lebih indah dari masakan manapun."

Aditya menepuk pundak Maura yang duduk di sebelahnya. "Udah, gak usah nanya yang aneh-aneh lagi."

"Iya, maaf."

...

Reza sedang berada di kamar, Aditya izin ke toilet yang katanya sebentar tapi lama. Kini tinggal Maura dan Gavin di meja makan.

"Gavin ..." Panggil Maura.

"Hm?" Gavin fokus membaca bukunya.

"Apa yang bisa membuat kamu meninggalkan Safira?"

"Apa?" kini Gavin sepenuhnya menatap Maura.

"Maaf, tapi aku gak mau melihat kamu berada di keluarga itu."

"Aku akan anggap gak pernah dengar kamu ngomong kaya tadi."

"Gak masalah." Maura berdiri untuk menahan Gavin yang hendak meninggalkannya. "Aku udah bilang bakal ngelakuin apapun untuk balas budi sama kamu. Termasuk melindungi kamu dari keluarga itu."

"Safira bukan musuh aku. Dia segalanya buat aku."

"Aku bisa menggantikan Safira. Keluarga mereka itu gila. Aku gak mungkin membiarkan kamu lebih lama di sana. Kumohon."

"Gila kamu, ya!" Gavin berbalik berniat meninggalkan omong kosong itu. Tapi Maura tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Gavin, please. Aku tahu keluarga kamu butuh bantuan keluarga Halim, tapi sekarang kamu juga lebih hebat dari sebelumnya. Kamu juga bisa tanpa mereka, aku yakin." Maura memeluk Gavin semakin erat saat pria itu berusaha melepasnya.

"Maura, lepas!"

"Gak mau. Please, aku juga akan bantu kamu. Tinggalkan Safira dan keluarganya."

"Maura—"

"Sekali aja, kasih aku kesempatan. Aku harus melindungi kamu, Gavin."

"Maura, aku cinta sama Safira. Kami sudah berjanji untuk terus bersama. Ikatan kami lebih dari kepentingan keluarga. Kamu harus ngerti itu."

"Aku gak mungkin ngerti, kalau kamu gak ngasih aku kesempatan yang sama."

"Apa kamu tahu berapa banyak saingan aku di luar sana? Aku gak ngasih mereka kesempatan bahkan untuk kenalan sama Safira. Aku yang memonopoli dia untuk diriku sendiri. Sedalam itu perasaan aku sama Safira."

"Aku ingin melindungi kamu dari hal itu, Gavin. Kamu orang baik, gak pantas diperlakukan seperti orang hina yang hanya menginginkan harta keluarga gila itu." Maura akhirnya melepaskan pelukannya.

Gavin berbalik, menghapus air mata Maura yang sudah berjatuhan. "Makasih, Maura. Kamu salah satu orang yang tahu perasaan aku. Aku peduli sama kamu karna aku udah anggap kamu sahabat baikku juga."

Maura dengan berani mengecup bibir Gavin sekilas. Sementara Gavin terdiam, Maura kembali melanjutkan, "sekali ini aja. Biarkan perasaan aku sama kamu tersampaikan, please, jangan tolak aku." Maura kembali mencium Gavin dengan air mata yang berurai. Gavin membalasnya, sekedar untuk menerima semua perasaan Maura di dalamnya.

...

"Kali ini kamu keterlaluan," ujar Reza begitu mereka tiba di depan gang rumah Maura. Kali ini bagian Reza yang mengantar Maura pulang, karna mereka bergiliran selam beberapa hari terakhir. Dan Reza berkata demikian setelah melihat adegan Gavin dan Maura cukup lama, saat dirinya hendak mengambil apel di dapur.

"Aku turun sekarang kalau kamu mau terus menyudutkanku."

"Kamu perempuan, Safira juga. Apa kamu gak mikirin gimana perasaan dia kalau sampai tahu?"

"Kalau gitu kamu gak usah ngomong!" sentak Maura cukup keras.

"Harusnya kamu sadar dengan penolakan Gavin sebelumnya. Kenapa harus melewati batas?"

"Gimana kalau setelah ini Gavin gak nolak aku lagi? Gimana kalau dia sama-sama suka? Aku yakin perempuan anggun seperti Safira tidak bisa memberikan kepuasan."

Plak

Reza menampar Maura begitu saja tanpa rasa bersalah. "Aku tahu kamu bukan wanita murahan begitu. Meskipun kamu mencintai Gavin, bukan berarti segala sesuatu harus berjalan sesuai keinginan kamu. Gavin sudah memiliki pasangannya sendiri. Kamu wanita kuat Maura, aku yakin kamu pasti bisa melewatinya."

Maura menangis tanpa bisa ditahan. "Tapi aku ingin melindungi Gavin."

"Aku juga. Aditya juga. Kita semua ingin melindungi Gavin. Tapi setiap orang punya peran masing-masing di hidupnya. Ayo kita berperan seperti seharusnya saja."

Maura keluar dari mobil tanpa mengatakan apapun lagi.

.

.

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!