Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Hari ulang tahun Rena bertepatan dengan Hari Minggu. Maka dari itu, keluarga Airlangga bisa mengadakan pesta ulang tahun putri bungsu mereka di pagi hari.
Jam 9 pagi, sebuah mobil hitam berhenti di halaman kediaman mewah Airlangga. Tidak lama setelah mobil itu berhenti, tampak seorang gadis bergaun kemeja biru turun dari kursi penumpang dengan langkah anggun.
Rena tidak datang ke rumah mewah itu sendirian. Ia mengajak sang kekasih untuk ikut serta menemani dirinya di pesta ulang tahunnya yang ke-19. Kekasihnya itu segera keluar dari sisi kemudi mobil, lalu berdiri di samping Rena. Lelaki itu tampak begitu tampan mengenakan blazer berwarna abu-abu.
Setelah Nathan menyerahkan kunci mobilnya kepada seorang sopir, mereka berdua pun melangkahkan kaki memasuki rumah. Rena mengaitkan tangan kanannya di lengan kiri Nathan. Rena tampak begitu santai, berbanding terbalik dengan Nathan yang tampak was-was. Ia masih ingat dengan jelas betapa kejamnya kepala keluarga Airlangga saat menampar pipi kekasih cantiknya itu.
Di sisi lain, Nathan berdecak kagum memasuki rumah keluarga Airlangga. Walaupun ia adalah sahabat Leo, tapi ini adalah pertama kalinya Nathan menginjakkan kaki di rumah mewah ini. Rumah yang biasanya tampak elegan itu, kini menjadi lebih ceria dengan hiasan pernak pernik ulang tahun berwarna merah muda.
Rena sudah akan menyapa keluarganya yang terlihat berkumpul di ruang tamu. Tapi raut wajah gadis itu berubah menjadi terkejut saat menyadari bahwa tidak hanya keluarganya saja yang sedang menunggu kehadirannya.
Bersama dengan keluarganya, Derryl dan orang tua laki-laki itu juga hadir di pesta ulang tahun Rena. Tidak hanya Rena dan Nathan saja yang terdiam di tempat, orang tua Rena dan keluarga Adhitama juga terdiam melihat mereka dengan tatapan tidak suka.
“Rena, kenapa kamu membawa dia ke sini?” tanya Hendra dengan suara yang terdengar tidak ramah.
Tangan kanan Nathan bergerak untuk menurunkan pegangan Rena di lengan kiri lelaki itu. Rena sempat menoleh dengan dahi mengernyit, mengira bahwa kekasihnya itu hendak melepaskan pegangannya. Tapi tidak, justru Nathan menurunkan tangan Rena untuk mempertemukan telapak tangan mereka berdua. Kemudian, lelaki itu menautkan jari-jari tangannya ke sela-sela jari Rena.
Nathan menggenggam erat telapak tangan sang kekasih. Lalu, ia menoleh dan memberikan senyum hangat kepada Rena.
“Kita hadapi bersama, ya,” bisik Nathan menenangkan.
Rena pun mengulas senyum simpul, lalu menganggukkan kepala. Mereka berdua pun kembali melangkahkan kaki mendekati semua orang yang sedang berkumpul di depan meja yang menjadi alas kue ulang tahun berukuran besar.
“Terima kasih sudah menyiapkan pesta kecil yang meriah untukku,” ucap Rena dengan santai.
“Apa kamu harus membawa tamu yang tidak diundang juga bersamamu?” desis Derryl sambil melirik Nathan dengan kesal.
“Kenapa? Tidak boleh?” balas Rena sambil menaikkan sebelah alisnya.
Suasana menjadi canggung setelah Rena mengucapkan kalimat singkat tersebut. Gadis itu seolah-olah sedang menantang semua orang yang ada di sini.
Melihat keheningan yang membuat semua orang merasa tidak enak, Yohana sebagai nyonya rumah pun merasa harus berbuat sesuatu.
“Karena putriku sudah datang, lebih baik segera kita mulai saja pesta ini,” ucap Yohana sambil menghampiri Rena.
Wanita itu memegang lengan kiri sang putri dan mengajaknya mendekati kue ulang tahun yang sudah disiapkan.
“Ini adalah hari penting untuk Rena, sebaiknya kita semua berbahagia sekarang,” pinta Yohana.
Mau tidak mau, keluarga Adhitama yang masih kesal itu pun harus menerima kehadiran Nathan.
...----------------...
Pesta ulang tahun Rena berjalan lancar, meski tidak ada seorang pun yang menikmati acara itu. Keluarga Adhitama dan Hendra yang tidak suka dengan adanya Nathan, Yohana beserta anak-anaknya yang berusaha keras untuk mencairkan suasana, Nathan yang merasa dibenci oleh orang tua kekasihnya. Dan tentu saja, Rena yang paling tidak senang.
Setelah acara potong kue dan menerima hadiah, Rena langsung pergi ke halaman belakang. Sebelum pergi, Rena melihat keluarganya dan keluarga Adhitama sempat berbincang serius. Tapi ia tidak peduli dan tidak mau tahu.
Sekarang, di sinilah Rena berada. Duduk di tepi kolam renang sambil mencelupkan mata kakinya ke dalam air. Rasa sejuk air kolam yang merendam kakinya cukup menyejukkan pikiran dan hati gadis itu yang terasa panas.
“Aku mencarimu dari tadi,” suara berat Nathan membuat Rena menoleh.
Nathan berjalan mendekati dirinya. Pikiran Rena melayang sambil menatap kekasihnya itu. Dalam hati, ia mengkhawatirkan hubungannya dengan Nathan untuk ke depan. Bertahan sendirian di tengah keluarga Airlangga saja sudah sangat sulit. Apalagi ketika ia harus memperjuangkan cinta melawan dua keluarga yang sama-sama angkuh.
“Sayang?” suara Nathan memecah lamunan Rena.
Ia bahkan tidak sadar kalau Nathan sudah duduk di sebelahnya.
“Sudah selesai mengobrol dengan Kak Leo? Kenapa kakak menyusul ke belakang?” tanya Rena sambil tersenyum lembut.
Nathan tertawa kecil, “bagaimana aku bisa tetap di dalam kalau kamu tidak ada di sana?"
Lelaki tampan itu mendekatkan wajahnya ke wajah sang kekasih.
“Aku merindukanmu,” bisik Nathan.
Wajah Rena langsung memerah, ia pun segera menjauhkan wajahnya dan memukul bahu Nathan.
“Kak Nathan bicara apa sih? Kita saja selalu bersama dari tadi,” ketus Rena sambil menahan senyumnya.
Nathan tertawa melihat reaksi malu-malu kekasih cantiknya. Kemudian, lelaki itu mengeluarkan sebuah kotak yang sedari tadi ia simpan di saku blazernya.
“Sayang,” panggil Nathan membuat Rena menoleh.
Seketika gadis itu dibuat takjub dengan apa yang dilakukan sang kekasih. Lelaki itu sedang membuka sebuah kotak kecil berisikan hadiah untuknya sambil menatap dirinya dengan penuh cinta. Sebuah kalung dengan permata hijau yang terlihat begitu elegan.
“Hadiah yang indah untuk seseorang yang sangat indah,” kata-kata manis yang dilontarkan oleh Nathan seolah mampu meluruhkan seluruh beban di hati Rena.
“Berbaliklah,” ucap Nathan.
Rena menuruti ucapan Nathan dan segera duduk memunggungi kekasihnya itu. Tidak lama kemudian, Rena merasakan kedua tangan besar Nathan memasangkan kalung emerald itu di leher jenjangnya.
Setelah kalung itu terpasang indah di lehernya, Rena pun berbalik menghadap Nathan.
“Cantik,” gumam Nathan yang berhasil membuat pipi gadis itu merona.
Rena menyentuh bandul kalungnya, “kalung ini adalah hadiah terbaik di ulang tahunku yang ke-19.”
“Kenapa begitu?” tanya Nathan.
“Eum… karena mahal?” ucap Rena dengan nada bercanda.
Nathan tertawa dibuatnya, “kalau masalah harga, seharusnya hadiah dariku masih kalah dari hadiah Tuan Robert yang memberimu kondominium sebagai hadiah perjodohan.”
Senyum Rena memudar, “tck! Jangan mengungkit hal itu, aku sangat kesal mengingatnya.”
Saat sesi pemberian hadiah tadi, Robert memberikan sertifikat kepemilikan kondominium atas nama Derryl dan Rena. Hal itu membuat Rena sangat tidak nyaman karena Nathan juga menyaksikannya.
“Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi,” ucap Nathan dengan lembut.
Lelaki itu menarik tubuh Rena ke dalam pelukannya. Mereka berdua saling berbagi kehangatan dalam pelukan penuh kasih sayang.
“Aku mencintaimu, Kak Nathan,” ucap Rena, “aku tidak akan pergi darimu.”
Nathan tersenyum simpul, “aku tahu.”
...----------------...