Kesetiaan

Mama mengelus pundak Vira, "Istirahatlah, pasti kamu letih" suruh mama.

"Ah, mama bisa aja," ujar Vira mencoba tersenyum meski hati berasa getir.

.

Vira bangun dengan mimik muka bantal, kusut dan terlihat letih.

"Tadi Teddy ke sini," kata mama menyambut Vira yang hendak ambil minum dari lemari pendingin.

"Teddy sudah mengatakan semua," ucap mama.

Vira diam, tak tahu harus mengatakan apa.

"Vira, mama tahu kesalahan Teddy tak bisa dimaafkan," sambung mama.

"Tapi sisakan sedikit saja rasa cinta kamu untuk ayah dari anak-anak kamu," saran mama.

"Untuk hak asuh anak, Teddy sepertinya sudah menyadari kesalahannya dan tak akan menuntut lagi hak asuh dan gono gini. Semua dia ceritakan pada mama,"

"Kapan mas Teddy datang Mah?" tanya Vira. Hanya itu yang terucap.

"Pagi tadi. Aku tak tega bangunkan kamu," beritahu mama.

'Ada apa dengan mas Teddy? Kemarin dia begitu menggebu, hari ini berubah drastis sikapnya,' pikiran Vira menjadi kacau memikirkan Teddy.

"Oh ya, tadi ibu kamu juga kasih kabar. Kalau ayah sudah dipindah ke ruangan rawat biasa. Dan kondisinya sudah stabil," lanjut mama memberitahu.

"Ibu nelpon ke ponsel kamu, katanya tak aktif," sambung mama.

Vira tertegun, "Makasih Mah,"

"Hari ini ke rumah sakit?" tanya mama.

Vira mengangguk. Hanya dirinya yang dipunya orang tuanya.

"Hhmmm, ajaklah Celly dan Cello. Kehadiran mereka bisa jadi obat mujarab loh buat kakeknya," ucap mama seraya tersenyum.

"Makasih mah, mama begitu baik padaku," balas Vira.

Vira tak menyangka, mertua nya tetap baik meski hubungannya dengan putranya sedang tak baik-baik saja.

Cello dan Celly telah berdandan rapi, siap untuk menemani bunda ke rumah sakit.

"Pagi sayang," sapa Vira

Kini dirinya pun telah rapi dan wajah segar.

"Pagi undaaaa," jawab Celly dengan ceria.

Cello tetap dengan gaya cool nya.

.

Tap... Tap... Langkah sepatu Jonathan terdengar ke arah ruangan papa Alex.

"Apa-apaan nih Pah? Kampungan!" Jonathan menaruh sebuah gambar untuk dilihat sang papa.

"Kenapa?" papa Alex hanya meliriknya.

"Cih, tidak semua bisa dibeli dengan uang," tandas Jonathan.

"Oh ya? Seberapa mampu wanita itu menolak tawaran papa," sindir tuan Alex.

"Pah, kenapa Vira yang dikorbanin? Harus berapa kali aku bilang, aku tak ada hubungan apapun dengannya," kata Jonathan kesal.

"Kenapa musti kuatir?" tukas papa dengan nada mencemooh.

"Pah," Jonathan ingin mempertahankan argumennya.

"Joe, jangan jadi laki-laki tolol," ucap papa Alex.

"Pah, apa yang aku lakukan?" seru Jonathan.

"Mencintai istri orang. Itu yang kamu lakukan Joe," hardik papa Alex jengkel dengan kelakuan sang putra.

"Dia sudah cerai Pah," bela Jonathan.

"Iya, dan kamu yang membantunya. Pak No sudah kularang untuk meneruskan kasusnya," tegas papa.

"What?" tanggap Jonathan tak percaya dengan yang tuan Alex lakukan.

"Menikahlah! Dan papa rasa hanya Angel yang cocok denganmu," lanjut tuan Alex.

"Aku menolak," kata Jonathan tanpa ragu.

"Joe....," teriak papa marah.

Ucapan papa adalah titah, tapi kali Jonathan tak akan menuruti.

Menikah bukan perkara perintah atau titah, tapi soal hati. Batin Jonathan.

Jonathan keluar ruangan papa dengan rasa kecewa.

Sementara tuan Alex hanya geleng kepala dengan ulah putra tunggalnya itu.

"Entah, cara apa lagi yang harus papa lakukan Joe," gumam tuan Alex.

Tok...tok...

Pintu ruangan tuan Alex terketuk dari luar.

Dahi tuan Alex berkerut. "Siapa yang datang?" menurut tuan Alex, dirinya tak ada janji temu dengan siapapun pagi ini.

"Masuk!" suruh tuan Alex.

Ada Angel yang melenggang masuk ke ruangan tuan Alexander.

"Pah, kapan Jonathan akan menikahiku? Aku sudah tak sabar nemenin mama belanja," rajuk Angel.

"Bersabarlah! Papa sedang membujuk Jonathan ini," sergah papa Alex.

"Pah, aku akan menemui Jonathan sekarang," Angel beranjak.

Angel bertekad akan membujuk Jonathan.

Papa menghela nafas panjang, "Urungkan niatmu," cegah tuan Alex.

"Kenapa Pah?" tanya Angel.

"Nih," tuan Alex menyodorkan sebuah kertas yang tadi dibawa oleh Jonathan.

Foto itu menunjukkan Angel sedang melempar sebuah amplop ke arah Vira.

"Selanjutnya lakukan tindakan elegan Angel," kata tuan Alex.

"Dari Jonathan?" tanggap Angel tak percaya jika Jonathan menempatkan orang-orangnya menjaga Vira.

"Iya, siapa lagi? Jangan buat Jonathan ilfill padamu," saran tuan Alex.

"Hhhmmm baiklah Pah. Aku musti sabar menghadapi putra papa itu," tukas Angel dengan seulas senyuman licik di bibir.

"Kamu pulang aja. Cari kesempatan lain buat menemuinya," saran tuan Alex.

"Sabar... Sabar Angel. Orang sabar disayang calon mertua," canda Angel membuat tuan Alex tertawa.

.

Vira duduk bersama sang ibu.

Sementara Celly dan Cello mengganggu kakeknya yang berbaring di ranjang pasien.

Kadang-kadang papa nya tersengal karena tertawa melihat tingkah polah kedua balita itu.

"Vira," panggil ibu perlahan agar tak kedengaran sang suami yang tengah bahagia bersama kedua cucunya.

"Iya bu," Vira menatap serius ke arah ibu nya.

"Apa kamu nggak kasihan sama mereka berdua? Mereka sangat butuh kasih sayang kamu sama Teddy," kata ibu seraya menatap sendu kedua cucunya.

"Bu, itu jalan terbaik," sahut Vira.

"Ibu berharap....," ibu menjeda ucapannya.

"Bu, aku sudah mempertimbangkan semuanya," Vira menghela nafas panjang.

"Aku percaya padamu," kata ibu sambil menggenggam erat tangan putrinya.

"Makasih," Vira menangis terharu.

Ibu yang awalnya kecewa akan keputusannya, toh akhirnya berbalik mendukungnya.

"Kamu tetap putri ibu Nak," kata ibu dan Vira reflek memeluk ibunya.

"Meski kalian berpisah, ibu harap Celly dan Cello tak kehilangan haknya," Vira mengangguk setuju.

Ponsel Vira berdering, dan ada nomor Teddy di layar ponselnya.

"Halo Mas," sapa Vira.

"Maaf Nyonya, saya staf tuan Teddy," suara asing terdengar di telinga Vira.

"Iya, ada apa?" Vira menautkan alis butuh jawaban.

"Tuan Teddy barusan pingsan, dan ini hendak dibawa ke rumah sakit," beritahu staf Teddy.

"Mas Teddy sakit apa?" reflek Vira bertanya.

"Maaf nyonya, kami juga tak tahu," jelas saja tak tahu mereka bukan dokter, tapi karyawan bank. Aneh aja Vira ini, pake nanya segala. Otak sama bibir kadang tak sinkron, itu yang dialami Vira sekarang...he...he... Sama, kadang author juga begitu. Lah, kok malah curhat sih...

"Nyonya, tuan Teddy akan kami bawa ke rumah sakit....," staf itu menyebut nama rumah sakit tempat Vira bekerja dulu.

"Hhhmmm, sebaiknya ke rumah sakit sini aja," Vira menyebutkan nama rumah sakit tempat sang ayah dirawat.

"Baik nyonya," ujar staf menjawab.

"Kok mereka malah menghubungi aku ya? Apa rekan mas Teddy belum tahu status hubungan kami?" gumam Vira.

"Ada apa Vira?" telisik ibu mendekati Vira.

"Oh, mas Teddy pingsan di kantor bu. Dan sedang perjalanan menuju rumah sakit ini," beritahu Vira.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻