NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pekerjaan yang Menyiksa

"Nona, hari ini Anda ada meeting dengan perusahaan A dan perusahaan Alexander".

Alden mengingatkan kembali agenda meeting Zareena.

Zareena menarik nafas berkali-kali, kepalanya menempel pada kursi kebesarannya di kantor itu.

"Sejak pagi jadwalku meeting terus, Al. Apa aku tidak bisa beristirahat dengan lebih baik?", keluh Zareena mulai merasa lelah.

Alden sebenarnya kasihan melihat keadaan bos barunya itu. Zareena masih cukup kelabakan beradaptasi dengan tumpukan pekerjaan, meeting, dan tanggungjawab lainnya sebagai seorang CEO.

"Maaf, Nona, memang ritme kerja perusahaan Hawkins seperti ini", jawab Alden untuk kesekian puluh kalinya dia memberikan pernyataan yang sama.

Zareena memperbaiki posisi duduknya. Ditatapnya Alden yang sekarang menjadi asisten pribadinya.

"Pantas saja suamiku sering pulang terlambat sampai lupa menghubungiku karena pekerjaannya memang segila ini", Zareena menarik nafas dalam.

Satu bulan sudah berlalu dan hingga detik ini, Zareena masih memikirkan Ethan.

Alden tidak bisa berkata apa-apa untuk merespon Zareena jika sudah berkaitan dengan Ethan.

"Al, katakan padaku, apa suamiku baik-baik saja?", pertanyaan keseribu kalinya Zareena utarakan pada Alden.

"Tentu, Nona. Anda tidak perlu khawatir", Alden pun selalu memberikan jawaban yang sama.

Zareena menundukkan kepalanya. Satu tangannya memainkan pena yang ada di atas meja.

"Jika kondisinya memang baik, kenapa dia tidak pernah menghubungiku, Al? dan kenapa aku juga tidak bisa menghubunginya?", ucap Zareena sendu.

Jika sudah seperti ini, Alden benar-benar tidak berani memberikan jawaban apapun. Dia membiarkan Zareena berkeluh kesah tentang keberadaan suaminya.

Ruangan itu hening untuk beberapa saat. Zareena larut dalam pikirannya, sedangkan Alden terdiam, masih setia berdiri di tempatnya.

"Maaf, aku terlalu sering bertanya hal yang sama dan bersikap seperti ini di depanmu".

Zareena membuka suara sambil menyeka air mata yang rupanya sudah tumpah sejak tadi.

"Tidak apa-apa, Nona. Aku mengerti", jawab Alden dengan sedikit menundukkan kepalanya.

Dia tidak bisa membayangkan akan seperti apa respon bosnya itu jika tahu tentang keadaan Ethan yang hingga kini masih belum ditemukan.

"Ok. Jam berapa aku harus meeting dengan kedua perusahaan yang tadi kamu sebutkan?", Zareena mencoba bicara dengan normal.

Alden kembali membuka agenda di tangannya.

"Meeting dengan perusahaan A jam satu siang, Nona. Lalu meeting dengan perusahaan Alexander jam tiga sore".

"Baiklah. Tolong siapkan semuanya. Setelah makan siang nanti kita langsung berangkat agar tidak terlambat".

"Baik, Nona".

Alden segera meninggalkan ruangan itu untuk memenuhi perintah Zareena.

Bukan hal mudah bagi Zareena untuk bisa menjalani peran barunya sebagai CEO dari perusahaan Hawkins.

Di minggu pertamanya bekerja saja hampir setiap hari Zareena menangis di hadapan Alden karena dia bingung dan tidak paham dengan banyaknya pekerjaan yang datang bertubi-tubi.

Papa Robin dan Mama Paula terus mendampingi Zareena. Sesekali mereka juga memberikan bantuan agar pekerjaan menantunya itu terasa lebih ringan.

Masuk ke minggu kedua, kesehatan Zareena sempat menurun. Beberapa hari dalam satu minggu itu dia harus meninjau langsung proyek perusahaan Hawkins yang sedang berjalan di beberapa kota secara bersamaan.

Alden cemas sekali melihat kondisi istri bosnya yang tampak kurus dan pucat saat itu, bahkan Alden sempat meminta Vallen untuk ikut menemani Zareena ke lokasi proyek dengan seizin Papa Robin dan Mama Paula.

Beruntung, sakitnya Zareena tidak sampai membuat dirinya masuk ke rumah sakit. Dia hanya memulihkan dirinya dengan beristirahat saja.

Tepat pukul satu siang Zareena, Alden, dan Helen sudah tiba di lokasi meeting dengan perusahaan A. Partner bisnis perusahaan Hawkins itu pun sudah ada di sana dan menyambut kedatangan mereka dengan ramah.

Tanpa banyak menunda waktu, meeting dimulai dan berjalan dengan serius.

"Mohon maaf, saya izin sebentar ke toilet".

Zareena mengajukan interupsi di tengah meeting yang sedang berjalan.

"Silahkan", jawab CEO perusahaan A.

Entah kenapa sejak makan siang tadi Zareena merasa tubuhnya tidak nyaman. Kepalanya pusing dan agak sedikit mual.

"Apa aku sakit lagi?. Sepertinya aku terlalu lelah bekerja belakangan ini", gumam Zareena pada dirinya sendiri.

Di dalam toilet, Zareena memuntahkan semua isi perutnya. Makan siangnya terpaksa harus terbuang percuma.

"Jangan-jangan penyakit lambungku kambuh lagi", batin Zareena.

Ya, dulu sewaktu remaja, Zareena memang dinyatakan menderita sakit lambung yang cukup kronis. Dia bahkan sempat sakit untuk waktu yang cukup lama, tapi Zareena berhasil sembuh dari penyakitnya itu dengan menjaga dan memperbaiki pola makan, istirahat, berolahraga, dan tentu saja mengurangi stress.

"Hoooeeekkk".

Lagi, Zareena muntah. Rasa mual yang dirasakannya semakin menjadi-jadi.

Zareena menatap wajahnya di cermin yang tampak pucat.

"Ayolah, jangan sakit lagi. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan", ucap Zareena mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Sudah lebih dari lima menit lebih Zareena pergi ke toilet dan dia masih belum kembali ke ruang meeting. Hal ini membuat Alden merasa khawatir. Dia memberikan kode pada Helen untuk menyusul Zareena.

Helen segera mengajukan izin di tengah rapat dan bergegas menuju toilet.

"Ya Tuhan, Nona".

Helen terkejut melihat Zareena yang masih saja muntah dan terlihat lemas. Tubuhnya bersandar ke dinding yang tepat berada di samping kaca.

Helen segera memegang kedua bahu bosnya, menahannya agar tidak terjatuh.

"Nona, sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang. Kondisi Anda buruk sekali", Helen cemas.

Zareena menggelengkan kepalanya menolak saran dari sekretarisnya itu.

"Tidak perlu. Kamu cukup membantuku berjalan ke ruang meeting. Aku harus menyelesaikan meeting ini, Helen".

"Tapi, Nona ...".

"Ini perintah. Lakukan saja dan kamu tidak perlu khawatir dengan keadaanku".

"Baiklah, Nona".

Setengah hati Helen memenuhi perintah Zareena.

"Setelah aku masuk, tolong pesankan teh camomile hangat, ya", pinta Zareena pada Helen.

"Baik, Nona".

Helen segera membantu Zareena untuk berjalan kembali.

Zareena memaksakan dirinya untuk terus melanjutkan meeting dengan perusahaan A. Beruntung, saat dia kembali ruang meeting proses negosiasi kedua perusahaan sudah hampir selesai.

Setelah perusahaan A pergi. Zareena menikmati kembali secangkir teh camomile yang tadi ia pesan.

Helen sudah melaporkan kondisi bosnya pada Alden.

"Nona Zareena, aku akan menghubungi perusahaan Alexander untuk mereschedule meeting hari ini. Sebaiknya kita segera ke rumah sakit untuk memeriksa kondismu", ucap Alden cemas.

"Tidak perlu, Al. Kondisiku lebih baik setelah minum teh ini. Lanjutkan saja meetingnya seperti biasa, ya".

"Tapi, Nona, kami tidak ingin mengambil resiko dengan kondisi kesehatanmu", Alden bersikukuh. Dia ingat beberapa waktu lalu Zareena sempat drop dan sakit.

"Percayalah, aku baik-baik saja. Ayo, kita lanjutkan meeting berikutnya", Zareena menunjukkan senyum manis di wajahnya.

Alden dan Helen masih melihat wajah pucat bos mereka. Tapi keduanya tidak bisa berbuat banyak karena Zareena bersikukuh untuk tetap bekerja.

Jam menunjukkan pukul tiga sore tepat saat Zareena dan kedua pegawainya tiba di perusahaan Alexander. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Rayden, CEO perusahaan Alexander.

"Terima kasih kalian sudah bersedia datang ke sini", ucap Rayden ramah seraya mengulurkan tangan kanannya pada Zareena.

Zareena tersenyum. Kali ini dia sudah cukup terbiasa berhadapan dengan Rayden.

Beberapa waktu yang lalu Alden sudah menceritakan Zareena bahwa Rayden sudah mengetahui statusnya sebagai istri Ethan Hawkins dan menggantikan posisinya sebagai CEO perusahaan Hawkins.

"Terima kasih atas sambutannya. Senang sekali bisa datang ke perusahaan Alexander", jawab Zareena menyambut jabat tangan dari Rayden.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!