S U G I H Ronggeng

Nyi Rondo yang mengetahui pesuruhnya di bunuh oleh Kinasih, lantas memanggil Kinasih secara gaib.

"Ahahahahahah Ahahahahah Ahahahahah" Kinasih tertawa ketika dirinya di panggil oleh Nyi Rondo.

Nyi Rondo pun langsung bertanya kepada Kinasih kenapa Kinasih membunuh pria paruh baya (Kakek Tua) yang merupakan pesuruhnya itu.

"Naha Sia maehan budak Aing?" (Kenapa kamu membunuh pesuruhku?) Tanya Nyi Rondo.

"Ahahahahaha Ahahahahahah, Aing boga hak maehan saha wae anu rek ngalelece Aing" (Aku mempunyai hak untuk membunuh siapa saja yang memiliki niat rendah kepadaku) Jawab Kinasih.

Nyi Rondo pun membaca mantra, dan Kinasih teriak kepanasan.

Kinasih pun membalas mantra tersebut dengan mengobrak abrik kediaman Nyi Rondo.

Mereka bertarung hingga akhirnya Kinasih kalah.

Kinasih pun pergi dan Nyi Rondo kembali pada posisinya dan membuat strategi supaya bisa mengikat arwah Kinasih.

Jasad Kinasih memang tidak pernah di temukan, bahkan dirinya sendiri bingung apakah dirinya masih hidup ataukah sudah mati. Namun dirinya tidak ingat kapan dirinya terbunuh. Yang dirinya ingat hanya memori kelam yang entah kapan bisa terlupakan. Memori tersebutlah yang membuat Kinasih menuntut balas kepada siapa saja yang sudah menyakitinya.

Kinasih tahu bahwa Nadia cucu ke 7 keluarga Kartaca itu akan datang ke desa Aden untuk mengulik silsilah kelam keluarganya.

Hal yang membuat Kinasih bingung yakni, Kinasih tidak pernah sedikitpun memiliki rasa dendam kepada Nadia, melainkan rasa sayang dan rindu teramat besar.

Padahal Nadia merupakan anak dari Arum, yang kita ketahui bahwa Arum anak perempuan ke empat Jaya dan Acum. Jaya yang sudah merendahkannya, dan Acum yang sudah menyiksanya. Walau dirinya tidak memiliki dendam pribadi kepada Arum, namun dirinya merasa iri karena orang yang di cintainya yakni Amirudin, tidak bisa di miliki oleh Kinasih.

Namun Kinasih tetap sama, hanya rasa sayang dan rindu lah yang dirasakan jika melihat dan berdekatan langsung dengan Nadia.

Nadia pun sampai di desa Aden, Kinasih yang sudah menunggu kedatangannya lantas memperlihatkan memori kelam yang sudah keluarga Kartaca lakukan kepadanya.

Seperti harapan Kinasih, Nadia pun merasa iba dan sedih atas apa yang sudah dilalui oleh Kinasih. Alih - alih marah dan benci kepada Kinasih, Nadia berbalik benci kepada silsilah keluarga Kartaca.

"Kinasihhhhhh" Nyi Rondo memanggilnya dengan kasar.

Kinasih yang pada saat itu sedang memperlihatkan memorinya kepada Nadia, lantas terseret jauh dari Nadia dan terikat rantai oleh mantra Nyi Rondo sang dukun sakti.

Nadia tidak dapat melihat peristiwa tersebut di karenakan pertarungan yang sedang terjadi antara Kinasih dan Nyi Rondo melalui gaib.

"Rek naon ari Sia?" (Kamu mau apa?) Tanya Kinasih kepada Nyi Rondo.

"Kunaon Sia nalian Aing?" (Kenapa kamu mengikat saya?) Tanya Kinasih kedua kalinya.

"Leupasssss! Leupasssssssss! (Lepaskannnn!!!) Ucap Kinasih yang ketiga kalinya.

Nyi Rondo tidak menggubris pertanyaan Kinasih dan Kinasih pun sudah terikat oleh mantra Nyi Rondo.

Nyi Rondo yang melihat Nadia di desa Aden lantas bingung kenapa manusia berani menginjakan kaki ke desa yang sudah tidak berpenghuni.

Nyi Rondo pun membaca mantra dan mencoba melihat silsilah anak gadis itu.

"Maneh tong nyilakakeun budak eta" (Kamu jangan sampe mencelakai anak itu) Ujar Kinasih.

"Ahahaah Ahahahaha, Kinasih, Maneh hanyang apal kunaoan Maneh ngarasa nyaah ka budak eta?" (Ahahahaha, ahahahahah, Kinasih kamu ingin tahu kenapa kamu merasa sayang kepada anak itu?) Ujar Nyi Rondo.

"Naon maksud?" (Apa maksud?) Jawab Kinasih.

Tanpa menjawab pertanyaan apapun dari Kinasih, Nyi Rondo pun membawa Kinasih pulang ke kediamannya dan meninggalkan Nadia sendirian di rumah peninggalan kakek neneknya itu.