NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Rumitnya tingkah hati.

“Laksa mana?”Tanyaku pada Vika, saat baru datang.

”baru saja pulang.”jawabnya sedikit masam. Karena bajuku setengah basah, aku tidak merampungkan tugasku hari. Rencanaku, ingin sedikit memberi peringatan pada Laksa seputar protes pelanggan tadi.”besok ajalah.”pikirku dalam hati.

Dengan sengaja aku jail pada Vika, ku usap wajahnya dengan tanganku yang masih basah saat aku melintas tepat di depannya. Sumpah serapah langsung keluar dari mulutnya, aku berlari masuk sambil tertawa puas.

Setelah selesai mandi, akhirnya aku bisa merebahkan diri pada tempat favoritku, sofa ruang tamu. Kali ini bukan di temani kopi, tapi jahe hangat. Ku raih HP yang ada di samping minuman penghangat tubuh itu, Ain mengirimiku pesan sekitar satu jam yang lalu.

”sudah sampai mas?”

Aku tersenyum heran, merasakan rumitnya tingkah hatiku sendiri.”solusinya memang harus menikah denganmu, dek.”gumanku sendiri sambil bersiap mengetik sebuah jawaban.

”sudah Sek. Ini baru selesai mandi.”

Harusnya tadi adalah kesempatan yang bagus, kenapa suaraku rasanya berat untuk keluar. Apakah hatiku belum siap jika harus mendengar sesuatu yang tidak sesuai harapan! Aku harus mengesampingkan hal-hal seperti itu, berikutnya aku benar-benar harus mengungkapkannya.

“Mas. Lusa bisa datang ke acara haflah?”Ain kembali mengirim pesan.

“Ibuk gimana sek, bisa ikut datang?”jawabku memastikan. Sambil menikmati jahe hangat, aku memotretnya lalu kukirim foto itu pada Ain, di ikuti dengan emot bocah kedinginan.

”justru itu, kalau mas bisa. Tolong bonceng Bibi.”balasnya, dia masih terlihat mengetik untuk jawaban berikutnya.

”hmm, maaf gara-gara jas hujannya kupakai.”

Membaca jawaban darinya, sifat jahilku gatal.

”maaf!! tidak bisa. Cuci bajuku+setrika sekalian.”

“dihh. Ogah, gak jadi simpati!”balasnya dengan cepat. Berikutnya dia mengirim foto kaki dampar yang umum di jadikan santri sebagai ganti meja, pertanda jika saat ini dia sedang ngaji. Aku langsung membalas dengan stiker kartun bocah yang sedang nampol temannya.

”Pesek nakal!”tulisku tanda tak setuju karena dia bermain HP saat sedang mengaji.

Setelah itu, Ain menutup chat kita malam ini dengan emot senyum terbalik.

***

Sambil menikmati kopi di pagi buta, aku kembali memeriksa lembaran-lembaran kertas yang tertancap pada paku di dinding gudang. Sengaja aku memberi tahu Laksa untuk selalu menulis, tanggal pembuatan, jenis prodak, sekaligus jumlah dalam liternya. Aku mencari tahu kapan terakhir kali Laksa membuat softener, agar membuatku lebih mudah untuk memprediksi kira-kira berapa banyak barang yang harus ku tarik kembali.

Aku menarik nafas dalam-dalam saat memeriksa tong merah berisi silicon polis. Dari bentuknya saja aku sudah tahu jika ada yang salah dengan cara pembuatannya.

”semoga masih bisa di selamatkan.”ucapku sendiri sambil mulai memasukan mesin pengaduk otomatis ke dalam tong.

Aku memulai pekerjaan lebih pagi, setelah selesai membuat catatan berapa banyak barang yang masuk retur. Meneruskan tugas kemarin yang belum selesai karena terkendala hujan. Kali ini aku membawa mobil, niatku ingin sekaligus menarik kembali semua softener yang masuk kategori retur. Tadinya aku berencana mengajak Laksa, namun setelah kupikir lagi, aku merasa tak tega jika kesalahannya di ketahui karyawan lain, aku lebih memilih memberinya peringatan diam-diam.

Saat ini aku sedang berada di toko laras,”mbak, sudah ada yang komplain karena barang ini?”Tanyaku pada karyawan Laras yang sedang membantuku memasukan barang retur. Dia menoleh ke arah temannya, lalu mereka berdua menggelengkan kepala dengan kompak.

“nanti kalau ada yang protes, bilang saja kami akan ganti rugi”ucapku menjelaskan. Mereka berdua antusias mendengarkan.

“mana bu bos, gak kelihatan batang hidungnya.”celotehku ketika sudah selesai menarik semua barang retur.

”tadi dia pulang mas. Katanya mau masak buat makan siang kita.”

“bisa masak si Laras?”tanyaku sedikit penasaran, sambil memandang botol kaleng berisi bibit parfum yang tertata rapi pada dinding etalase. Lagi-lagi mereka berdua saling memandang.

”gak!!”jawab keduanya di susul dengan tawa.

”beneran? lumayan bisa buat bahan.”ucapku mulai ikut tertawa, mereka berdua semakin tertawa namun pandangannya bukan ke arahku.

”bahan apa!!”

Mendengar suara itu, aku langsung memejamkan mata sambil mengusap jidat. Ke dua karyawati yang sekaligus teman Laras semakin terkekeh.

”bahan apa mas?”Laras mengulang ucapannya, kali ini dengan nada lembut. Tapi tidak dengan ekspresi wajahnya, Dia sudah berdiri tepat di sampingku.

”hehe, Ass.”sapaku nyengir, menahan malu.

“huuu…”Dia menabrakkan bahunya pada bahuku sambil pergi, setelah menaruh rantang saf empat, entah apalagi yang mau dia ambil.

”eh.. Mas, biasanya Laras selalu pendiam juga jaim waktu bicara sama laki-laki. Baru kali ini aku melihat dia yang seperti itu.”salah satu teman Laras bicara setengah berbisik, sembari mengambil menu makan siang mereka

Aku menghela nafas panjang.”mungkin karena wajahku sangat menghibur hahaha.”jawabku sambil beranjak pergi untuk melanjutkan tugas, aku tidak ingin membahas tentang itu. Melihat Laras tetap bisa bertingkah seperti ini saja aku sudah sangat lega. Aku tak ingin hubungan kami berubah menjadi canggung.

”kemana mas? Makan dulu sekalian.”Laras mengagetkanku saat kami bertemu di pintu masuk toko.”langsung saja Ass. Masih kenyang.”

Laras memaksa, dia menarik tanganku,”tidak bisa! Makan dulu!”

Pada akhirnya aku tak bisa menolak tawaran darinya, ternyata ucapan temannya bohong. Masakan Laras enak, tapi kami bertiga sepakat untuk menggodanya. Beberapa kali dia terpancing dan memasang wajah lucu.

aku senang karena tak ada yang berubah dari sikap Laras. Tadinya aku sempat berfikir, akan jadi rumit jika tentang perasaan Laras itu benar. Rumit tentang caraku bersikap, apalagi jika sampai mempengaruhi kerja sama ini.

***

Pukul 14.00, akhirnya tugasku selesai. Meski awan tebal mulai terkumpul kembali di langit utara, saat aku melihat penjual es oyen di pinggir jalan, tenggorokanku tak bisa di ajak kompromi. Ku hentikan mobilku tak jauh dari gerobak penjual itu.

”buk, di bungkus tiga.”reques ku pada wanita dengan keriput di wajah yang mulai terlihat.

”duduk dulu nak.”jawabnya mulai mengambil plastik putih.

”tumben Vika slow respon.”gumanku sendiri, karena dia tak kunjung membalas pesan yang kukirim.

Setelah aku menerima tiga bungkus es oyen, kembali aku menginjak pedal gas, pelan. Sambil menunggu jawaban dari Vika. Aku bertanya padanya apakah sudah ada makanan di toko, niat ku sekalian ingin membeli sesuatu.

”mas, aku sudah bilang sama Bibi. Jadi lusa harus bisa!!”

Justru pesan dari Ain yang masuk. aku mengetik balasan untuknya sambil tetap fokus pada jalan.

”aku gak bisa datang sek.”jawabku di sertai emot sedih.

”kecuali….”Lanjutku.

“kenapa gak bisa.”jawab Ain cepat.

”kecuali apa!!”lanjutnya.

“kecuali kau mau jadi istriku.”ucapku sendiri, sambil tersenyum.

”canda dek. Insyaallah aku datang.”jawabku tak mau menggodanya lebih jauh, karena sedang di jalan.

Karena Vika tak juga kunjung membalas akhirnya aku pulang tanpa membeli makanan, takut jika di toko sudah ada sesuatu yang bisa di makan, mubazir jika gak ke makan. Ku parkir mobil di teras toko, kulihat dari dalam mobil tak ada siapa-siapa di depan. Aku keluar dari mobil dengan menenteng plastik hitam berisi tiga bungkus es oyen.

Saat aku mulai memasuki toko, dengan samar aku mendengar suara Laksa dan Vika berdebat. Segera, aku berjalan cepat menuju ke sumber suara tersebut. Mataku terbelalak kaget melihat apa yang terjadi di depanku.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!