NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:33.7k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Kamu mendua?

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah saya sehat. Bagaimana kabar kakak?"

"Mm, maaf Sinta tak bermaksud memaki. Sinta pikir, itu orang iseng. Maafkan saya, kak. "

"Cepat sembuh."

Farel tersenyum-senyum sendiri membaca balasan Sinta. Dari pesan yang Sinta kirim Farel lebih fokus pada pesan Sinta yang terakhir. Membuat Farel semakin semangat untuk sembuh. Perhatian Sinta menjadi obat sendiri bagi Farel.

Farel memang sedikit kecewa tapi sekarang Farel senang ketika tahu alasan Sinta. Yang artinya Sinta bukan gadis sembarang menerima nomor baru. Farel jadi semakin yakin akan Sinta dan bertambah jatuh Cinta.

Walau tak ada pesan istimewa tapi bagi Farel itu sangat istimewa.

"Aku akan berusaha secepat mungkin sembuh. Jaga kesehatan, my future wife."

Ketik Farel lalu segera mengirim kan pada Sinta. Terlihat terkirim walau hanya centang satu. Farel mengerti, mungkin Sinta sedang Sibuk. Farel tak mau menggangu Sinta. Ada balasan dari Sinta saja sudah cukup.Yang penting ada komunikasi antara mereka tidak seperti sebelumnya.

"Ehem"

Deg!

Farel terkejut melihat kedua orang tuanya sudah ada di dalam.

"Sejak kapan umi dan Abi masuk. Farel gak dengar salam kalian."

Cetus Farel berusaha menetralkan degup jantungnya.

"Dari tadi kami ucap salam. Kau saja yang fokus pada ponsel."

Sindir Abi Zaenal langsung duduk di sofa sana di ikuti umi Maryam. Farel langsung menyimpan ponselnya ke dalam laci. Farel tak mau sang Abi malah menyitanya.

"Jangan main ponsel terus. Nanti malas sembuh."

"Enggak kok. Farel baru pegangnya."

"Sampai senyum-senyum sendiri."

Farel menggaruk belakang telinganya gugup dan juga malu. Farel merutuki dirinya karena tak sadar jika kedua orang tuanya masuk. Saking senangnya akan balasan Sinta membuat Farel lupa.

"Siapa emang yang kamu kirim pesan, nak?"

Tanya umi Maryam penasaran. Sama siapa putranya berkirim pesan sampai senyam-senyum sendiri. Umi Maryam tahu, Farel tidak punya nomor Sinta.

"Ah, itu ... Anu .."

Farel bingung menjawab apa. Kedua orang tuanya tidak tahu jika Farel sudah punya nomor Sinta.

"Kamu mendua?"

"Abi!!"

Pekik Farel terkejut akan tuduhan abi nya. Mana mungkin Farel mendua, amit-amit.

"Tak mungkin kan, kamu kirim SMS sama kakak kamu sampai senyam-senyum kaya orang gila. Awas saja jika nyakitin anak orang."

"Abi, ngatain anak gitu amat. Aku gak mendua dan gak akan berpaling. Tadi ..,"

Farel memutar bola mata nya kemana-mana ragu untuk jujur. Apalagi, Abi Zaenal melarang Farel menghubungi Sinta. Karena takut Farel gak fokus akan kesehatannya.

"Itu Sinta."

Cicit Farel menunduk takut sang Abi marah. Farel seperti anak kecil saja. Masalah asmara saja sebesar itu masih di pantau.

Umi Maryam dan Abi Zaenal saling pandang. Mereka tak menyangka jika Farel mempunyai nomor Sinta. Pantas saja senyam-senyum sendiri.

"Untuk penyemangat Bi, Umi. Jangan larang ya?"

Mohon Farel ketakutan bak anak kecil. Sejatinya memang Farel manja. Entah bagaimana Sinta menghadapi sikap random Farel. Sisi lain yang hanya di ketahui keluarga saja.

"Ok, tapi kamu harus cepat sembuh kurung waktu satu tahun. Jika tak ingin kakek mu berubah pikiran."

"Siap!"

Farel memberi hormat pada kedua orang tuanya. Farel tahu, gak mungkin ia secepat itu sembuh. Tapi demi Sinta, Farel akan semangat melakukan pengobatannya. Agar ia cepat sembuh dan kembali memberi kejutan pada Sinta.

Umi Maryam tersenyum haru melihat bahagia nya Farel. Seperti nya umi Maryam harus berterimakasih banyak pada Sinta. Berkat Sinta Farel semangat kembali menjalani hidupnya. Umi Maryam tidak bisa membayangkan jika Farel terus terpuruk. Semenjak kemunculan Sinta, memang hidup Farel kembali berwarna.

Umi Maryam pikir, Sinta tidak usah tahu tentang ke adaan Farel. Tapi, takdir seolah menginginkan mereka bersama. Nyatanya, Sinta tahu dengan sendirinya.

Umi Maryam berharap, Farel tetap bahagia.

"Abi dan ummi harus pergi lagi. Jangan terlalu pegang ponsel. Kamu harus sering menggerakkan kedua kakimu agar cepat sembuh."

"Siap, Abi."

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam."

Farel bernafas lega melihat kedua orang tuanya pergi. Farel memang tak bertanya kenapa kedua orang tuanya sering keluar. Biasanya akan selalu standby di ruangan. Farel tidak terlalu memikirkan itu, apalagi sekarang sudah ada penyemangat nya.

Farel tak tahu, jika ummi Maryam juga sedang menjalani pengobatan.

Sinta benar-benar merekomendasikan dokter yang sangat ahli tidak hanya untuk menangani Farel. Namun, juga untuk menangani ummi Maryam. Ummi Maryam bersyukur punya calon mantu dokter. Yang bisa menyembuhkan keluarganya.

Entah sehebat apa Sinta sampai mengenal dokter-dokter hebat di Singapura.

Farel kembali mengambil ponselnya. Guna melihat apa Sinta sudah membalas pesannya atau belum.

Senyum Farel mengembang melihat ternyata pesannya sudah di balas. Terlihat jelas jika pesan yang Sinta kirim terlihat sangat malu. Farel penasaran bagaimana wajah malu Sinta, pasti menggemaskan sekali.

"Tak apa, jangan malu. Sedang apa sekarang?"

Ketik Farel membalas pesan Sinta. Tak lama terlihat Sinta sedang mengetik. Farel menunggunya tak sabar apa balasan Sinta.

"Baru selesai memeriksa pasien. Bagaimana pengobatan kakak?"

Wajah Farel memerah membaca balasan Sinta. Ternyata begini rasanya di perhatikan oleh orang tersayang.

"Alhamdulillah, semuanya lancar. Semua berkat doa kamu yang tak lelah."

Balas Farel cepat karena tak mau Sinta menunggu. Farel terus memantau ponselnya rasanya tak sabar menunggu pesan balasan Sinta lagi.

"Maaf kak, aku tutup dulu. Sedang bawa mobil, pulang."

"Ya sudah, hati-hati di jalan."

Terlihat centang satu seperti nya Sinta sudah mematikan datanya. Farel mengerti keadaan Sinta yang pasti sedang fokus menyetir. Perbedaan waktu Singapura dan Jakarta memang berbeda satu jam lebih beberapa menit. Memang sudah waktu pulang Sinta. Farel berharap Sinta baik-baik saja. Andai Farel bisa, Farel tak akan membiarkan Sinta menyetir sendiri. Farel takut terjadi sesuatu.

Farel meletakan kembali ponselnya di atas nakas. Farel menatap kedua kakinya rumit.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Umi, Abi."

"Belum tidur, nak?"

"Pasti menunggu balasan Sinta!"

Sindir Abi Zaenal membuat Farel mengerucutkan bibirnya.

"Belum ngantuk, umi."

"Mau, nyemil? Umi beli ini?"

"Boleh, umi "

Umi Maryam mendekat membawa makanan yang tadi Abi Zaenal beli. Farel memakannya begitupun dengan ummi Maryam. Ibu dan anak itu memang suka nyemil. Berbeda dengan Abi Zaenal yang hanya diam di atas sofa sana sambil memangku tablet.

"Abi, gak makan?"

"Masih kenyang, umi."

Umi Maryam tidak lagi bertanya. Dia fokus pada makanan itu. Begitupun Farel menikmatinya.

Umi Maryam menuangkan air lalu memberikannya pada Farel.

"Bagaimana kabar Sinta?"

Uhuk!

"Astaghfirullah, nak. Hati-hati kalau minum. Pakai bismillahirrahmanirrahim gak?"

Umi Maryam menepuk pelan pundak Farel. Rasanya Farel ingin marah, dirinya tersedak karena umi Maryam yang tiba-tiba menanyakan Sinta. Umi Maryam santai saja karena merasa tak salah.

"Minum lagi, tapi pelan-pelan."

Tegur umi Maryam membuat Farel mengangguk.

"Terimakasih umi. Perut Farel kenyang."

"Ya, sudah. Istirahat sekarang."

"Baik, umi."

"Tunggu!"

Cegah umi Maryam menahan lengan Farel membuat Farel terdiam.

"Umi kan tadi nanya! Kabar Sinta bagaimana?"

"Alhamdulillah baik, umi. Sudah, Farel mau tidur."

"Umi senang mendengarnya."

Tak tahukah umi Maryam, jika Farel mati-matian menahan malu. Entah kenapa Farel memang selalu salah tingkah jika sudah membahas Sinta. Padahal, itu hal biasa di lakukan seorang mertua pada calon menantunya. Tapi, bagi Farel itu sangat memalukan.

Bersambung ...

Jangan lupa Like Hadiah komen dan Vote

1
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!