Peramal Tampan Yang Misterius

Peluru yang bersarang di tubuh Lucas sudah berhasil dikeluarkan. Lucas juga sudah dipindahkan ke ruangan lain. Sekumpulan pria yang tadi datang sudah tidak terlihat lagi karena mereka langsung pergi setelah berbicara dengan Amy.

Entah ke mana mereka pergi, yang pasti tidak ada satu pun yang mengawal ketika Lucas dipindahkan. Amy jadi mengambil kesimpulan, sepertinya mereka bukanlah siapa-siapa Lucas.

Lucas dalam keadaan tidak sadarkan diri ketika dia dipindahkan. Meski lelah dan mengantuk tapi Amy tidak berniat meninggalkan Lucas. Dia harus tetap berada di samping Lucas apalagi tidak ada satu pun keluarga Lucas yang datang. Dia tidak tahu harus menghubungi siapa karena dia tidak mengenal keluarga Lucas.

Sekarang dia baru sadar jika selama ini dia tidak begitu mengenal Lucas. Mereka memang memiliki nasib yang sama tapi selain itu dia tidak tahu apa pun tentang Lucas bahkan nama belakangnya saja dia tidak tahu.

Jika diingat-ingat lagi mereka memang belum mengenal lama. Mereka jadi dekat gara-gara kejadian di sungai itu dan selebihnya, semua berjalan seperti apa adanya. Seperti dirinya yang mengenal Andrew, begitu juga dia mengenal Lucas dan yang dia tahu dari kedua pria itu hanyalah namanya saja.

Jika mengingat Andrew membuatnya penasaran. Dia melihatnya, Andrew menghilang bagaikan asap. Apa yang terjadi dan ke mana Andrew pergi? Rasanya ingin kembali untuk mencari keberadaan Andrew.

Bukankah dia seorang peramal? Bisa saja Andrew juga seorang pesulap yang bisa menghilang untuk mengelabui matanya. Pikirannya semakin kacau saja tapi bagi orang normal seperti dirinya, siapa pun pasti akan berpikiran yang sama.

Amy duduk di sisi Lucas, tangan pria itu digenggam dengan erat. Tanda tanya dan perasaan takut seperti menghantui dirinya. Dia harap Lucas segera membuka mata lalu menjawab semua pertanyaan yang memenuhi hatinya.

Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa sadar Amy tertidur. Entah sudah berapa lama, dia sendiri tidak tahu.  Amy terbangun ketika seorang perawat masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan Lucas.

Perawat itu tersenyum padanya, Amy masih memakai baju yang sama padahal bajunya kotor karena darah.

“Bagaimana dengan keadaannya, suster?” Lucas masih juga belum sadar. Hal itu justru semakin membuatnya khawatir.

“Keadaannya cukup baik. Dia sudah melewati masa buruknya jadi kau tidak perlu khawatir.”

“Tapi kenapa dia belum juga sadar? Apa ada luka lain selain luka tembak yang dia dapatkan?”

“Tidak, Nona. keadaannya sangat baik. Dia belum sadar karena pengaruh obat bius. Mungkin sebentar lagi dia akan sadarkan diri,” begitu mendengarnya, Amy langsung jatuh terduduk. Sungguh dia sangat lega karena Lucas baik-baik saja.

“Kau bisa kembali Nona, kami akan menjaganya dengan baik. Bersihkan dirimu terlebih dahulu barulah kembali lagi.”

“Tidak, aku tidak akan meninggalkan dirinya!” Amy kembali memegangi tangan Lucas dan memandangi pria itu dengan cemas.

“Pemuda ini sungguh beruntung karena memiliki kekasih yang begitu mencintai dan mengkhawatirkan dirinya,” ucap perawat itu.

“Tidak, kami bukan pasangan kekasih,” mereka berdua memang tidak memiliki hubungan itu apalagi yang dia sukai adalah Andrew. Tapi setelah dipikir, Lucas memiliki wajah yang mirip dengan Andrew. Apakah pada akhirnya dia akan jatuh cinta juga pada pria itu?

Perawat itu masih berbincang dengannya sambil memeriksa keadaan Lucas. Pemuda itu kehabisan banyak darah tapi beruntungnya golongan darah yang dia miliki tidak sulit untuk didapatkan.

Peluru yang menembus tubuhnya juga tidak mengenai bagian vital. Pemuda itu masih memiliki keberuntungan karena dia masih bisa selamat dari kejadian itu. Setelah selesai memeriksa keadaan Lucas, perawat itu pergi.

Suasana kembali hening, Amy tidak berminat melakukan apa pun bahkan dia enggan untuk pergi. Dia akan duduk di sana sampai Lucas sadar tapi dia harus mengambil cuti.

Kehadirannya sedang dipantau oleh Elisa. Wanita itu mondar-mandir di depan ruangan Amy untuk melihat apakah Amy sudah datang atau tidak tapi ruangan itu masih kosong.

Elisa menunggu cukup lama tapi Amy tidak juga datang. Bagus, dia sudah bisa menebak apa yang telah terjadi dengan Amy. Jika Amy tidak datang untuk beberapa hari ke depan maka tebakannya sudah benar.

Penembakan yang terjadi tidak disebar melalui berita. Orang-orang yang menemui Amy semalam yang melakukannya. Mereka diperintahkan untuk menutupi kejadian itu agar tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan Lucas.

Amy memutuskan membersihkan dirinya di kamar mandi. Bajunya yang kotor dicuci, dia juga membeli makanan serta minuman via online. Dia juga membeli baju baru. Satu langkah pun dia tidak akan meninggalkan ruangan itu.

Amy kembali duduk di sisi Lucas setelah mencuci bajinya. Kenapa Lucas belum juga sadar? Bukankah perawat itu berkata jika Lucas akan segera sadar?

“Apa yang terjadi denganmu, Lucas? Kenapa kau tidak juga sadar? Aku tidak akan menemui dirimu lagi jika kau tidak juga sadar!” semoga saja Lucas mendengar ucapannya dan segera sadar.

Makanan serta baju yang dia pesan sudah datang. Amy bergegas mengganti bajunya yang basah dan segera makan karena dia sangat lapar.  Dia melihat ke arah Lucas sesekali sambil menikmati makanannya. Dia juga menyisakan makanan itu untuk Lucas.

“Amy,” panggilan Lucas membuat Amy segera berdiri meski dia sedang menikmati sepotong ayam goreng.

“Lucas!” ayam goreng diletakkan, Amy segera berlari menghampiri setelah meneguk airnya.

“Amy, di mana kau?” Lucas mencari keberadaan dirinya.

“Aku di sini, apa kau baik-baik saja?”

“Bagaimana dengan keadaanmu, Amy. Apa kau terluka?” Lucas hendak mengangkat tubuhnya namun Amy mencegah.

“Aku baik-baik saja, Lucas. Bagaimana denganmu?”

“Aku tidak apa-apa,” Lucas memegangi tangan Amy. Dia sangat lega Amy tidak terluka sama sekali.

“Aku akan memanggil perawat.”

“Tidak!” Lucas menahan tangannya agar Amy tidak pergi, “Aku hanya butuh dirimu jadi jangan pergi!” pintanya.

“Aku tidak akan pergi ke mana pun, Lucas!” Amy memeluknya, air mata tak dapat dia tahan.

“Aku tidak akan meninggalkan dirimu, Lucas. Tolong maafkan aku. Kau jadi seperti ini gara-gara aku!” Amy menangis terisak, semua yang terjadi pada Lucas dan Andrew gara-gara dirinya.

“Aku tidak menyalahkan dirimu. Aku justru merasa tidak berguna karena aku tidak bisa melindungi dirimu!” Seandainya dia memiliki tubuh yang kurus, dia pasti bisa berlari lebih cepat.

“Tapi kau terluka gara-gara aku dan Andrew?” Amy melepaskan pelukannya dan menghapus air mata, “Apa kau bisa menjelaskan apa yang telah terjadi, Lucas?” dia sudah tidak sabar untuk tahu.

"Amy, Andrew adalah aku yang datang dari masa depan."

"Apa?" Amy sangat terkejut. Mereka berdua saling pandang namun tidak lama kemudian Amy tertawa dan melangkah pergi. Apakah dia sudah gila ataukah dia sedang dipermainkan? Sungguh sulit dipercaya dan dia butuh waktu untuk mempercayai apa yang Lucas katakan.