Dikejar Duda Keren

  "Bagaimana menurutmu?" tanya Damian pada Lukita.

  "Pusing kepalaku, kenapa jadi lebih rumit begini." Lukita memukul kepala sendiri.

  Sedangkan Damian menatap Lukita yang benar-benar mulai berantakan posisi rambutnya.

  "Aku tak bisa menolak, mungkin saja kita menolak aku yakin keluargaku akan terus memaksa dan dengan beraninya dia akan mendatangi keluargamu." ucap Damian yang bisa langsung menebaknya.

   Lukita makin lemas setelah mendengar perkataan itu. "Memangnya apa salah tuhan." ucap Lukita yang benar-benar terpuruk dengan keadaan yang sekarang dia alami.

  Lukita menatap tajam kearah Damian. " semua ini gara-gara kamu." ucap Lukita yang menatap tajam kearah Damian.

  "Memangnya aku salah apa?" tanya Damian yang balik menatap tajam kearah Lukita.

 "Kalau saja kamu tidak membuat masalah sedari awal mungkin hidupku akan lebih tenang tanpa adanya masalah . Sekarang lihat kan apa yang terjadi, malah makin buruk. " jawab Lukita dengan ekpresi kesalnya dia tujukan pada Damian.

 " Jika kamu bingung lebih baik kita selesaikan kalau kamu berdebat tidak akan ada jalan untuk menyelesaikan ini semuanya. Jalan satu-satunya hanya satu kita lanjutkan daripada memperkeruh masalah untuk kedua kalinya." jawab Damian dengan santai, sedangkan Lukita mulai drop mendengar jawaban itu.

  "Kamu sadar kan apa yang barusan yang kamu ucapkan." ucap Lukita dengan tatapan tak percaya.

  "Aku sadar, apalagi yang membuat kamu menjadi ragukan jika jalannya harus seperti ini." Lukita langsung terdiam tak percaya apa yang dikatakan pria itu.

  "Ya tuhan." Lukita menundukkan kepala, seperti rasanya penuh dengan masalah diotaknya.

  "Kamu siap-siap saja, mungkin keluargaku akan datang menemui keluargamu disana." jawab Damian yang tak bisa berbuat apa-apa.

  "Cobalah kamu menolaknya, kita pun tak memiliki perasaan apa pun." jawab Lukita yang benar-benar bingung harus berbuat apa lagi.

  "Sebenarnya iya, tapi hanya waktu yang bisa menyatukan kita."

 " Maksud kamu apa? "tanya Lukita yang tak habis pikir cara pikir orang satu ini.

 " Kita jalani saja, dan kita lanjutkan kejenjang serius. " ucap Damian yang menjawabnya dengan serius pada Lukita.

 " Apa kamu bilang, jangan bercanda kamu. Aku tak suka denganmu, jangan berpikir aneh-aneh tentang itu. " jawab Lukita yang benar-benar kesal mendengar jawaban dari Damian.

 " Mau bagaimana lagi, kalau sudah seperti ini kita hanya bisa menghadapinya."

  "Aku pusing, lebih baik kita pulang sekarang saja." ajak Lukita yang benar-benar pusing menghadapi masalah satu ini.

  Pada akhirnya mereka berdua pergi dari tempat itu, selama didalam mobil Lukita terdiam yang sebelumnya cerewet kini dia banyak diam. Seperti ada sesuatu yang sedang dia pikirkan.

  Setelah sampai di depan kost Lukita langsung keluar tanpa dia mengucapkan sesuatu pada Damian.

  Damian tahu betul jika dia pasti marah, tapi dia tak bisa berbuat apalagi setelah papanya sudah memberikan pesan padanya untuk segera menikah wanita itu.

  Damian langsung pergi dari tempat itu, dilain tempat Lukita benar-benar stres dengan masalah yang sedang dia hadapi.

  "Lama bisa gila kalau begini terus." Lukita pun memilih untuk istirahat setelah dipusingkan oleh masalah itu.

  Pagi hari

  Dikediaman tuan Hardian

  Nampak terlihat tuan Hardian menikmati kopi pagi ini, kini diruang tamu hanya ada Keyla dan tuan Hardian duduk ditempat itu.

  "Selamat pagi." sapa Damian pada semuanya yang saat itu berkumpul diruang meja makan.

  "Pagi kak." jawan Keyla yang balik menyapa.

  "Mana mama pa?" tanya Damian pada papanya

 "Mamamu sibuk didapur."jawab tuan Hardian yang baru selesai sarapan pagi.

  Damian menikmati sarapan yang sudah tersedia di depan meja, sedangkan dari tadi mamanya masih sibuk didapur yang sedang menyiapkan sesuatu dibelakang.

  Beberapa pelayan keluar masuk melewati ruangan itu, hingga Damian penasaran apa yang sedang dikerjakan oleh mamanya.

  "Sebenarnya mama didapur sedang apa pa?" tanya Damian pada papanya yang sedari tadi mamanya sibuk didapur.

  "Papa tidak tahu, mungkin mamamu sedang sibuk memasak." jawab tuan Hardian, Damian pun sedikit bingung. Bukannya semua masakan sudah tersedia dimeja makan.

  Pada akhirnya Damian selesai sarapan pagi, dia melirik kearah jam tangannya.

  "Sepertinya Damian berangkat sekarang pa." pamit Damian pada papanya.

  "Ya sudah, kamu berangkat saja dulu. Kamu tinggal mamamu saja, dia masih belum selesai memasak." jawab tuan Hardian pada putranya.

  Damian membalas dengan anggukkan, akhirnya Damian pergi lebih dulu. Sedangkan diruang meja makan masih ada tuan Hardian dan Keyla yang masih asyik bermain Handphone.

  Tiba-tiba datanglah mama Soraya yang bawa sesuatu didalam kotak itu.

  "Mana Damian, kenapa anak itu belum turun?" tanya mama Soraya pada suaminya.

  "Dia baru saja berangkat kerja." jawan tuan Hardian sembari melirik istrinya.