NovelToon NovelToon
Aku Jatuh Cinta Pada Tentara Itu

Aku Jatuh Cinta Pada Tentara Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Karir / Enemy to Lovers
Popularitas:875
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

Jinwoo seorang prajurit bermasalah dari Korea Selatan, di kirim ke sebuah negara yang sangat kacau, dan banyak hal hal yang tidak terjadi terjadi di sana, negara yang kacau tidak hanya memerlukan tentara, tetapi mereka juga perlu tenaga medis, dan Renata yang merupakan seorang dokter, juga ikut ke sana, dan disanalah, benih benih cinta mereka berdua tumbuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beri aku sedikit ruang

Lee benar-benar hanya mengantarkan Hyejin pulang malam itu. Ia bahkan tidak memasuki rumah yang telah mereka rancang bersama, rumah yang telah diisi dengan berbagai barang pilihan mereka. Ia hanya berdiri di depan, memperhatikan Hyejin masuk ke dalam, memastikan bahwa istrinya benar-benar selamat di dalam rumah sebelum akhirnya berbalik pergi.

Di dalam mobil, Lee berganti pakaian. Tanpa tujuan yang jelas, ia memilih untuk pergi ke rumah Choi. Setiap kali pikirannya kacau dan ia merasa tidak tahu harus ke mana, rumah Choi selalu menjadi tempatnya kembali—entah untuk berbagi cerita atau sekadar mampir tanpa alasan.

Setibanya di sana, pandangannya langsung tertuju pada Choi yang tengah melipat surat undangan pernikahannya dengan Anna.

"Kau akan menikah?" suara Lee terdengar datar saat ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

Choi menoleh sekilas sebelum mengangguk. "Ya. Aku dan Anna akan menikah tiga hari lagi. Besok dia sudah tiba di sini," jawabnya tenang.

Lee menatap Choi sejenak, lalu berkata, "Aku akan menemanimu besok. Kita jemput dia bersama-sama. Malam ini, aku akan tidur di sini."

Tanpa menunggu tanggapan, Lee merebahkan tubuhnya dan menatap telapak tangannya, seolah mencari sesuatu yang tidak ia mengerti sendiri.

Choi menatapnya, terkejut. "Apa? Ini malam pertamamu sebagai suami, kan? Kenapa kau malah ada di sini?"

Lee menutup matanya dan menghela napas panjang. "Menurutmu kenapa? Aku lelah, Choi. Jadi, tolong, jangan menggangguku dengan pertanyaan-pertanyaanmu."

Choi tidak bisa melarangnya. Rumah ini memang milik mereka berdua, dan mereka pernah membuat perjanjian bahwa salah satu dari mereka berhak untuk datang kapan saja tanpa perlu alasan.

Malam pun berlalu. Pagi datang dengan cahaya mentari yang cerah, menandakan hari yang baru.

Ting... Ting...

Suara bel rumah berbunyi, membangunkan Lee yang tidur di sofa. Ia mengusap wajahnya dengan malas, masih diliputi kantuk. "Siapa yang datang pagi-pagi begini?" gumamnya seraya berjalan ke arah pintu.

Saat pintu terbuka, matanya yang semula mengantuk langsung membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depan.

"Kenapa kau tidak pulang?" suara Hyejin terdengar dingin.

Lee yang masih belum sepenuhnya sadar hanya bisa memandangnya dengan bingung. "Kenapa kau datang pagi-pagi sekali?" tanyanya balik.

Hyejin menyilangkan tangan di depan dada. "Kau tidak menjawab pertanyaanku, Lee Jinwoon. Kenapa kau malah bertanya balik?"

Belum sempat Lee merespons, Choi tiba-tiba ikut bicara. "Aku dan Lee minum semalam. Itu sebabnya dia tidak pulang. Orang mabuk mana mungkin bisa menyetir?" ujarnya santai sambil mengangkat botol minuman yang tersisa di meja.

Hyejin menatap Choi tajam. "Lain kali, jangan buka pintu untuknya. Biarkan dia tidur di jalanan saja."

Lee menarik tangan Hyejin ke dalam rumah, mencoba menenangkannya. "Pulanglah dulu, aku akan menyusul setelah ini."

Namun, Hyejin tak bergeming. "Kita bisa pulang bersama, kan? Kenapa harus menunda-nunda?"

Lee terdiam. Tidak ada alasan lagi yang bisa ia ucapkan. Jika kemarin malam ia bisa lolos, maka kali ini keberuntungannya telah habis.

"Baiklah, ayo pulang," akhirnya ia menyerah.

Saat mereka hendak pergi, Choi menatap Lee dengan tatapan penuh arti. "Kau tidak melupakan sesuatu?"

Lee mengerutkan kening. "Melupakan apa?"

Choi menghela napas panjang. Ia ingin mengingatkan Lee tentang janjinya semalam, bahwa mereka akan menjemput Anna bersama. Namun, sebelum ia sempat berbicara lebih jauh, Hyejin sudah lebih dulu memotong.

"Bisa kita pulang sekarang? Aku tidak nyaman berada di sini," keluhnya dengan wajah kesal.

Lee hanya bisa menurut. Ia pergi bersama Hyejin, meninggalkan Choi sendirian dengan kekecewaannya. Ia benar-benar berharap Lee menepati janjinya, terlebih karena besok ia harus berangkat bertugas.

*

*

"

Rumah Renata

Renata berdiri di tengah kamar lamanya, matanya menyapu setiap sudut ruangan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia mulai mengemas barang-barangnya satu per satu ke dalam kotak, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Sang ibu berdiri di ambang pintu, memperhatikan tanpa sedikit pun berusaha membantu. "Semua barang? Jadi, kau tidak akan pulang lagi?" tanyanya datar.

Renata tersenyum kecil sambil menghitung kotaknya. "Iya, Bu. Aku akan tinggal di rumahku sendiri."

Sang ibu hanya mengangguk pelan. "Baguslah. Ibu sudah cukup pusing dengan kakakmu, dan adikmu pun selalu mengeluh ingin barang-barangmu disingkirkan."

Renata tersenyum lagi, kali ini lebih hambar. Ia tahu, di rumah ini, kepergiannya tidak akan meninggalkan lubang apa pun.

Setelah semua barang dimuat ke dalam mobil, ia mengambil tas dan kunci mobilnya. Sebelum pergi, ia menatap rumah itu sekali lagi. Bagi orang lain, rumah ini mungkin terasa hangat, tetapi bagi Renata, rumah ini selalu dingin dan sepi.

"Ibu, aku pergi," teriaknya.

Dari dapur, ibunya hanya menjawab singkat. "Iya."

Renata melangkah pergi. Namun, alih-alih menuju rumah barunya, ia justru mengarahkan mobil ke panti asuhan—tempat di mana Naya tinggal.

Sebelum turun, ia mengirim pesan singkat kepada Anna.

"Aku akan datang sekitar sepuluh menit lagi. Ada urusan sebentar."

Begitu tiba di dalam panti, ia disambut oleh ibu pengurus.

"Selamat pagi, Dokter. Ada yang bisa saya bantu?"

Renata mengeluarkan sebuah map dari tasnya dan menyerahkannya. "Ini semua dokumen yang diperlukan untuk mengadopsi Naya. Saya hanya tidak memiliki buku nikah, tapi saya harap Anda bisa mempertimbangkannya lagi."

Sang ibu pengurus menatapnya dengan penuh pertimbangan. "Tapi, semua syarat harus lengkap. Buku nikah adalah syarat paling penting. Setiap anak yang keluar dari sini harus memiliki keluarga lengkap—ayah dan ibu."

Renata terdiam. Ia tahu ini akan sulit.

Tiba-tiba, terdengar suara riang memanggil, "Ibu!"

Renata berbalik dan melihat Naya berlari ke arahnya. Dengan mata berbinar, gadis kecil itu langsung memeluknya erat.

Pengurus panti menatap mereka dengan heran. "Kenapa dia memanggilmu ibu?"

Renata mengusap wajah Naya dengan lembut. "Karena dia adalah anakku. Aku akan mengadopsinya. Aku mungkin belum bisa memberinya figur seorang ayah, tapi suatu hari nanti, aku pasti akan melengkapinya."

Tepat saat itu, suara lain menyela, "Karena kami akan menikah."

Renata menoleh dan melihat Rafael berdiri di ambang pintu, dengan senyum penuh keyakinan.

Sang ibu pengurus tersenyum hangat. "Kalian sudah seperti keluarga yang bahagia."

Beberapa menit sebelum datang ke sini, Renata telah mengirim pesan pada Rafael.

"Datanglah bersama Naya jika kau setuju. Tapi jika tidak, jangan datang dan jangan buat aku kecewa."

Dan Rafael memilih untuk datang.

1
novi
halo kak! semangat terus ya... wah ini ceritanya di korea yaa, keren. aku juga suka drakor loh kak, suka k-pop jugaa. /Drool/btw salam dari "Jejak di Balik Kegelapan" mampir ya kak... thank you
novi
hmzz kira² apa yg akan di lakukan hyejin kalo tahu jinwoo nanti kepincut gadis lain?/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!