Airilia seorang gadis yang hidup serba kekurangan, ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia 1 minggu. Airilia tinggal bersama ibunya, bernama Sumi yang bekerja sebagai buruh cuci. Airilia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Aluna yang berstatus sebagai mahasiswa yang ada di banjar.
Pada suatu hari, Airilia kaget mendengar Sumi terkena kanker darah. Airilia yang tidak tau harus kemana mencari uang, ia berangkat ke banjar untuk menemui Aluna, agar Aluna mau meminjamkan uang untuk pegangan saat Sumi masih di rawat dirumah sakit.
Alih-alih meminjamkan uang, Aluna justru membongkar identitas Airilia sebenarnya. Aluna mengatakan bahwa Airilia anak pelakor yang sudah merebut ayahnya. Sumi yang berlapang dada merawat Airilia semenjak ibunya mengetahui ayahnya meninggal karena kecelakaan. Aluna yang menuntut Airilia harus membiayai pengobatan Sumi sebagai bentuk balas budi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Mimisan
Saat Sumi menjemur pakaian diteras rumah, ia tidak sadar bahwa hidungnya keluar darah. Darah itu pun jatuh mengenai baju yang ia kenakan. Cepat-cepat Sumi mengambil daun sirih untuk menghentikan darah yang keluar.
"Mbak Sumi, kamu kenapa?". Tanya Asih lewat didepan rumah Sumi.
"Enggak papa, cuma mimisan doang".
"Aluna udah pulang atau belum?".
"Belum, emang ada apa mbak Asih?".
"Oh..belum tuh, saya kira udah pulang. Tadi saya liat Renata pulang, katanya kuliahnya libur".
"Masa sih".
"Bener, kalau enggak percaya?kamu bisa kerumah Mbak Ijah".
"Ya udah, kalau begitu saya kerumah mbak Ijah dulu. Terima kasih, mbak Asih". Asih mengangguk dan berjalan menuju rumahnya.
Sesampainya didepan rumah Ijah, Sumi melihat Renata sedang duduk di teras bersama ibunya.
"Assalamualaikum".
"waalaikumsalam, eh..,mbak Sumi, yuk masuk". Ijah mempersilahkan Sumi duduk di kursi.
"Renata, kapan kamu pulang?".
"Pagi tadi". Sahut Renata sambil menyusun buku-buku yang berserakan dilantai.
"Ada apa mbak Sumi?". Tanya Ijah baru datang sambil membawa nampan yang berisi minuman dan kue kering.
"Begini, kata mbak Asih, kamu libur, ya". Renata mengangguk.
"Kalau kampus kalian libur, lantas kenapa Aluna enggak pulang?". Renata menghentikan aktivitasnya dan menatap Sumi dengan rasa kasihan.
"Jadi, Aluna enggak pulang?". Tanya Ijah, Sumi mengangguk.
"Aku harus jawab apa?kamu keterlaluan Aluna". Batin Renata dalam hati.
"Bibi, aku dan Aluna beda fakultas. Mungkin fakultas Aluna enggak libur".
"Oh, begitu, nanti kalau ketemu Aluna, tolong bilang suruh pulang kerumah". Renata mengangguk dan tersenyum.
"Kalau begitu, saya pulang dulu. Takut Airilia mencari saya. Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam". Sahut Ijah dan Renata.
Sumi sedang melamun, ia tidak sadar bahwa sudah sampai didepan rumahnya.
"Bu, ibu habis dari mana?". Tanya Airilia yang baru pulang sekolah.
"Ibu dari rumah mbak Ijah?".
"Ngapain kerumah mbak Ijah?".
"Mau tanya sama Renata. Kenapa Aluna enggak ikut pulang?padahal ibu kangen sama Aluna".
"Terus, apa jawaban kak Renata?".
"Katanya, dia dan kak Aluna beda fakultas. Kemungkinan kampus Aluna enggak libur". Sumi bersandar di kursi, sedangkan Airilia duduk didepan Sumi, matanya fokus pada satu titik.
"Bu, kenapa baju ibu ada noda darah?". Sumi terkejut, ia lupa membersihkan noda yang ada di baju.
"Em..ini, ini bekas lipstik. Tadi lipstik ibu habis, terus ibu masukkan air, lalu airnya tumpah ke baju".
"Tapi, kayak bukan...".
"Udah, yuk makan siang, ibu udah laper". Sumi masuk duluan, ia tidak mau Airilia curiga.
.
.
.
.
Disebuah taman, Aluna duduk dibangku, ia menunggu kedatangan Reza sambil mengelus perutnya.
"Ada apa ngajak aku ketemuan?". Tanya Reza yang baru sampai.
"Aku ingin ngomong sesuatu, ini tentang kita".
"Tentang apa?bukankah kita udah putus. Aku enggak mau mengecewakan Dinda, aku juga enggak bisa ngobrol sama kamu terlalu lama, takutnya Dinda mengirim seseorang untuk memata-matai aku".
"Reza, aku hamil".
"APA..., kamu hamil". Aluna mengangguk dan memberikan testpack garis dua beserta photo usg.
"Aku akan memberikan kamu uang berapapun kamu minta?asal kamu harus menggugurkan kandungan kamu?".
"Aku enggak mau menggugurkan kandungan ini".
"Kenapa kamu enggak mau?kamu sengaja agar hubungan aku dengan Dinda retak".
"Aku udah aborsi sebanyak tiga kali, dan aku enggak mau lagi berbuat dosa dengan menggugurkan kandungan ini".
"Terus, mau kamu apa?".
"Aku mau, kamu nikahi aku?". Reza kaget mendengar permintaan Aluna.
"Bagaimana, kalau aku enggak mau?". Aluna berdiri dan tersenyum liciknya.
"Gampang, aku akan pergi ke perusahaan ayah Dinda, dan aku akan mengatakan kalau menantunya sedang menghamili perempuan lain".
"Kamu mengancam aku". Reza melotot ke arah Aluna".
"Menurut kamu?".
"ALUNA...". Reza ingin menampar Aluna, namun ia tahan karena banyak pasang mata melihat ke arah mereka.
"Kamu ingin menampar aku, silahkan. Ada banyak kamera disini, kita akan jadi pasangan viral".
"Baiklah, aku akan menikahi kamu".
"Aku tunggu kamu datang kerumah". Aluna segera meninggalkan Reza di taman.
"Sial, bagaimana kalau Dinda tau?". Batin Reza.
*Bersambung*