Menikah dengan dosen sendiri?
Cinta Aida tidak pernah menyangka lelaki yang dijodohkan kedua orang tuanya adalah lelaki yang selamat setahun lebih dia benci. Bagaimana tidak, setiap kali dia melakukan kesalahan di kampus, hukuman yang diterima sangat tidak masuk akal. Namun ternyata pak dosen yang dia benci adalah calon suaminya sendiri.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akankah cinta tumbuh di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Pak Radit ngapain sih ngeliatin saya begitu?"Aida merasa risih setiap kali tak sengaja memergoki suaminya menatap sangat intim. Bahkan tatapan Raditya seringkali ke arah bagian dadanya.
"Saya kan punya mata, masa nggak boleh ngelihat?"gumam Raditya sambil menikmati makanan di atas meja.
"Yang bilang nggak boleh ngelihat siapa? Saya kan cuman bilang ngapain ngeliatin saya begitu? Saya risih tahu,"kesal Aida kemudian merapikan kancing pakaian tidurnya.
Memang bagian dadanya semakin terlihat membesar setiap kali dia habis memakan sesuatu, bahkan bagian itu yang sering membuat Aida merasa tidak nyaman saat berpakaian.
Ia memasukkan semua makanan ke mulut, mempercepat gerakannya agar bisa selesai dan tidak lagi duduk berhadapan dengan Raditya.
Ya, saat ini kedua pasangan suami istri itu sedang menikmati makan malam di bawah sinar bulan, tepat di samping kolam renang di rumah mewah Raditya.
"Hubungan kamu dengan lelaki bernama Edo itu, sudah sejauh apa?"tanya Raditya tiba-tiba.
"Saya pacaran sama dia sejak SMA,"jawab Aida jujur.
"Udah ngapain aja?"selidik Raditya.
Pertanyaan itu sontak membuat Aida menghentikan suapan makanan ke mulut lalu membalas tatapan Raditya yang tengah menyangga dagunya menggunakan kedua tangan.
"Emang Pak Radit pikir saya cewek apaan? Kan saya udah pernah bilang kalau ciuman waktu itu, ciuman pertama saya. Artinya saya dan dia belum pernah melakukan apa-apa. Jangan samain saya sama Pak Radit yang udah menjalin hubungan jauh sama kekasih Bapak, bahkan melebihi suami istri."
Raditya tersenyum kecil. "Bagus, artinya kamu memang wanita yang sama seperti kelihatannya. Biasanya kan banyak wanita di luaran sana yang pura-pura polos, padahal aslinya suhu."
"Ihhhh, aneh banget sih pikirannya." Aida mendengus kesal.
Tiba-tiba Aida menatap Raditya. " Boleh saya tanya sesuatu,Pak?"
"Boleh, tapi kita lanjut di kamar aja. Sayang udah selesai makan." Raditya mengusap bibir menggunakan tisu lalu berdiri. "Biar saya yang merapikan meja ini, kamu ke kamar duluan aja."
Aida menyeringai. "Yakin? Kok tumben baik?"
"Tapi ada syaratnya," canda Raditya.
"Tau ah."Aida berjalan cepat meninggalkan sang suami yang telah mengemasi piring kotor.
"Delapan Minggu, semoga aku bisa mendapatkan hatinya sebelum waktunya habis. Asal kamu tahu, apa yang sudah menjadi milik Radit, tidak akan ada yang bisa mengambilnya lagi, termasuk kamu. Aida," gumam sang dosen lalu kembali merapikan meja.
"Edo ke mana ya? Kok tumben dia nggak nanyain gue lewat Cantika?" gumam Aida sambil merapikan alas tidur milik suaminya.
Aida membuka laci lemari di samping ranjang, kalau mengeluarkan ponsel pemberian Raditya. "Kalau gue hubungi dia, apa itu termasuk selingkuh? Kan gue cuma chat-an aja,"gumamnya kembali mengingat perjanjian dengan Raditya kalau dia tidak boleh menghianati pernikahan sebelum waktu 3 bulan habis.
" Pak Raditya itu sebenarnya ganteng, baik, walau awalnya dia nyebelin banget,"gumam Aida.
Krek!
Pintu kamar dibuka, Raditya tersenyum kecil di saat melihat istrinya sudah tidur. "Katanya mau nanya sesuatu sama saya?"gumamnya lalu mengambil ponsel dari pelukan Aida.
Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh wanita cantik itu. "Selamat malam, istriku." Raditya mengecup lembut bibir merah yang selalu membuatnya candu.
Raditya tidak akan menyentuh kaidah sebelum mendapatkan izin dari wanita kesayangan, karena baginya melakukan hubungan itu harus didasari mau sama mau dan tidak ada paksaan.
...****************...
Keributan terjadi di sebuah klub malam di ibukota Jakarta.
Edo datang bersama rombongannya untuk menghentikan keributan tersebut. Namun, kedatangan sang ketua geng Pandawa justru membuat para preman semakin menjadi.
Edo, dengan keahlian bela dirinya mampu menumbangkan puluhan preman dalam waktu hanya 15 menit.
"Geng Pandawa udah kembali lagi!"seru salah satu preman gemetar ketakutan. "Mending kita cabut dari sini sebelum kita dijadikan pecel sama dia." Lelaki itu berlari tunggang langgang keluar dari klub malam.
Edo tersenyum jengah, lalu berjalan dengan langkah kaki tegas mendekati owner klub malam yang terlihat ketakutan.
"Makasih banyak,Do. Gue nggak tahu lagi harus gimana kalau Lo nggak datang tepat waktu. Andai Lo nggak ke sini, pasti klub malam gue rata jadi tanah,"ucap owner tersebut sambil memegang kedua tangan Edo.
"Mulai sekarang, gue akan menjaga keamanan klub malam seperti dulu. Tapi ingat, bayaran setiap bulan harus lancar kalau Lo mau tetap aman,"tegas Edo.
"Kalau itu soal gampang, Do. Yang penting tempat usaha gue aman dan gue bisa tenang menjalankan bisnis ini." Lelaki setengah wanita itu mengeluarkan uang dari dompetnya. "Ini buat duit bensin, Do."
Edo tersenyum kecil lalu mengambil uang tersebut. "Mulai sekarang klub malam ini bakal aman."
"Makasih,Do. gue percaya sama omongan Lo, makasih banyak," ucap owner klub tersebut.
'Lima ratus ribu bisa buat neraktir Aida makan siang di cafe, lima ratus ribunya lagi buat ibu,' gumam Edo tersenyum lebar.
...****************...
"Edo ngajakin Lo makan siang,"ucap Cantika sambil menunjukkan ponsel ke Aida. Di sana terlihat percakapan Cantika dengan Edo.
"Makan siang?"Aida terhenyak, langsung menghentikan kegiatannya.
"Iya, dia mau datang siang ini ke kampus. Nanti gue atur biar Pak Radit nggak tahu,"jawab Cantika sambil memperhatikan Raditya.
Aida bergeming, hanya menatap sahabatnya dengan tatapan kosong. Kilasan tentang ucapan Raditya dan permintaan sang suami tentang perjanjian bahwa dia harus menjaga pernikahan mereka selama 3 bulan ini, kembali terlintas.
Aida melirik suaminya yang saat ini sudah duduk di kursi. 'Gimana ya? Apa makan siang termasuk selingkuh? Tapi Pak Radit juga sering kan makan siang sama sesama dosen, dan semua dosen di sini ada juga yang cewek. Nggak papa kali ya?'
"Da, please. Mau ya? Gue pastiin Pak Radit nggak tahu dan nggak akan curiga sama Lo,"desak Cantika sambil menyenggol bahu Aida.
Aida menghela nafas. "Ya udah,gue mau. Tapi janji ya, semua pasti aman. Jangan sampai Pak Radit tahu, karena gue nggak mau dicap sebagai istri tukang selingkuh. Meskipun gue tetap pengen secepatnya cerai sama Pak Radit."
Teng!
Raditya melihat jam melingkar di tangannya. "Ok anak-anak, jam ngajar saya sudah habis. Semoga kalian bisa menyelesaikan tugas dari saya sebelum dosen lain masuk kelas ini."
"Baik,Pak."semua mahasiswa dan mahasiswi mempercepat gerakan mereka dalam menyelesaikan tugas.
"Bu Sari mau masuk ke kelas. Gawat,Da. cepat selesaiin tugas Lo," desak Cantika.
"Bu Sari itu pantes banget jadi istrinya pak Raditya, sama-sama galak," celetuk Cantika.
Aida melirik suaminya yang tengah mengemasi meja. "Kalau nggak salah Bu Sari pernah nyatain cinta sama Pak Raditya."
"Oh, yang waktu itu? Iya gue baru ingat." Cantika tersenyum culas. 'Gue ada ide,' gumamnya dalam hati.
