Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.
Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.
Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Penasaran (Revisi)
Yi Hang melangkah masuk ke rumahnya dengan hati-hati, memastikan langkahnya tidak menimbulkan suara berisik. Ia melirik ke arah kamar tempat Linlin beristirahat—pintunya masih tertutup rapat. “Sepertinya wanita itu benar-benar kelelahan setelah perjalanan panjang tadi.”
Ia menghela napas pelan, lalu memberi isyarat kepada anak lelaki Tuan Luo untuk menaruh bak mandi kayu di sudut dekat dapur. Setelah mengucapkan terima kasih dan menyelesaikan pembayaran, Yi Hang mulai menyiapkan air hangat untuk mandi.
Suara sistem tiba-tiba muncul di kepala Linlin, yang masih setengah tertidur di dalam kamar.
[Pemilik, pria itu benar-benar perhatian. Dia bahkan membelikanmu pakaian dan menyiapkan bak mandi. Kalau di dunia sebelumnya, pria seperti ini pasti sudah memiliki banyak penggemar!]
Linlin mengerjapkan matanya. Suara sistem yang tiba-tiba muncul membuatnya sedikit terkejut. Ia mengernyit. “Kenapa sistem ini terdengar seperti sedang menggoda?”
"Apa aku masih bermimpi? Atau memang ada pria baik seperti ini di dunia ini?"
Ia menggerutu pelan dan berusaha menepis pikiran aneh itu. Dengan malas, ia bangkit dari tempat tidur, merapikan rambutnya yang berantakan, lalu melangkah keluar dari kamar. Begitu membuka pintu, aroma kayu yang bercampur dengan uap air hangat langsung menyambutnya.
Di depan matanya, Yi Hang sedang menuangkan air panas ke dalam bak kayu besar. Otot lengannya yang sedikit terlihat di balik lengan bajunya bergerak setiap kali ia mengangkat wadah berisi air. Linlin menyipitkan mata.
"Eh? Kenapa pemandangan ini terasa seperti adegan pria pekerja keras dalam drama romantis?"
Linlin menyeringai dan berdeham keras. "Kakak Yi, apa aku tidak salah lihat? Seorang pria gagah seperti dirimu benar-benar menyiapkan air mandi untukku?"
Yi Hang hampir menjatuhkan wadah airnya. Ia menoleh, sedikit terkejut. "Kau sudah bangun?"
Linlin menguap kecil. "Bangun sih bangun, tapi aku masih setengah percaya dengan apa yang kulihat. Seorang lelaki gagah seperti Kak Yi Hang ternyata bisa sebaik ini. Apa mungkin aku harus mengawasi gelagatmu? Jangan-jangan ada motif tersembunyi!"
Yi Hang menatapnya tanpa ekspresi. "Kalau aku punya motif tersembunyi, kau pasti sudah dilempar ke sungai sejak tadi."
Linlin tertawa kecil. "Ih, galak amat. Aku cuma bercanda."
Yi Hang mengabaikannya dan kembali menuangkan air ke dalam bak. "Aku menyiapkan air hangat untukmu. Kau pasti ingin membersihkan diri."
Linlin menatap bak mandi itu. Uap air mengepul tipis dari permukaannya, menandakan betapa hangatnya air di dalamnya.
"Terima kasih, Yi." ucapnya tulus, meskipun nada jahilnya masih tersisa.
Yi Hang mengangguk dan menunjuk sebuah bungkusan di atas meja. "Aku juga sudah menyiapkan pakaian ganti untukmu. Aku membelinya dari rumah Ny. Wu, semoga cocok."
Linlin berkedip beberapa kali sebelum berjalan ke arah bungkusan itu. Tangannya meraba kainnya, lalu matanya melebar.
"Wah, kainnya lembut juga, ya. Ini baju wanita desa biasa, kan?"
Yi Hang mengangguk. "Ya, aku memilih yang nyaman untuk dipakai."
Linlin menyeringai dan mendekati Yi Hang, menatapnya dengan penuh kecurigaan. "Yi, kau yakin tidak sedang menyukaiku diam-diam? Kau baik sekali padaku. Kalau di dunia asalku, kebaikan seperti ini biasanya ada udang di balik batu."
Yi Hang menghela napas panjang dan menatap langit-langit. "Kalau aku tahu kau akan banyak bicara begini, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk tidak membelikanmu apa pun."
Linlin tertawa puas. "Hahaha! Yi Hang, kau terlalu jujur!"
Yi Hang berdeham dan berbalik. "Cepat mandi. Aku akan keluar sebentar supaya kau tidak merasa risih."
"Baik, baik! Terima kasih lagi, Yi. Aku akan merawat pakaian ini dengan baik."
Yi Hang hanya mengangkat tangan sebagai jawaban sebelum keluar dari ruangan, menutup pintu dengan hati-hati.
Begitu tinggal sendirian, Linlin menatap pintu sebentar sebelum menghela napas dan berbisik pelan, “Apa aku sedang bermimpi? Seseorang benar-benar memperlakukan aku sebaik ini?”
[Hei, jangan terlalu terharu dulu. Bukankah pria ini terlihat tertarik padamu?]
Linlin memutar mata. “Sistem, berhenti bicara yang aneh-aneh.”
[Aku hanya menyampaikan fakta. Kau harus mempertimbangkan masa depan juga. Jika kau menikah dengannya, sistem ini bisa membuka banyak fitur baru, termasuk akses ke barang-barang modern yang tersisa dari dunia lamamu. Ingat itu!]
Linlin terdiam. Memang benar ia butuh sumber daya untuk bertahan hidup di dunia baru ini, tetapi menikah hanya demi itu? Itu terdengar gila.
Ia menggelengkan kepalanya, menyingkirkan pikiran itu. “Aku akan mandi dulu.”
Tanpa menunggu balasan dari sistem, Linlin mulai melepaskan pakaiannya dan perlahan masuk ke dalam bak mandi. Air hangat menyentuh kulitnya, membuatnya menghela napas nyaman.
Sementara itu, di luar rumah, Yi Hang berjalan menuju dapur dan menuangkan air ke dalam cangkir kayu, berusaha menenangkan dadanya yang tiba-tiba berdebar.
"Kenapa aku seperti ini? Aku merasa pipiku memanas." gumamnya sambil meneguk air.
Tak lama kemudian, Linlin keluar dari kamar mandi dengan pakaian bersih yang diberikan oleh Yi Hang. Rambutnya masih setengah basah, tetapi ia terlihat lebih segar.
Dengan langkah santai, ia duduk di kursi dan menatap Yi Hang dengan ekspresi usil. "Y Hangi, sepertinya aku semakin menyukaimu."
Yi Hang hampir tersedak airnya. Ia menoleh dengan cepat dan menatap Linlin dengan curiga. "Apa maksudmu?"
Linlin menyeringai. "Maksudku, aku menyukai sikapmu yang perhatian. Aku belum pernah mendapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya. Jadi, kalau kau ingin aku jatuh cinta padamu, kau sedang berada di jalur yang tepat."
Yi Hang menghela napas panjang dan meletakkan cangkirnya di meja.
Sesaat setelah Linlin selesai mengeringkan rambutnya, ketenangan di rumah itu tiba-tiba terusik oleh suara cempreng yang melengking tanpa malu-malu.
"Kakak Yi! Kakak Yi! Apakah kau di rumah?"
Linlin yang tengah duduk santai di kursi nyaris menjatuhkan handuknya. Ia mengerutkan kening dan menoleh ke arah pintu. "Siapa lagi ini? Suaranya berisik sekali!"
Tak lama kemudian, seorang gadis muda menerobos masuk tanpa mengetuk pintu. Ia mengenakan pakaian merah muda cerah dengan rambut panjang yang dikuncir tinggi. Wajahnya memang manis, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia datang dengan satu tujuan, mencari Yi Hang.
Linlin menyilangkan tangan di dada, bersandar di kursinya, dan diam-diam mengamati. Gadis ini jelas terlihat percaya diri, bahkan seperti merasa memiliki tempat khusus di rumah ini.
Yi Hang yang masih berada di dapur mendengar suara tersebut dan langsung menghela napas panjang. Ia sudah bisa menebak siapa yang datang. Jia Li. Gadis yang selalu menempel padanya.
Begitu melihat Linlin, langkah Jia Li terhenti seketika. Tatapan berbinar-binar yang sebelumnya ia tunjukkan kepada Yi Hang langsung berubah menjadi penuh kecurigaan. Matanya membesar, lalu menyipit saat mengamati Linlin dari atas ke bawah.
"Kakak Yi… siapa dia?" tanyanya dengan nada tinggi, menatap Yi Hang dengan ekspresi tidak suka.
Sebelum Yi Hang sempat menjawab, Linlin sudah lebih dulu menyela. "Aku? Kenapa kau bertanya tentangku? Apa kau penjaga di rumah ini?"
Jia Li terbelalak. "Apa?! Aku hanya ingin tahu! Aku tidak pernah melihatmu di desa ini!"
Linlin mengangkat bahu dengan santai. "Lalu? Apa aku harus melapor padamu setiap kali aku datang ke sini?"
Jia Li mendengus kesal. Ia melipat tangan di dada dan semakin mendekat. "Aku selalu datang ke sini. Kakak Yi tidak pernah membawa perempuan ke rumahnya! Kenapa kau bisa ada di sini?"
Linlin terkekeh kecil, lalu menoleh ke Yi Hang yang kini berdiri di ambang dapur dengan ekspresi sedikit canggung. Ia lalu kembali menatap Jia Li dengan tatapan penuh arti. "Oh… aku paham. Kau menyukai Yi Hang, ya?"
Wajah Jia Li langsung merona. "B-Bukan urusanmu!" bentaknya dengan nada semakin tinggi.
Linlin tersenyum miring, lalu berdiri. "Oh, aku hanya bertanya. Tapi reaksi berlebihanmu ini menarik."
Yi Hang yang merasa suasana mulai memanas segera melangkah mendekat. "Jia Li, dia tamuku. Aku yang membawanya ke sini, jadi kau tidak perlu mencemaskannya."
Jia Li langsung menatap Yi Hang dengan ekspresi memelas. "Tapi Kakak Yi, aku hanya takut dia memanfaatkan kebaikan hatimu! Aku tahu kau orang baik. Tidak semua orang bisa dipercaya, apalagi perempuan yang muncul entah dari mana!"
Linlin terkekeh lagi. "Hei, kau ini berbicara seolah aku ini penyusup. Memangnya kau siapa? Kakaknya? Ibunya? Atau tunangannya?"
Jia Li terkejut mendengar pertanyaan itu. "T-Tentu saja bukan! Tapi aku selalu datang ke sini dan peduli padanya!"
Linlin mengangguk dengan ekspresi mengerti. "Oh, aku paham sekarang. Kau itu seperti lalat yang selalu terbang di sekitar makanan, ya? Tidak diundang, tapi tetap mendekat."
"KAU—!" Jia Li mengepalkan tangannya dengan wajah merah padam.
Yi Hang mengusap wajahnya, mulai merasa lelah. Ia tidak ingin memperpanjang perdebatan ini, tetapi ia juga tahu bahwa Jia Li memang bisa terlalu agresif ketika menyangkut dirinya.
"Jia Li, cukup. Aku sudah bilang, dia tamuku. Kau tidak bisa mengusirnya."
Jia Li menggigit bibir bawahnya, lalu tiba-tiba menggunakan taktik baru. Ia mendekat ke Yi Hang dan mencoba meraih lengannya. "Kakak Yi, aku hanya peduli padamu… Aku tidak ingin kau tertipu perempuan asing."
Yi Hang langsung menegakkan tubuhnya dan menarik lengannya dengan halus. "Aku bisa menjaga diriku sendiri."
Jia Li terdiam, tetapi masih belum menyerah. Ia menoleh ke Linlin dengan tatapan tajam. "Kau, jangan berpikir bisa mengambil keuntungan dari Kakak Yi! Aku akan memastikan kau tidak macam-macam!"
Linlin, yang sudah mulai bosan, tiba-tiba tersenyum manis. Namun, senyum itu bukanlah senyum ramah—melainkan senyum penuh bahaya.
Tanpa peringatan, ia maju dan merangkul pinggang Jia Li dengan cepat.
"H-Hey! Apa yang kau lakukan?!" Jia Li berteriak panik, tetapi Linlin hanya menyeringai.
"Aku hanya ingin membantumu keluar dari rumah ini. Sepertinya kau sudah cukup lama di sini."
Sebelum Jia Li sempat melawan, Linlin membungkuk sedikit, menyelipkan satu tangan di belakang lutut gadis itu, dan dalam satu gerakan cepat—
Ia mengangkat Jia Li seperti karung beras!
"A-Aku bisa keluar sendiri! Lepaskan aku! Hei, nona jelek!" Jia Li meronta-ronta dengan liar, tetapi Linlin mencengkeramnya dengan kuat.
Yi Hang terkejut, tetapi ia tidak mengatakan apa pun. Ia hanya bisa menatap adegan itu dengan ekspresi tak percaya.
Linlin berjalan ke arah pintu dengan santai, seolah-olah membawa barang ringan. Begitu sampai di ambang pintu, ia membuka pintu dengan satu tangan, lalu dengan lembut meletakkan Jia Li di luar.
Jia Li masih terengah-engah, wajahnya merah karena malu dan marah. "KAU! KAKAK YI! KENAPA KAU MEMBIARKANNYA MELAKUKAN INI PADAKU?!"
Linlin menepuk tangannya, lalu tersenyum dingin. "Selamat sore, nona kecil. Jangan lupa tutup mulutmu agar tidak ada serangga yang masuk."
Dengan itu, ia menutup pintu perlahan di depan wajah Jia Li yang masih berteriak protes.
Besuk isinya manipulasi
lanjut💪💪💪💪