NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:25k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 29. Kejujuran Arkael

"Arin?" Divi memanggil lagi.

Arkael semakin memutar otak. Ia tidak mungkin memberikan begitu saja handuk kepada Divi yang baru saja mengalami episode dari rasa trauma masa lalunya semalam. Meski Arkael masih belum yakin apa yang bisa menjadi pemicu rasa trauma itu muncul, tapi Arkael harus tetap berhati-hati.

"Arin kamu ada nggak?"

Dengan cepat Arkael menahan handle pintu sebelum Divi kaget atau mungkin ketakutan melihat Arkael di sana alih-alih Arin.

"Jangan buka pintunya." Titah Arkael.

"Pak...Kael?"

"Jangan buka pintunya. Arin sudah kembali ke kamar ibu Inna."

Tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi. Arkael dapat menghembuskan napas lega, dia merasa sudah mengambil keputusan yang tepat.

"Saya akan letakkan handuk di atas kursi. Kamu hitung sepuluh detik sebelum keluar untuk ambil handuknya. Akan saya tarik kursi ke depan pintu. Saya akan keluar setelah menarik kursi ke depan pintu ini. Oke?"

Tidak ada sahutan.

"Divi?"

"Eh, i-iya Pak, terima kasih."

Setelah hitungan ke sepuluh, pintu kamar mandi dibuka pelan-pelan. Divi mengintip takut-takut, dilihatnya sebuah kursi sudah ada di depan pintu, dengan handuk di atasnya. Dengan gerakan cepat Divi mengulurkan tangannya untuk menyambar handuk itu.

"Dasar bodoh! Bisa-bisanya cuma bawa baju ganti tapi nggak bawa handuk!" Divi merutuki kebodohannya.

Setelah rapi dengan pakaian yang sudah melekat pada tubuhnya, rambut yang sudah dikeringkan dengan hairdryer yang tersedia di dalam kamar mandi itu, Divi keluar dari dalam sana dengan perasaan lega. Arkael sungguh menepati janjinya untuk keluar kamar alih-alih mencuri kesempatan yang mungkin hanya dilakukan oleh lelaki berengsek.

Divi keluar dari kamarnya, niat hati ingin ke kamar ibunya, tapi jantungnya hampir copot lantaran begitu membuka pintu, ada Arkael berdiri tepat di samping pintu, bersandar pada dinding dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.

"Pak..Pak..Kael..."

"Kita berada di luar kamar, Divi." Kael mengingatkan dengan suara setengah berbisik.

"Oh iya, maaf." Divi tersenyum canggung.

"Aku akan kembali ke kantor sebentar, ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan hari ini."

Divi mengangguk.

"Kamu dan ibu nikmatilah liburan di sini dan segala fasilitasnya. Nanti Seli akan datang menemanimu juga."

Divi kembali mengangguk.

"Dan sebaiknya kamu jangan buka-buka internet dulu, drama yang dibuat mama sedang viral."

"Memang kenapa kalo saya...eh, aku buka internet?"

"Sejujurnya bukan kelakukan mama yang saya khawatirkan, tapi komentar netijen yang aku khawatirkan akan menyakiti kamu."

Oh jantung tenang bisa nggak?

"Tapi aku akan baik-baik saja, jangan khawa-"

"Tolong...turuti saja ucapanku, bisa kan? Please."

Tatapan mata Arkael kali ini menunjukkan sorot yang tidak pernah Divi lihat sebelumnya. Ada kehangatan, kepedulian juga kekhawatiran dalam mata tajam yang kini menatapnya lekat. Divi bisa merasakan ketulusan pria itu.

"Baik."

"Good girl. Aku pergi dulu. Kabari aku jika butuh sesuatu, atau jika ada yang mengganggu atau..."

"Arkael...aku akan baik-baik saja." Potong Divi.

Arkael mengangguk. "Oke. Aku berangkat dulu."

Setelah punggung Arkael tak terlihat lagi ketika masuk ke dalam lift, tangan Divi menyentuh dadanya, merasai debaran jantungnya yang sedang berjumpalitan di dalam sana.

"Huh...tenang-tenang, jangan geer, dia hanya sandiwara, semua hanya sandiwara." Divi menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan sebelum akhirnya dia berbalik badan untuk menemui ibunya dengan ekspresi wajah yang normal.

* * *

BUG!

Satu pukulan dari Arkael mendarat telak pada rahang Bimo. Asistennya yang belum siap pun langsung tersungkur. Arkael berlutut di depan Bimo, menarik kerah jas Bimo, tatapannya nyalang menusuk temannya itu.

"What the he**, man!" Bimo protes kesal. Pukulan itu tidak menyakiti, hanya karena dia belum siap saja karena itu dia tersungkur.

"Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo Ibu Inna pernah cerita ke lo tentang Divi?!"

"Cerita apaan?"

"Masa lalu Divi, berengsek!" Arkael menghempaskan tubuh Bimo ke lantai dan bangkit begitu saja, ia berlalu dan duduk di kursi kerjanya.

Bimo juga ikut bangkit, tapi alih-alih mengikuti Arkael, Bimo memilih untuk duduk di sofa sambil merasai sudut bibirnya yang sedikit perih.

"Gue udah pernah mau cerita ke lo, waktu insiden di SPBU malam itu. Tapi, gue nggak sempet karena lo udah keburu ke luar mobil untuk menyusul Divi."

Arkael memejamkan matanya, dia baru ingat sekarang, saat itu, sebelum dirinya melihat pria-pria mabuk sialan itu menuju toilet SPBU, Bimo memang sedang bercerita sesuatu tentang Divi. Tapi saat itu dia tidak terlalu tertarik.

"Lalu kenapa lo nggak pernah berusaha untuk menceritakannya lagi ke gue?"

"Tadinya gue memang mau cerita lagi, tapi setelah gue pikir-pikir, untuk apa lo harus tahu? Bukannya lo sendiri yang bilang, lo nggak perlu tahu apa pun tentang Divi, lo juga nggak perduli, yang penting Divi bisa membuat rencana lo berjalan lancar. Ya, kan? Jadi, gue rasa, lo nggak perlu tahu ketakutan apa yang pernah dialami Divi."

Tangan Arkael mengepal lalu menggebrak meja kerjanya. Dia jelas terlihat gusar dan tidak suka dengan fakta yang dijabarkan Bimo, dan yang membuatnya kesal adalah, Bimo tidak salah.

"Lalu kenapa sekarang lo pengen tau? Sekadar kepo atau memang perduli? Tapi atas dasar apa lo perduli? Apa artinya Divi untuk hidup lo? Bukankah dia cuma gadis yang lo bayar hanya untuk bersandiwara agar Rana kembali bersama lo? Tapi kenapa sekarang lo marah karena gue lebih tau tentang Divi dibandingkan lo? Kenapa? Apa lo cemburu? Bukan kah gue juga bisa menyukai Divi? Dia bukan istri lo, bukan istri sungguhan, mungkin nanti setelah kalian bercerai gue bisa-"

"Nggak akan ada perceraian antara gue dan Divi!" Potong Arkael dengan nada tegas dan tajam.

"Wah, lo nggak adil, Man. Lo nggak bisa mendapatkan Divi dan Arana sekaligus, lo harus pilih satu. Rana mungkin nggak ngaruh jika dipoligami, tapi gue nggak yakin Divi bersedia."

"Hentikan omong kosong lo, Bim!"

"Omong kosong apa? Apa lo lupa tujuan lo ngebuat kontrak pernikahan dengan Divi? Perlu gue ingatkan? Lo menikah dengannya hanya untuk membuat Rana cemburu dan pada akhirnya memancing wanita itu kembali ke lo."

"Stop it, Bim!"

"Kenapa? Apa yang salah dari omongan gue? Lo nggak bisa egois, El. Sudah harus melepaskan Divi jika sudah waktunya, apa lagi Arana sudah jelas ingin kembali ke lo, tujuan lo udah di depan mata."

"Gue nggak akan melepaskan Divi!" Teriak Arkael.

"Kenapa?!" Balas Bimo juga dengan berteriak.

"Karena gue jatuh cinta padanya!"

Bimo terdiam.

Arkael terdiam dengan dadanya yang naik turun menahan emosi.

Bibir Bimo bergerak melengkung ke atas. "Nah gitu dong, susah amat sih tinggal jujur aja. Hahahahaha!"

"Bimooo!"

Sayangnya karena mereka yang saling berteriak, mereka tidak menyadari bahwa sebelumnya ada seseorang yang mendengarkan ocehan Bimo tentang kontrak pernikahan antara Arkael dan Divi hingga tujuan yang menjadi alasan Arkael menikah kontrak dengan Divi, tapi sialnya orang itu tidak mendengarkan hingga akhir percakapan dua pria itu.

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
waduh ada rahasia apa ya,menegangkan bgt,jangan lama2 thor
Kiky Mungil: heheheh, maaf ya agak lama up nya, lagi banyak kejutan tak terduga nih di dunia nyatanya otor 😅
total 1 replies
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!