Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Kemudian

"Laura akhirnya kamu pulang juga nak?"

Kepulangan Laura disambut bahagia oleh Tuti.

"Kamu darimana saja selama ini nak?"

Tanya Tuti pada Laura. Setelah keluar dari penjara, Laura tidak punya muka lagi untuk kembali berkerja di bar. Jadi Ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua angkatnya.

"Maafin Laura bu?"

Ucap Laura sembari menghamburkan dirinya ke dalam pelukan wanita paruh baya itu, untuk sesaat Laura merasa bersalah atas perbuatannya selama ini terhadap Tuti.

"Selama ini aku kerja di Jakarta bu, makanya aku baru sempat pulang sekarang"

Laurapun menceritakan semua peristiwa yang terjadi pada dirinya selama di ibu kota kepada Tuti.

"Kasian kamu nak, jadi kamu di tipu oleh produser gadungan itu? Hingga kamu berakhir berkerja di bar?"

Tuti merasa tidak tega saat mendengar cerita Laura yang menyedihkan itu, tentu saja Laura tidak menceritakan pada Tuti tentang skandalnya bersama Ryan dan Bram hingga berakhir di penjara.

"Kamu tidak akan mengalami semua kepahitan ini, seandainya keluarga orang tuamu mau menerima kamu nak"

Ucap Tuti. Namun setelahnya mengatakannya, Tuti kembali menutup mulutnya karna merasa telah mengatakan hal yang seharusnya tidak ia bicarakan pada Laura.

"Maksud ibu apa? Jadi Ibu tau siapa orang tua kandung aku?"

Tanya Laura antusias.

Awalnya Tuti bungkam, tidak mau bercerita. Namun karna Laura terus mendesak, akhirnya wanita itu luluh juga.

"Orang tua kamu itu bukan orang biasa nak, mereka adalah pengusaha sukses"

Ucap Tuti mengawali ceritanya.

"Terus, dimana mereka sekarang Bu?"

Tanya Laura penuh harap.

"Ibu dan Ayah kamu sudah meninggal karna kecelakaan. Tapi menurut gosip yang beredar, orang tua kamu itu sengaja di celakai oleh lawan bisnisnya"

Tuti menarik napas panjang, sebelum akhirnya lanjut berbicara.

"Dari mana ibu mengetahui semua cerita itu?" Tanya Laura penuh rasa ragu akan kebenaran cerita yang Tuti sampaikan.

"Karna ibu yang menyaksikan semua kejadiannya dengan mata kepala ibu sendiri nak. Waktu itu ibu bekerja sebagai pembantu di rumah orang tua kamu"

Jawab Tuti sembari menggenggam tangan Laura, air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya yang sudah memiliki kerutan.

"Siapa bu? siapa orang yang telah mencelakai orang tua kandungku?"

Tanya Laura dengan wajah penuh amarah.

"Ibu tidak tahu pasti nak, tapi yang ibu tahu yang jadi lawan bisnis orang tua kamu adalah perusahaan Bagaskara group"

Jawab Tuti seraya mengingat-ingat kejadian puluhan tahun yang lalu.

"Bagaskara group? Yang cabangnya ada dimana-mana itu bu?"

Laura semakin tak dapat menahan amarahnya saat mendengar jawaban Tuti.

"Terus kenapa aku dibesarkan oleh ibu, apa ayah dan ibuku tidak punya kerabat?"

Tanya Laura lagi sembari mengerutkan dahinya.

"Sebenarnya ayah dan ibumu itu kawin lari nak, karna hubungan mereka tidak di restui oleh keluarga masing-masing jadi tidak ada yang mau merawatmu. Ibu tidak tega melihat kamu di besarkan di panti asuhan. Jadi ibu memutuskan untuk merawat kamu"

Tuti menjelaskan.

"Harusnya ibu biarkan saja aku di panti asuhan waktu itu. Mungkin dengan begitu akan ada keluarga kaya yang mengadopsiku"

Ucap Laura pula.

"Astagfirullahaladzim..Laura!"

Seperti air susu yang dibalas dengan air tuba, Tuti tak percaya Laura bisa berkata seperti itu terhadapnya.

***

***

Setelah mengetahui jati dirinya, Laura mencari informasi tentang keluarga Bagaskara.

Dia berhasil mendapatkan alamat keluarga Bagaskara dari artikel-artikel yang seliweran di situs web. Tanpa menunggu lama lagi wanita itu mendatangi alamat tersebut dengan tujuan ingin membalaskan kematian orang tua kandungnya pada keluarga Bagaskara.

Awalnya ia hanya memerhatikan rumah megah itu dari kejauhan saja, sampai seorang wanita datang dan menegurnya karna melihat tingkah Laura yang mencurigakan.

"Mbak nyari siapa? Ada perlu apa?"

Tanya seorang wanita yang sedang menenteng belanjaan sayur dan lauk pauk di tangannya itu.

Laura terdiam sejenak, bingung juga ia harus menjawab apa. Sampai akhirnya Laura melihat sebuah brosur yang tertempel di tembok pagar rumah tersebut, brosur itu bertuliskan 'Dibutuhkan ART segera'.

"A-anu mbak, saya mau melamar pekerjaan jadi ART di rumah ini" ucap Laura akhirnya.

"Oh mau melamar jadi ART? Kenapa gak ngomong dari tadi sih? kebetulan di rumah ini memang lagi butuh ART baru. Kebetulan bi Lina baru pulang kampung dan belum ada gantinya hingga sekarang."

Ucap wanita itu antusias.

"Nama saya Dina. Ayo, saya antarkan kamu untuk menemui Nyonya Shana"

Tanpa curiga Dian mengajak Laura memasuki rumah mewah tersebut.

Hari itu juga Laura langsung diterima bekerja di rumah keluarga Bagaskara.

#Flashback off#

"Heh, Laura?! Ngapain kamu berdiri disini? Nguping ya?!"

Tanya Dina yang sedari tadi memperhatikan tingkah Laura yang mencurigakan.