Si bos membuat aturan tidak boleh berpacaran ditempat kerja.
Tapi bagaimana jika bos itu sendiri yang melanggar aturan tersebut?
Bahkan si bos itu sendiri jatuh cinta pada sang sekretaris cantik yang baru saja direkrut. Akhirnya si bos pun memutuskan untuk pacaran secara sembunyi-sembunyi ditempat kerja.
Penasaran? ikuti yuk, dan baca ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Setelah berpamitan kepada Sunita, Abbey pun naik keatas motor, Alvaro meminta Abbey untuk berpegangan kuat agar tidak jatuh. Abbey pun menurutinya. Abbey melingkarkan tangannya di perut Alvaro, Alvaro hanya tersenyum saja.
"Sudah siap?" tanya Alvaro. Abbey pun mengangguk. Alvaro segera menjalankan motornya.
Abbey jarang keluar malam-malam seperti ini, terkecuali ada urusan barulah ia keluar. Dulu saat dia ingin ikut balapan, ia pamit kepada sang Mama untuk mencari uang.
Mamanya pun mengizinkan karena memang butuh biaya. Sunita waktu itu dirawat dirumah sakit karena DBD. Beruntung segera ditangani, jika terlambat sedikit mungkin tidak akan tertolong.
Abbey yang waktu itu memang tidak punya uang pun kebingungan. Saat ia melihat ada pengumuman lomba balapan motor, Abbey pun mencoba ikut.
Nasib baik menyebelahi dia, pendaftaran gratis dan motor disediakan oleh panitia bagi yang tidak punya motor balap.
"Kita mau kemana???" Abbey sedikit berteriak karena suaranya kalah dengan suara motor dan angin.
"Kesuatu tempat, kamu pasti suka...."
Alvaro melajukan motornya sehingga mereka datang lebih cepat ketempat yang mereka tuju. Abbey terperangah karena Alvaro membawanya ke tempat balapan motor.
"Ini ...?"
"Hmmm. kamu suka? Dan aku sudah daftarkan kamu untuk ikut balapan. Hadiahnya lumayan loh."
"Aaahh, benarkah...?" Abbey menjerit dan tanpa sadar memeluk Alvaro. Alvaro tersenyum, ia membalas pelukan tersebut.
"Ehh maaf, aku refleks," ucap Abbey kikuk.
"Ayo, sebentar lagi acara dimulai." Alvaro membawa Abbey ketempat penyelenggara acara.
Alvaro juga memperkenalkan bahwa Abbey yang ikut balapan motor nantinya. Para peserta memandang remeh Abbey hanya karena seorang perempuan.
"Mereka mengejekmu, permalukan mereka dengan kemampuan mu," ucap Alvaro.
"Hmmm, aku akan buktikan," jawab Abbey.
Peserta ada 20 orang, dari sekian banyak peserta hanya Abbey yang perempuan. Yang lain semuanya laki-laki. Itu sebabnya mereka memandang rendah Abbey.
"Semangat!" ucap Alvaro sambil mengepalkan tangannya untuk memberikan semangat kepada Abbey. Abbey tersenyum dan mengangguk.
Balapan motor ini diselenggarakan dimalam hari, tapi perlombaan ini diadakan secara legal. Meskipun malam, namun tempat ini terang benderang.
20 orang peserta sudah siap termasuk Abbey sendiri. Seorang wanita seksi membawa kain merah, saat wanita itu melepas kain merah itu ke tanah. Maka perlombaan pun dimulai.
Abbey berada diurutan paling belakang, karena masih tahap awal dia tidak terlalu buru-buru melajukan motornya.
Abbey mengikuti perlombaan ini dengan memakai motor milik Alvaro. Abbey perlahan menaikkan kecepatannya hingga beberapa buah motor bisa dilewati oleh Abbey.
Saat tikungan tajam, yang lain menurunkan kecepatannya, namun Abbey malah melajukan kecepatan nya dengan memiringkan motornya.
"Hebat!" ucap panitia penyelenggara. Kini Abbey sudah menguasai jalanan.
Suara tepukan dari penonton pun riuh terdengar. Abbey sudah melewati beberapa putaran hingga akhirnya ia berhasil mencapai garis finis.
"Kamu hebat sayang," ucap Alvaro sambil merangkul Abbey yang masih duduk diatas motor.
"Terima kasih atas kejutannya." Alvaro hanya mengangguk.
Alvaro dengan cepat menjauh Abbey saat ada orang yang ingin mendekatinya. Abbey pun dipanggil keatas panggung untuk menerima hadiah berupa uang tunai.
Saat Abbey menerima hadiah, ada seorang pria yang selalu menjadi juara di arena balap ini. Ia tidak terima dikalahkan oleh seorang gadis.
Dengan perlahan ia berjalan mendekati Abbey lalu mengeluarkan pisau dari dalam sakunya. Beruntung Abbey peka dan segera menghindar saat ia hendak ditusuk.
Karena pria itu terlalu bersemangat, tusukan nya salah sasaran. Malah mengenai orang lain yang berada didekat Abbey.
Abbey pun langsung menendang perut pria itu hingga pria itu terpental ke tanah. Suasana berubah menjadi ricuh. Karena ada yang terluka.
Abbey memukul pria itu hingga pingsan, dan orang yang terkena pisau segera dilarikan kerumah sakit. Abbey meminta panitia untuk melapor polisi.
"Nona, jika lapor polisi maka tempat ini akan ditutup, dan izinnya akan dicabut," ucap pria yang menjabat sebagai panitia penyelenggara.
"Bapak tenang saja, aku akan bantu bapak biar tempat ini bisa beroperasi seperti biasa," jawab Alvaro.
Yang terluka sudah dibawa ke rumah sakit. Sementara yang ingin menusuk dengan pisau sudah pingsan.
Polisi datang, Alvaro berbicara dengan komandan polisi. Agar tempat ini tidak dicabut izinnya. Namun polisi memberikan syarat jika tempat ini akan ditutup selama sebulan.
"Terima kasih Pak, semoga kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini," ucap panitia.
Komandan polisi hanya mengangguk. Dan mengikuti bawahannya membawa yang membawa pria yang pingsan.
"Kalau begitu kami pamit," ucap Alvaro pada panitia. Tadi sebelumnya Alvaro sudah berbicara terlebih dahulu kepada polisi agar tempat ini tidak ditutup selamanya.
Alvaro membawa Abbey ketempat lain, malam ini keduanya ingin jalan-jalan sepuasnya. Mumpung besok mereka tidak bekerja.
"Kita kemana lagi?" tanya Abbey.
"Ada deh!" jawab Alvaro.
Alvaro kembali melajukan motornya menuju sebuah restoran. Dalam perjalanan Abbey tidak lagi bertanya. Karena ia hanya akan mengikuti saja kemana pun Alvaro membawanya.
Tiba di restoran, Alvaro langsung mengajak Abbey ke rooftop restoran tersebut. Karena Alvaro sudah menyewa tempat itu sebelumnya.
"Wah indahnya," ucap Abbey sambil merentangkan kedua tangannya saat sudah berada diatas rooftop.
"Kamu suka?" tanya Alvaro. Abbey mengangguk.
Pelayan datang dengan membawa buku menu, kemudian Alvaro pun memesan makanan untuk mereka makan malam. Sebenarnya waktu makan malam sudah terlewat, hanya saja mereka belum makan apapun sejak tadi.
"Mohon tunggu sebentar Tuan," ucap pelayan itu menunduk hormat.
Abbey tidak mau duduk karena keasikan menikmati keindahan kota dimalam hari. Lampu-lampu disetiap bangunan dan jalan membuat pemandangan ini semakin indah.
Alvaro mengajak Abbey untuk duduk, namun Abbey malah menarik tangan Alvaro agar melihat pemandangan kota di malam hari.
"Kamu tidak pernah melihat pemandangan malam di kota ini?" tanya Alvaro. Abbey menggeleng.
"Aku jarang keluar malam jika tidak ada keperluan. Jika keluar pun tidak akan sempat menikmati pemandangan seperti ini."
"Nanti aku bawa ke tempat lain pula."
"Tidak perlu, nanti akan merepotkan mu saja."
Tidak repot kok, aku malah senang melihat kamu bahagia."
Pelayan datang dengan membawa makanan untuk mereka. Alvaro mengajak Abbey makan, Abbey seperti tidak ingat makan karena hatinya saat ini sedang bahagia.
Diajak ke arena balapan, kemudian diajak ketempat seperti ini. Abbey yang jarang bergaul dengan pria, tapi dengan Alvaro entah mengapa dia begitu mudah mempercayai nya.
Keduanya pun makan malam, dan setelah itu mereka akan pulang. Karena hari memang sudah larut.
"Lain kali kita ke sini lagi ya," pinta Abbey. Saat ini keduanya sudah berada diatas motor dan hendak pulang.
"Aku akan bawa ketempat lain lagi," jawab Alvaro.
Alvaro pun menjalankan motornya, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Beruntung Sunita tidak protes saat Alvaro meminta izin.
teirma kasih sdh memberikan kita kisah ini...
kisah yg memberikan semangat untuk para wanita di luar sana supaya kuat menghadapi rintangan apapun di kehidupqn nyata...
terima kasih sakali lagi dan terus semangat thor...
kasar bangat kata2nya
ini ada sedikit gado2tu mama mu itu LBH bagus dr PD kata2sisa