NovelToon NovelToon
Istri Kecil Tuan Nero

Istri Kecil Tuan Nero

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand / Angst / Dendam Kesumat / Penyesalan Suami
Popularitas:598.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Gresya Salsabila

Menikah dengan lelaki yang dicintai, ternyata tidak menjamin kebahagiaan, ada kalanya justru menjadi luka yang tak ada habisnya.

Seperti halnya yang dialami oleh Raina Almeera. Alih-alih bahagia karena menikah dengan lelaki pujaan—Nero Morvion, Raina malah menderita karena hanya dijadikan alat untuk membalas dendam.
Walau akhirnya ... takdir berkata lain pada skenario yang dibuat lebih awal oleh Nero.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sedikit Petunjuk

"Kamu gila! Aku tidak tahu apa maksudmu, memangnya di mana Raina? Apa yang terjadi dengannya? Kamu—"

Belum sempat Raksa menyelesaikan kalimatnya, Nero sudah naik pitam dan melayangkan bogem mentah ke wajahnya.

Raksa tak sempat mengelak. Kepalan tangan itu mendarat sempurna di ujung bibirnya, menyisakan rasa sakit dan perih.

"Di mana Raina?" bentak Nero dengan mata yang melotot tajam, seakan-akan Raksa hendak ditelan olehnya.

"Aku tidak tahu. Aku—"

Lagi, Nero tidak memberikan kesempatan bagi Raksa untuk melanjutkan ucapannya. Dengan penuh amarah, ia kembali melayangkan pukulan. Hidung, pelipis, dan juga kening Raksa yang menjadi sasarannya.

"Hentikan!" teriak dua orang satpam yang baru saja tiba di sana.

Keduanya lantas mencekal tangan Nero dan menahan lelaki itu agar tidak memukuli Raksa lagi.

"Anda baik-baik saja, Tuan? Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" Resepsionis yang tadi mengantar Nero, sekarang mendekati Raksa dengan penuh kekhawatiran. Bagaimana tidak, wajah Raksa babak belur. Bukan hanya lebam dan memar, melainkan juga ada yang terluka dan berdarah.

"Aku tidak apa-apa," sahut Raksa sembari mengusap ujung bibirnya yang berdarah.

Kemudian, Raksa menghentikan tindakan satpam yang hendak menarik Nero dengan paksa dan membawanya keluar dari ruangan itu.

"Biarkan dia di sini. Ada yang hal penting yang harus kubicarakan dengannya," ucap Raksa sambil menatap Nero dengan tajam.

"Tapi, Tuan." Resepsionis mencoba melayangkan protes karena kondisi Raksa saat ini sedang tidak baik, terlebih lagi Nero juga masih diselimuti amarah. Tidak menutup kemungkinan nanti akan terjadi baku hantam lagi.

"Tidak apa-apa. Kalian keluarlah, aku akan bicara dengannya," ujar Raksa.

Akhirnya dengan berat hati resepsionis dan kedua satpam itu meninggalkan ruangan Raksa. Namun, salah seorang satpam tidak langsung turun ke lantai bawah. Ia menunggu di depan pintu, antisipasi andai nanti ada keributan lagi.

Sementara itu, di dalam ruangan, Raksa berulang kali mengusap sudut bibir yang terus mengeluarkan darah. Andai tidak ingat bahwa Nero adalah adik iparnya, mungkin saat ini ia sudah melayangkan kursi kerjanya untuk menimpuk kepala lelaki angkuh itu.

"Di mana Raina? Kamu kan yang membantu dia pergi?" Masih dalam posisi berdiri, Nero kembali melayangkan pertanyaan yang sama. Mata pun tak beralih menatap Raksa dan mencari jawaban di sana.

"Aku tidak tahu di mana Raina, bahkan aku juga tidak tahu kalau dia pergi." Raksa menjawab tegas. "Memangnya apa yang terjadi dengan kalian? Apa yang kamu lakukan padanya sampai dia pergi, hah?" lanjutnya dengan intonasi tinggi.

Kini, Raksa telah menangkap sinyal buruk. Ada yang tak beres dengan pernikahan Raina dan Nero, dan mungkin ... sekarang Raina sedang dalam kondisi yang tak baik.

"Kamu benar tidak tahu atau sengaja menutupinya dariku? Kemarin kalian sempat makan siang bersama, kan? Mustahil tidak mengatakan apa pun," sahut Nero. Dia masih tak mengatakan apa yang membuat Raina pergi.

"Kenyataannya dia memang tidak mengatakan apa pun. Kami hanya mengobrol ringan kemarin."

Jawaban Raksa sangat serius, pun dengan tatapan matanya. Sedikit pun Nero tak bisa melihat kebohongan di sana. Sepertinya ... memang benar Raksa tidak tahu apa-apa.

"Ada sedikit kesalahpahaman di antara kami, dan dia pergi sebelum aku meluruskannya," ujar Nero sesaat kemudian.

"Kesalahpahaman apa? Aku kenal baik adikku. Dia tidak akan kabur jika tidak ada masalah yang serius," selidik Raksa. "Sekarang katakan, apa yang kamu lakukan padanya?"

Nero menarik napas panjang. "Ada rekan kerja perempuan yang datang ke rumah dan aku menyuruh Raina untuk bersikap baik padanya. Raina salah paham dan mengira perempuan itu ada hubungan khusus denganku. Sialnya, aku langsung ke London karena ada urusan mendesak di sana. Jadi, aku belum sempat menjelaskan kebenarannya."

Nero menjawab panjang lebar, tetapi tidak sepenuhnya jujur. Dia tahu seposesif apa Raksa terhadap Raina. Nero tak mau jika nanti pernikahannya ditentang dan dia akan kehilangan Raina selamanya. Tidak. Nero tak mau itu terjadi.

"Kamu yakin hanya itu? Tidak ada masalah lain?" desak Raksa. Pasalnya, ia tak yakin bahwa hanya itu alasannya. Meski terhitung muda, tetapi Raina tidak kekanak-kanakan. Tak mungkin dia kabur dari rumah tangganya jika kesalahan Nero hanya sekecil itu.

"Memang hanya itu, kamu tidak percaya?" jawab Nero, tak kalah sengit.

"Sangat tidak. Aku tahu betul siapa Raina. Dia punya tanggung jawab, tak mungkin kabur begitu saja selagi kamu masih layak disebut suami."

Nero tersenyum miring. "Kalau tidak percaya padaku, kamu bisa bertanya pada Norman. Oh ... atau Bryan, dia juga sering melihat bagaimana caraku meratukan Raina."

"Norman? Bryan? Mereka orang-orangmu, mana mungkin mau mengatakan kebenarannya," sahut Raksa.

Jujur, dalam batinnya dia juga merasa kesal karena Norman ataupun Bryan tidak mengatakan apa pun padanya, terkait kepergian Raina. Padahal, itu adalah informasi yang sangat penting. Namun, entah apa yang membuat mereka diam.

"Orang-orangku ya? Bukankah mereka juga orang-orangmu? Kamu membayar mereka untuk memata-mataiku, kan?"

Mendengar jawaban Nero, Raksa bungkam seketika. Dia tak pernah tahu bahwa Nero menyadari hal itu, dan entah sejak kapan semua terjadi.

Di sisi lain, Nero juga menyesali apa yang dia ucap barusan. Dengan mengatakan hal itu, sama saja dengan mengungkap bahwa selama ini informasi yang diberikan Norman dan Bryan bukanlah sesuatu yang benar-benar nyata dan rinci.

"Jadi kamu tahu itu? Sejak kapan? Ah, atau jangan-jangan ... dari awal kamu sudah tahu dan sengaja mengecohku? Jangan-jangan selama ini Raina mendapat perlakuan buruk darimu, dan kamu memaksanya terlihat baik-baik saja di depanku. Apa seperti itu, Nero?" Raksa menatap tajam, amarahnya mulai membara.

Namun, Nero tak kehabisan akal. Kerap bermain trik dalam bisnis membuatnya lihai dalam bersilat lidah.

"Berpikirmu terlalu jauh. Aku baru tahu setelah Raina pergi. Bryan dan Norman mati-matian membelamu saat aku mencurigaimu. Dan mereka mengatakan bahwa selama ini kamu memata-mataiku lewat mereka, demi memastikan Raina baik-baik saja. Itu sebabnya mereka yakin bukan kamu yang membawa Raina pergi. Tapi, aku sendiri yang tidak yakin. Bisa saja kamu membungkam mereka agar tidak jujur padaku. Iya, kan?"

Raksa sedikit lega, setidaknya Nero tak menyadari ikut campurnya sejak awal. Ya ... meski itu hanya anggapannya sendiri, bukan fakta.

"Aku benar-benar tidak tahu. Bahkan, Norman dan Bryan juga tidak mengatakan apa pun padaku. Aku tahu Raina pergi ya dari kamu ini," ujar Raksa sesaat kemudian.

Belum sempat Nero menjawab, tiba-tiba ponsel di saku celananya berdering. Nero bergegas mengambilnya, dan tak sabar menjawab setelah tahu bahwa yang menghubunginya adalah Norman.

"Tuan, saya menemukan lokasi terakhir Nona. Sekitar satu jam yang lalu, Nona ada di bandara dan melakukan penerbangan ke Singapura."

"Singapura?" gumam Nero.

Tak ada teman atau kerabat yang tinggal di Singapura. Satu-satunya orang yang yang dia kenal, yang berasal dari Singapura hanyalah Henry. Apakah semua ini berhubungan? Akan tetapi, bukankah Henry sudah mendekam di penjara, lantas masih bisa melakukan apa? Ah, atau ini hanya kebetulan?

Bersambung...

1
murtini murtini128
Lumayan
murtini murtini128
Kecewa
Lismawati Salam
Luar biasa
nelly cornellya
aduh babang nero
Ririn Nursisminingsih
nah gini dong reina
Shepty Ani
yg memuja olliver tp jodohnya pasti orion wkwkwk biasanya gt yg cuek yg diem" bucin haha
Shepty Ani
klo nero jujur aku nggak khawatir karna dia cerdik licik cerdas dan berambisi untuk menang jd santau pasti semua terkendali cuma rania ini aduh mau diapain ini anak takut bgt aku loh
Shepty Ani
hati" raina jebakan batman sebaiknya lapor ayank dlu
Shepty Ani
uch senengnya py ayank yg super cerdas dan peka sama sinyal" bahaya disekitar jd meski banyak yg ngincer kamu aman sayang
Shepty Ani
kasihan kakak ipar dikerjain wkwkw yg sono lagi enak enak
Shepty Ani
hati" nero ini jebakan tiati banyak ulet bulu bertebaran nanti badanmu gatal
Shepty Ani
pasti si nicko nih mau memperalat diva nih
Shepty Ani
gile salut ama kamu thor bisa bikin karakter macem nero yg cerdas tp nggak langsung menuju ke tujuan intinya dibuat seolah ngalir padahal ada usaha dan paksaan yg keliatannya nggak maksa tp kayak lawannya mau nggak mau ngikut tp nero sesantai itu gt, otak cerdasnya nero berarti otak cerdasnya penulis gt gambarannya the best emg author nyiptain karakter klo begitu nggak cuma raina yg klepek" aku juga thor 😭🤣
IG👉Salsabilagresya: Kak, 😍😍😍😍, terima kasih banyak untuk semua komen terbaiknya. Baru buka novel ini lagi dan nemu banyak komenan dari kakak, jadi moodbooster banget, Kak. sekali lagi makasih ya.. 🥰🥰
total 1 replies
Shepty Ani
iya om aku mau hihi
Shepty Ani
ayo nero tolong ayank kamu biar dia cinta lagi ama kamu
Shepty Ani
astaga bapak nero bener" lu yak
Shepty Ani
nero emg jago bgt bikin orang lemah wkwkwk tp aku suka encer bgt otaknya wkwk
Shepty Ani
kayaknya ada saham atas nama reina mky dikasih undangan mungkin itu saham pemberian suamimu
Shepty Ani
wah ganesh kayaknya naksir raina cemiwiw
Lhisa Amira Nhatasya
bikin nanti si nero bucin thor dan buat si raina jd wanita yg kuat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!