Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Istana yang Penuh Jerat
Langkah Mila terasa mantap saat ia berjalan melewati lorong batu istana Cine.
Dinding-dinding tinggi dengan ukiran naga dan awan seolah menjadi saksi bahwa dirinya bukan lagi Selir Qianru yang dulu.
Qianru telah muncul di hadapan Kaisar, berbicara di forum resmi, dan berani menyebut nama klan Ning dengan lugas—sesuatu yang bahkan pejabat tinggi pun ragu melakukannya.
Namun, istana bukan tempat bagi mereka yang cepat puas. Qianru tahu betul, satu gerakan yang salah dapat membuatnya kehilangan kepala, bukan hanya status.
Sejak malam jamuan itu, Qianru menerima banyak "perhatian." Bukan hanya dari Kaisar, melainkan dari para selir lain yang merasa terusik, juga dari orang-orang yang terikat dengan Permaisuri.
Pagi itu, saat tengah menikmati sarapan bubur manis di taman belakang paviliunnya, Qianru kedatangan tamu.
Selir Hua, wanita dari keluarga bangsawan tingkat menengah, memasuki taman dengan senyum yang tampaknya manis, namun penuh racun.
"Saudari Qianru," sapa Selir Hua lembut.
"Kukira aku harus datang langsung setelah mendengar kabar luar biasa itu. Kau… benar-benar telah berubah." ujar Selir Hua
Qianru meletakkan cangkir tehnya, tersenyum tipis. "Semua orang berubah, Selir Hua. Bahkan musim berganti. Tapi kadang, hanya mereka yang peka yang menyadarinya."
Selir Hua menahan senyum. Ia duduk tanpa diundang.
"Aku hanya khawatir. Menyebut nama Klan Ning di depan umum… itu tindakan berani. Tapi berani kadang bisa disamakan dengan nekat." ujar Selir Hua
Qianru menatap lurus ke arah Selir Hua. "Dan terlalu hati-hati bisa berakhir sebagai pengecut."
Tegangan pun terasa. Namun Qianru sudah terbiasa dengan konfrontasi halus ala istana. Dunia modern mengajarkannya menghadapi bos toksik dan rekan kerja munafik. Ini tak jauh berbeda.
Selir Hua akhirnya berdiri, tertawa kecil. "Semoga kita bisa tetap bersahabat, ya?"
"Kalau aku harus memilih antara bersahabat atau bertahan hidup, aku lebih memilih yang kedua," sahut Qianru
Setelah selir Hua pergi, Qianru berdiri dan menatap ke arah gerbang kecil taman.
"Musuh pertamaku sudah mulai mengintai. Baiklah. Permainan sudah dimulai."ujar Qianru pelan
---
Beberapa hari kemudian, saat malam turun dan langit Cine berselimut kabut tipis, Qianru menyelinap keluar dari paviliun dengan pakaian pelayan. Ia bergerak cepat melalui jalur bawah tanah yang ia temukan di perpustakaan tua istana. Jalur itu dulunya digunakan sebagai jalur pelarian pada masa perang saudara. Tidak banyak yang tahu keberadaannya.
Di ujung lorong, sebuah ruangan kecil terbuka. Di dalamnya, seorang pria berjubah abu-abu menunggunya.
Jenderal Rui. Kepala pasukan bayangan yang setia pada Kaisar, namun tidak terikat dengan istana resmi.
"Selir Qianru," sapa pria itu, nada suaranya datar.
"Atau seharusnya kupanggil Mila?" ujar Jenderal Rui
Mila menegang. "Kau tahu siapa aku?"
Jendral Rui mengangguk. "Kami tahu kau bukan wanita biasa. Dalam waktu seminggu, kau mengubah status sosialmu, mendekati Kaisar, dan menyerang klan Permaisuri secara tidak langsung. Itu bukan tindakan selir yang tak punya pendidikan."
Mila duduk di depan pria itu. "Lalu? Apa maksudmu memanggilku ke sini?"
"Kaisar ingin tahu, siapa kau sebenarnya. Dan lebih penting lagi, apakah kau bisa dipercaya." jawab Jenderal Rui
Mila atau Qianru tersenyum dingin. "Kalau aku musuh, aku tidak akan repot-repot bicara di jamuan malam itu. Aku akan diam, mengumpulkan kekuatan, lalu menyerang saat semua lengah."
Rui menatap tajam. "Dan jika kau sekutu?"
"Kalau aku sekutu, aku akan memberikan informasi yang bisa menyelamatkan nyawa Kaisar." jawab Qianru
Ia mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari balik pakaiannya.
"Ini... adalah daftar pengiriman beras dari wilayah barat. Tiga dari lima gudang mencatat lebih dari 30% beras hilang dalam perjalanan. Tapi jika ditelusuri, beras itu justru sampai di pasar gelap Kota Xi." jelas Qianru
Jendral Rui membukanya dan memeriksa gulungan yang di berikan oleh Qianru.
"Ini… laporan yang tak pernah sampai ke tangan Kaisar. Siapa yang memberimu ini?" tanya Jenderal Rui penasaran
"Pelayan dapur. Mereka tidak tahu apa yang mereka pegang. Tapi aku bisa membacanya." jawab Qianru
Jendral Rui mengangguk lambat.
"Aku akan menyampaikannya pada Kaisar." ujar Jenderal Rui
Saat Qianru hendak pergi, Rui menahan langkahnya. "Apa tujuanmu sebenarnya, Mila?"
Mila berbalik. Matanya tajam. "Aku ingin bertahan hidup. Dan jika memungkinkan… menghancurkan semua yang menjadikan istana ini tempat kejam bagi wanita tak berdaya."
---
Perang Diam-Diam Dimulai
Hari-hari berikutnya, istana berubah. Mila, atau Qianru, kini tidak lagi dipandang sebagai selir pinggiran. Para dayang mulai lebih patuh. Para selir lain mulai berhati-hati.
Namun Permaisuri tidak tinggal diam.
Suatu malam, seorang pelayan baru membawa teh malam ke paviliun Qianru, Qianru menatap gadis itu sebentar, lalu berkata, "Letakkan tehnya, lalu keluar."
Pelayan itu menurut. Tapi Qianru tidak menyentuh teh itu.
Beberapa menit kemudian, seekor burung pipit dari luar masuk dan mematuk permukaan teh itu.
Burung itu mati seketika.
"Racun," gumam Qianru, Ia memandang ke luar. "Permainan ini benar-benar sudah dimulai."
Namun, alih-alih takut, Qianru justru memanggil Nenek Zhao.
"Tolong sebarkan desas-desus bahwa aku jatuh sakit setelah minum teh. Biarkan mereka pikir rencananya berhasil."
"Mengapa?" tanya Nenek Zhao
"Karena taktik musuh harus dibiarkan tumbuh… agar mudah ditebang akarnya." jawab Qianru santai
keesokan harinya berita tentang sakitnya Qianru pun nyebar, musuh pun menjadi senang dan menganggap mereka telah berhasil.
Tanpa mereka tau sebenarnya itu adalah jebakan yang akan menunjukkan siapa mereka.
Beberapa hari kemudian, Qianru 'sembuh' dan muncul di hadapan Kaisar saat upacara kecil.
Kaisar menatapnya lama. “Kau tidak takut? Setelah percobaan pembunuhan itu?” tanya kaisar penasaran wali hanya menampilkan wajah kakunya.
Qianru tersenyum. “Yang Mulia, jika hamba takut, hamba tidak akan hidup hingga saat ini.”
Kaisar memandangnya, lalu mengangguk pelan.
“Qianru. Mulai hari ini, aku akan memanggilmu untuk mendampingiku di ruang kerja. Bukan sebagai selir… tapi sebagai penasehat pribadi.” ujar kaisar dengan titahnya dan itu membuat seluruh istana terkejut.
Banyak yang mulai tidak tenang dan juga semakin membenci Qianru.
Awalnya mereka sangat bahagia melihat sakitnya Qianru, tapi saat hari ini mereka dapat melihat Qianru berada di acara upacara kecil ini, mereka seakan melihat malaikat maut yang siap menghancurkan mereka.
Banyak bangsawan dan pejabat lainya yang tidak setuju, karena bagi mereka Qianru hanya seorang selir—tanpa latar bangsawan, tanpa kekuatan—diangkat menjadi penasehat pribadi Kaisar, apa pantas? Pikir mereka
Di saat itulah, Qianru tahu bahwa langkah pertamanya telah berhasil. Tapi langkah berikutnya… akan jauh lebih berbahaya. Dan itu akan jadi pertarungan besar antara dirinya dengan para penghianat istana.
Bersambung