NovelToon NovelToon
Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Tamat
Popularitas:272.3k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.

Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.

Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.

Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 19: APAKAH KAU MEMBENCIKU?

Ruang baca Kaisar masih terang. Kasim Qin dengan sigap memerintahkan bawahan dan pelayan menyiapkan dan menyalakan lebih banyak lilin.

Dari jendela yang terbuka, taman istana kekaisaran terlihat gelap. Ini adalah bagian belakang dari ruang baca, yang berhadapan dengan Istana Cai’an, tempat tinggal Selir Kekaisaran Chen dahulu.

Kaisar berdiri menatap tempat gelap itu dengan tatapan misterius. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

Matanya terus tertuju pada bangunan tak berpenghuni yang mungkin sekarang sudah ditumbuhi banyak rumput dan penuh debu. Di sana gelap. Tidak ada seorang pun yang bersedia menempatinya sejak Selir Kekaisaran Chen tiada.

Ia sangat ingin pergi ke sana untuk melihat kembali tempat yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Namun, langkahnya selalu terhenti di tempat yang sama.

Kaisar tidak pernah bisa melangkahkan kaki lebih jauh ke istana itu. Hatinya terasa berat dan pedih.

“Chenfei, taman bunganya sudah hancur. Tidak ada lagi plum dan aprikot yang mekar yang selalu kau nantikan setiap musim.”

Kaisar memejamkan matanya sejenak, menahan sesak di dalam dadanya yang tiba-tiba menyeruak. Bayangan Selir Kekaisaran Chen seakan ada di sana, menyatu dalam kegelapan yang tidak tersentuh. Bayangan itu seolah sedang memanggilnya dengan melambaikan tangannya.

“Kaisar, Pangeran Kesembilan sudah tiba.”

Kaisar menenangkan dirinya, berbalik untuk menyambut putra kesembilannya. Raut wajahnya masih tidak begitu baik, namun setidaknya tidak tersisa jejak kesedihan seperti saat ia sendirian tadi. Kaisar tidak akan membiarkan putra kesembilannya tahu apa yang sedang dirasakan olehnya.

“Ayahanda memanggilku?”

Murong Changfeng berdiri di hadapan Kaisar dengan tenang. Terhadap ayahnya sendiri, Murong Changfeng tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

Jujur saja, dia masih merasa kecewa karena ayahnya memilih mengampuni kerabat wanita dari Marquis Yongning. Bahkan, mengirimkan putri orang itu ke kediamannya dan menyuruhnya menerimanya sebagai selir.

“Changfeng, apakah kau membenciku?”

“Aku tidak berani. Aku tidak punya alasan untuk membenci ayahanda.”

“Kau punya alasan untuk membenciku. Apakah kau membenciku karena aku mengampuni Lin Muwan dan menjadikannya selirmu?”

“Meskipun aku tidak bisa menerimanya, namun ayahanda sudah bertitah. Aku tidak akan melawan.”

“Terhadapnya, setidaknya perlakukan dia sebagai manusia. Gadis itu sudah banyak menderita.”

Murong Changfeng mengernyitkan dahinya. Perkataan Kaisar yang aneh itu mengundang tanda tanya besar. Sebesar apa penderitaan Lin Muwan jika dibandingkan dengan kesedihan yang harus diterimanya?

Kaisar paling membenci pengkhianatan. Namun, dia memperlakukan Lin Muwan secara khusus.

Pengampunan yang diberikan olehnya dan juga penegasan akan statusnya di Istana Pangeran Kesembilan sudah lebih dari cukup. Toleransi Kaisar dan belas kasihnya tidak pernah terlihat didapatkan oleh siapa pun.

“Penderitaannya adalah utangnya padaku. Ayahanda tenang saja, dia tidak akan mati karena aku tidak berencana membunuhnya.”

“Kalau aku tidak menegaskanmu, bukankah kau sudah membunuhnya sejak awal? Changfeng, pemikiranmu itu mana mungkin tidak kuketahui.”

Murong Changfeng seperti maling yang tertangkap basah. Dia memang ingin membunuh Lin Muwan.

Namun akhir-akhir ini sepertinya dia tidak telalu ingin membunuhnya lagi. Entah itu karena tamparannya atau karena sindirannya yang tajam, yang membuatnya mengampuni Lin Muwan.

“Jangan membunuhnya. Apapun yang terjadi di masa depan, kau tidak boleh membunuhnya.”

“Ayahanda tidak pernah memberi tahu aku alasan mengapa ayahanda mengampuninya. Jika ayahanda memberi tahu aku, mungkin aku bisa mempertimbangkan tidak menginginkan nyawanya lagi.”

“Bocah nakal, kau sudah berani tawar menawar denganku.”

Hati Murong Changfeng dipenuhi kebencian dan matanya sudah buta akibat perasaan itu. Dia hanya tahu tidak harus bersikap baik pada Lin Muwan.

Membiarkannya hidup sudah merupakan kebaikan hatinya yang terbesar. Tapi, dia tidak pernah menanyakan alasan mengapa ayahnya mengirim Lin Muwan ke sisinya.

Dia baru sadar akan hal itu hari ini. Penegasan ayahnya di hadapan semua orang membuatnya seperti menemukan setitik cahaya di tengah kegelapan. Selalu ada alasan di balik sebab dan akibat.

Lin Muwan, Lin Yunshi, ibunya, juga ayahnya, mereka saling menjerat. Murong Changfeng belum pernah memahami alasan di balik sikap ayahandanya yang terkesan memperlakukan Lin Muwan dengan istimewa.

“Kau lihat itu? Rumput liar di Istana Cai’an sudah setinggi pinggang orang dewasa. Selama bertahun-tahun ini, rumput liar terus tumbuh dan gugur seiring musim. Kau tahu alasanku membiarkan Istana Cai’an kosong dan terbengkalai?”

“Ibu sudah meninggal. Kalian pernah saling menyayangi. Mengosongkan Istana Cai’an adalah caramu melindungi kenanganmu.”

“Ada banyak kenangan di sana.”

Ya, banyak sekali, termasuk kenangan buruk sesaat sebelum ibunya menemui ajalnya. Murong Changfeng menatap bayangan bangunan istana yang gelap itu. Hatinya terasa kecut. Lagi-lagi perasaan menjengkelkan itu datang.

“Changfeng, ibumu tidak bersalah. Lin Muwan, dia juga tidak bersalah.”

“Dinasti Jing tidak pernah menerima pengkhianatan. Dosa yang setara memusnahkan seluruh klan itu malah ayahanda buat pengecualian. Dia tidak bersalah, lalu apakah ibuku pantas mati?”

Kaisar menghela napasnya. Putra kesembilannya sungguh keras kepala. Tidakkah dia memahami arti dari balik sikapnya terhadap Lin Muwan selama ini? Apakah Murong Changfeng sungguh tidak menyadari kebenaran di balik tragedi nahas tahun itu?

“Aku pikir kau sudah dewasa. Ternyata masih harus banyak belajar. Kalau begini terus, kau akan kalah dari kedua saudaramu.”

“Aku malas bermain teka-teki dengan ayahanda.”

Kaisar lalu mengambil sesuatu dari dalam kotak kayu. Sebuah plakat berbentuk harimau berwarna emas dikeluarkan.

“Aku menarik kembali kuasa militer darimu tahun itu karena tidak ingin membuatmu salah arah. Jika aku membiarkanmu memegang kuasa militer saat kau dipenuhi kemarahan, kau akan celaka.”

Tiga tahun lalu kuasa militernya dikembalikan kepada Kaisar. Dia masih berduka dan penuh dengan kemarahan dan dendam. Membiarkannya memegang kuasa militer akan membuatnya buta dan tidak bisa berpikir jernih.

Bisa saja dia mengacaukan ibu kota karena menuntut balas akan kematian ibunya. Dapat dipahami bahwa tindakan Kaisar sudah tepat dengan mengambil kembali kuasa militernya.

“Aku memahami niat baik ayahanda. Karena sudah dikembalikan, mengapa dikeluarkan lagi?”

“Ambillah. Pimpin kembali Pasukan Jinwei.”

Ruang baca hening sesaat. Ditatapnya pelat perintah militer itu dengan saksama dan dalam, seolah-olah ada banyak pertimbangan yang sedang berebut tempat dalam pikiran Murong Changfeng. Kekuatan Pasukan Jinwei sangat besar karena merupakan pasukan elit paling penting yang bertugas melindungi kekaisaran.

“Ayahanda ingin mendorongku ke jalan buntu?”

“Kakak keempatmu memegang Pasukan Penjaga Kekaisaran. Kakak keduamu memenangkan banyak dukungan dari pejabat sipil. Aku tidak tenang membiarkanmu berdiri tanpa pegangan.”

“Cara ayahanda menyeimbangkan kekuasaan ini sungguh menarik.”

Kaisar hanya terdiam. Caranya menyeimbangkan kekuasaan ini juga yang membuatnya menanggung kerugian besar. Kalau saja dia tidak menggunakan cara seperti ini tahun itu, mungkin…

“Kau mau mengambilnya atau tidak?”

“Tentu saja kuambil.”

“Jangan bermalas-malasan. Singkirkan dahulu kebencianmu. Menangkan dulu pertarungan ini, baru kau bisa mengambil keputusan yang kau inginkan.”

Pelat militer memang sudah diambil, tapi bukan berarti dia akan menuruti perkataan Kaisar. Ikut serta dalam pertarungan Murong Zhiyang dan Murong Tianlei adalah masalah merepotkan. Untuk apa dia repot-repot menggunakan sumber dayanya?

“Kau pergilah. Jika tidak, selirmu akan ditindas habis-habisan.”

1
Khalisa Aisa Azzahra
Kakak, Please banget ini mah kasih bonchap dong😭
Endingnya bener²bikin aku nanngisss aaa kereen sukses terus😍

Sekali lagii mohon kakknyaa boncaapnyaa manaaa soalnya aku suka banget pen liat anaknya😭
y u l l i e
ahhh akhirnya happy ending.... pdahal udah nangis Bombay gniiiihhhhh hahahahahaahaa..... makasih authooooorrrr
A
waaaaaa dah ending ajaaa. trnyata yg di episode 1 diulang lagi disini. makasih banyak author. minta bonchap boleee🥹🥹
aisy
T.O.P B.G.T kak....👍👍👍👍
MommyRea
terima kasih Thor..🙏🙏
SaRW
Karya yg luar biasa, sangat menginspirasi, mengajarkan arti kesetiaaan, ..terima kasih Thor, Readers menunggu karya2 mu yang lain....tetap semangat dan salam sehat 😊🙏
Rahimahhassan Rahimah
/Good/
Musdalifa Ifa
bagus sekali 👏👏👏
key Hana
dadaku sampe sesak karna nangis di tahan
Sun Flower: sini nangis sama-sama
total 1 replies
key Hana
ko tiba2 nangis ya
Sun Flower: jangan nangis
total 1 replies
Mineaa
kereeeeennn....
luaaarrrrrr biassaaaa 💪💪💪💪💪
Mineaa
sumpahhh thooorr.....q sampe lupa.....
q tahan nafas pas baca part akhirnya.....
Amazing author......
🔥🔥🔥🔥🔥
Sun Flower: jangan lupa diembusin napasnya yaa
total 1 replies
sofia
serius gak ada extra part? yang bener aja! 😭
Sun Flower: ada gak yaaaa
total 1 replies
Teti Rahmawati
astaga .. ini membuat air mata ku lumer... aslinya sedih dan bahagia... Thor kasih kisah selanjutnya dong..
Sun Flower: salam hangat dari Wanwan & Changfeng, bunganya dua ya ⚘️⚘️
total 1 replies
Winarni 1979
di akhir chapter penuh kejutan😍😍
Sun Flower: jengjengjeng
total 1 replies
Trie
keren thor cetitanya akhir yg bahagia di kehidupan masa depan
Sun Flower: harus bahagia mereka
total 1 replies
erna wijayanti
ga ada extra part kek biasanya kak??

tambahin lah 1 or 2 episode please 🙏😁🤩❤️
erna wijayanti: adain lah plz kakak author kesayangan kuhh🤩🙏❤️😁
total 1 replies
Arix Zhufa
Terima kasih bnyk thor...sy pembaca setia mu...sy tunggu karya selanjutnya. Semangat 🥰
Sun Flower: salam hangat dari otor. Nih ada bunga buat kamu ⚘️⚘️
total 1 replies
Arix Zhufa
pasti kisah nya tersambung ke dunia modern
Vinna
terima kasih atas karyanya...bagus kisahnya🥰💞
Sun Flower: dadahh, sampai jumpa di lain kisah ⚘️⚘️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!