Wulandari Putri Amelia gadis 19 tahun kuliah jurusan ekonomi dan bisnis tetapi mati karena insiden longsor yang menewaskan seluruh keluarganya di desa, selain jurusan ekonomi dan bisnis Wulan adalah seorang yang hobi memasak makanan, apapun itu, seolah memasak adalah hiburan baginya.
Lalu? Bagaimana saat dirinya masuk ke dalam tubuh putri Duke yang hanya tinggal sendiri di tengah kota, sebab kedua orangtuanya telah menggial akibat serangan bandit saat akan pergi ke istana, maka dari itu dirinya yang hanya seorang putri tunggal terpaksa harus menggantikan tugas kedua orang tuanya, begitu sulit sehingga banyak terjadi penyuapan dan korupsi besar-besaran di wilayah yang dipimpin oleh mendiang ayahnya.
“Aduh, nasib-nasib, malah jadi yatim lagi!” dengus Wulan memandang tubuh gadis berusia 18 tahun ini. “Untung nih bocah umurnya udah 18 tahun, tapi …! Kenapa tubuh gue harus kek bocil kekurangan gizi anjir!” teriak Wulan merasa kesal setengah mati, ingin pingsan saja rasanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _yan08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Digitalis Purpurea
Yang ditunggu-tunggu akhirnya pulang, siapa lagi jika bukan sang jenderal Gariel yang kini sudah tiba di depan halaman kastil.
“Salam duchess, maafkan hamba yang pulang dengan telat!” ucapnya membungkuk memberi hormat.
Wulan diam memasang wajah datarnya. “Temui saya di ruang biasa!” balasnya lalu pergi menaiki kereta kuda.
Untuk saat ini Wulan akan pergi mengunjungi wilayah timur yang tak terlalu jauh, sebab tabib di sana mengirimkan surat untuknya bahwa tabib tersebut bisa mengubah bunga beracun itu menjadi sesuatu yang berguna.
Teruntuk kali ini, Wulan tak mengajak Althan, entah kenapa semenjak insiden di depan kamar kedua orangtuanya dirinya merasa risih dengan pengawal pribadinya itu.
“Duchess, kita sudah sampai?” ucap sang prajurit membantu Wulan turun.
“Terimakasih!” balasnya di angguki oleh prajurit itu yang pergi menuju ke belakang untuk memberi pakan kuda.
“Salam duchess, silahkan?” sambut seorang tabib perempuan memandu Wulan masuk.
“Duchess, ini adalah Xavier, seseorang yang saya jelaskan di dalam surat tersebut, beliau bisa mengubah bunga tersebut menjadi obat, awalnya saya tak percaya tetapi setelah membuktikannya beberapa Minggu ini, dan ternyata itu mempan.” Jelas sang tabib begitu semangat.
“Salam!” ucap seseorang itu membungkuk pada Wulan. “Perkenalkan nama saya Xavier seorang tabib baru di wilayah ini,”
“Hem …, silahkan jelaskan dengan penemuan anda tuan Xavier, saya ingin mendengarkannya?” pintanya.
“Dari penelitian saya tentang keracunan makanan tersebut, saya menemukan bahwa yang digunakan adalah biji bunga itu sendiri, jadi karena saya sudah mengenal bunga apa yang digunakan oleh orang tersebut, saya jadi mengerti bahwa daun dari bunga itu bisa digunakan juga sebagai obat. Bunga ini kami menyebutnya sebagai bunga bidal atau dalam bahasa latinnya adalah digitalis purpurea, spesies tumbuhan berbunga beracun dalam keluarga Plantaginaceae.” Jelasnya sedikit gugup, berharap Wulan mengerti dengan ucapannya.
Wulan terdiam mendengar penjelasan dari pria di depannya ini, dia berpikir apakah orang ini sama dengan dirinya? Mengalami perpindahan jiwa? Jika iya, dirinya harus berhati-hati.
“Lalu? Apa yang harus kita lakukan?” tanyanya.
“Melakukan pengobatan, tetapi karena alat yang terbatas saya sedikit kesulitan untuk menangani mereka duchess!”
Dia tahu, pasti yang dibutuhkannya adalah infus untuk menyalurkan bubuk daun tersebut, untuk memperlancarkannya. “Kamu bisa meminta tolong pada tabib Luu, dia memiliki sihir pengalir obat, saya berharap banyak terhadapmu tuan, ini demi para warga ku.”
“Saya akan mengusahakannya, duchess!”
Selesai dengan pertemuannya itu, Wulan langsung pergi kembali ke kastil untuk bertemu dengan jenderal Gariel, untuk membicarakan soal penyelundupan ilegal baju zirah miliknya.
“Bagaimana bisa duchess?” terkejutnya. “Berani sekali mereka!” ucap jenderal Gariel terkejut dengan berita yang disampaikan oleh Wulan.
“Ya, maka dari itu aku meminta paman untuk kembali, dan …, aku juga berencana untuk memindahkan semua barang-barang berhargaku ke tempat yang lebih aman, nanti ada beberapa prajurit yang akan ikut membantu, dan untuk paman sendiri aku hanya menugaskan untuk memantau para prajurit yang lain untuk memindahkan senjata ke tempat yang sudah saya sediakan.” Tuturnya.
Dengan senang hati saya akan ikut membantu duchess, jika begitu saya berpamit undur diri, banyak pekerjaan saya yang masih tertunda akibat kepulangan saya kemarin lusa.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Wulan dengan banyak pikiran rumit.
Wulan berjalan keluar menuju ruangan kedua orangtuanya, dia berencana untuk tidur di sana saat malam tiba. “Hah …,” helaan nafas terdengar begitu putus asa. “Keadaan semakin tak baik, ya tuhan berilah aku sedikit sihir untuk bisa menjaga diriku sendiri!” gumamnya melirih.
Keadaannya sudah mulai tidak aman, makin hari kastil ini sungguh begitu mengerikan dengan banyaknya orang munafik yang ikut berlindung di bawah kekuasaannya. “Tenang-tenang, jangan panik, jika kamu panik semuanya akan kacau Wulan!” tegasnya di depan cermin menyemangati dirinya.
“Athenia bilang, seseorang tengah mengincarku? Huh, sungguh sangat tidak nyaman sekali!’ tukasnya lalu melirik-lirik sekitarnya.
.
.
“Gadis itu benar-benar sangat bodoh! Jika seperti ini, kita bisa dengan cepat menghabisinya, dan tentunya mengambil semua harta-bendanya itu!” ketawa mereka di tengah hutan menikmati api unggun.
Mereka sudah mengatur penyerangan untuk memberantas habis wilayah Copatria itu, apalagi sang raja tengah melakukan kunjungan kekaisaran, otomatis para penjahat kelas atas akan sangat senang untuk berbuat kriminal.
“Almod sebentar lagi kau akan bertemu dengan putri semata wayangmu itu!”
.
.
Banyak box yang telah diangkut ke tempat yang sudah Wulan siapkan, terlihat juga jenderal Gariel memerintahkan banyak anak buahnya untuk bekerja dengan cepat.
Teruntuk Wulan, dia datang ke toko miliknya menemui lady Yuna yang sudah bersiap-siap. “Untuk beberapa saat ini, tunda pemesanan di luar Copatria, sebab saat ini keadaan cukup genting, saya tidak tahu kapan mereka akan bergerak, tetapi yang terpenting saya sudah memperingati kalian untuk berhati-hati, kedepannya.” Ucapnya pada para pegawai di toko gaun miliknya. “Mungkin hanya itu yang bisa sampaikan!” Lanjutnya lalu pergi dari sana, banyak yang dirinya harus diurus, seperti penghimbauan untuk para warganya, untuk mempersiapkan diri.
Terlihat Wulan kini berdiri di atas podium di tengah lapangan desa. “Khem, tak apa kan saya meminta waktu kalian sedikit?” tanyanya cukup keras, sebab banyak para warga yang datang. “Keadaan wilayah kita saat ini tengah terancam oleh seseorang dan kemungkinan besar itu bisa memicu peperangan untuk wilayah kita, dan maka dari itu saya meminta kalian para warga untuk siap siaga kedepannya, saya tak bisa menjamin keselamatan kalian seutuhnya, mengingat saya bukan seorang pemimpin yang ahli dalam segala hal!”
Para warga mulai berbisik membicarakan tentang fakta bahwa anak mendiang Duke Almod terkena cacat tak bisa menggunakan sihir. “Kenapa kita selalu tertimpa masalah seperti ini?” bisiknya cukup keras.
“Entahlah, aku merasa desaku seperti terkena kutukan sehingga menyebabkan masalah setiap tahun!”
“Apa yang sebenarnya terjadi duchess? Rasanya begitu tak mungkin wilayah kecil ini menyinggung pihak lain, kami merasa ini cukup janggal!”
“Hah …, akupun merasa seperti itu bibi, bahkan aku sangat terkejut mengingat penyerangan yang tak berdasar selalu menerorku waktu-waktu ini, jadi aku sangat berharap lebih terhadap kalian untuk saling bekerja sama saling mengingatkan dan membantu sama lain, jangan saling membedakan karena apa? Kita yang berada di sini adalah keluarga, jadi ingatlah itu!”
Mereka mengangguk, perkataan duchess muda itu begitu mulia bagi mereka dan sebagian tidak, mereka merasa tersentuh dan terharu.
“Duchess aku menyayangimu!” teriak seorang remaja kecil naik ke atas podium untuk memeluk Wulan, mereka menjadi was-was takut anak kecil nan dekil itu di usir tetapi Wulan dengan murah hatinya malah merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan anak kecil itu.
Mereka menatap terharu, semakin bangga akan kepemimpinan Wulan, meskipun duchess mereka cacat tak bisa menggunakan sihir tetapi pola pikirnya yang mereka suka.
“Penghianat, lihatlah ini!” senyumnya di dalam hati.
“Bersenang-senang lah nak, ajalmu takkan lama lagi!” batin orang itu menyeringai tajam.
jadi bagaimana seharusnya si Wulan bertindak....
ayo thor beri gebrakan pada Wulan