NovelToon NovelToon
BOS MAFIA LOVE WITH SECRETARY

BOS MAFIA LOVE WITH SECRETARY

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / CEO / Persahabatan / Romansa
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Popi Susanti

Kejadian yang tidak di sangka di sebuah kelab malam itu berhasil membuat Aletta terjebak pada kehidupan seorang Maxim Millionaires Jasper yang mengharuskannya ikut terjebak ke dalam kehidupan gelap pria itu.

Mau tau kelanjutannya, Kuyyy di intip ke dalam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Popi Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

****

"Tuan, nyonya sadar, beliau memanggilmu" seorang pria paruh baya datang menghampiri tuanya yang tengah duduk di balkon melamun entah apa yang dipikirkannya.

Mendengar itu, ia langsung bergerak "istriku sadar"ujarnya antusias berjalan dengan langkah besar menuju kamarnya dengan sang istri.

William, pria yang tidak lagi muda itu memasuki kamar besar yang di tempatinya bersama istrinya. Casandra, istri dari William yang kini di beritahukan anak buahnya jika wanita itu sadar dari tidur panjangnya.

Sejak saat itu kejadian saat dimana putri pertama plus anak satu-satu mereka di culik Casandra menjadi kehilangan arah membuat wanita itu mengalami stres berkepanjangan juga membuatnya berhalusinasi akan putri mereka, hingga akhirnya William mengambil tindakan untuk membuat wanita itu tertidur beberapa saat berharap Casandra bisa menerima kenyataan itu, namun sampai detik ini tidak ada perubahan. Wanita itu akan bangun saat obat yang di masukkan ke tubuhnya kehilangan dosisnya.

Itulah penyebab William sangat lemah jika bersangkutan dengan Putrinya, siapapun yang berhasil menemukan putrinya maka William akan membayar setimpal bahkan apapun yang orang itu mau akan William turuti, harapannya jika Putrinya kembali akan membuat istrinya kembali seperti awal. Ia benar-benar merindukan wanitanya kembali hidup seperti dulu lagi.

"Cas, kau sudah bangun"ujar William berjongkok di tepi ranjang dengan tangan mengusap kepala wanita itu. Wajahnya terlihat pucat dengan air mata yang membekas di ujung pelupuk matanya.

"William, dimana Ziandra? Apa putri kita sudah pulang?" Tanya Casandra. Putri mereka yang hilang bernama Ziandra, nama pemberian dari Casandra sendiri.

William memicingkan matanya menahan sesak di dadanya. Tuhan terlalu berat menghukumnya, kehilangan putri dan kewarasan istrinya benar-benar cukup untuk menghancurkan hati pria itu. Ia tidak punya tempat bersandar, ia juga sama halnya dengan istrinya merasakan kehilangan bahkan sampai sekarang. Mereka dulu benar-benar sangat menunggu akan kelahiran putri pertama mereka namun karma yang di berikan tuhan pada William, ia tidak bisa menjaga Putrinya.

"Kau mengapa diam, sayang? Aku kan sudah mengatakan padamu jaga putri kita jangan biarkan dia terus bermain di luar sana nanti dia hilang lagi, apa kau tidak takut dengan kejadian waktu itu?"

Hilang lagi? Memangnya putri mereka sudah pernah di temukan. Menyakitkan, semua terapi dan obat yang di coba William untuk menyembuhkan istrinya tidak pernah ada yang manjur, semuanya sia-sia, wanita itu tetap saja begitu kala sadar, menanyakan keberadaan putrinya seolah-olah gadis itu masih tinggal bersama mereka.

"Kau harus sadar sayang, kau harus bisa menerima fakta, jangan seperti ini, aku tidak kuat melihatmu" ujar William memeluk Casandra. Ia benar-benar merindukan istrinya, mau sampai kapan wanita itu akan terus seperti itu.

"Fakta? Fakta apa yang harus aku terima, Liam?" Tanya Casandra melepaskan pelukan William.

"Putri kita, putri kita sudah tidak bersama kita sayang, cobalah untuk menerima kenyataan itu, kau jangan seperti ini" ujar William memberikan pengertian pada istrinya.

Wajah teduh Casandra berubah menjadi keruh mendengar perkataan suaminya "apa katamu bodoh! Kau memang sudah gila! Aku memang sudah salah menikah dengan pria gila sepertimu, Liam!! Bagaimana bisa aku bisa menerima kenyataan jika putriku sudah tidak ada sementara putriku ada, kita yang membesarkan putri kita bagaimana bisa kau bilang putri kita sudah tidak bersama kita, Liam?"Ujar wanita itu marah.

"Kau memang seorang ayah yang buruk!"

William tidak tahan melihat itu, wanita yang ia cintai harus merasakan ini karena ia seorang ayah yang buruk, ayah yang gagal dan suami yang gagal untuk Casandra, dia tidak becus menjaga putrinya, apa yang harus ia lakukan sekarang, kemana lagi ia harus mencari keberadaan putrinya, apa ia harus melakukan tes kepada setiap gadis di kota besar ini? Ia benar-benar frustasi dengan kenyataan ini

"Tenangkan dirimu, Cas."

Casandra menatap nyalang pada William "tenang kau bilang? Bagaimana bisa aku tenang sekarang, putriku belum pulang, cepat kau cari putriku nanti dia kembali di culik oleh musuh-musuh mu," suruh Casandra.

"Cas, sadarlah, putri kita belum di temukan, mau sampai kapan kau akan seperti ini? Apa kau tidak merindukan kehidupanmu?" Ujar William dengan suara melemah.

Casandra menangis, memori-memori itu kembali berputar di kepalanya, wanita itu kini menahan kepalanya dengan kedua tangannya

"Arghhh!!!!"

"Kenapa, kenapa putriku hilang?" Ujarnya memukuli William melampiaskan emosinya.

"Jika saja aku tidak menikah dengan seorang mafia sepertimu sudah di pastikan putriku akan tetap bersamaku, kau pembawa sial! Kau penyebab putriku hilang, Liam!!! Kenapa kau tidak mati saja? Arghhh!!!" Wanita itu benar-benar semakin frustasi sekarang.

William menarik Casandra ke dalam pelukannya, mengunci pergerakan wanita itu, William mengusap lembut punggung bergetar wanitanya, ia benar-benar merindukan wanita ini seperti dulu lagi.

"Tenangkan dirimu, sayang"

"Aku tidak bisa, kembalikan putriku"ujarnya terdengar lirih.

Maxim menghela nafas berat, setelah dirasa Casandra diam tidak lagi memberontak, pria itu melepaskan pelukannya. Rambut wanita itu terlihat acak-acakan namun tidak mengurangi paras cantik yang selalu melekat pada wanita itu meskipun sekarang ia tidak lagi muda.

"Tidurlah" ujar William.

Casandra tidak berucap hanya menuruti saja, setelahnya William meninggalkan ruangan itu tidak kuat jika harus melihat wanita itu menangis dan memberontak, pria itu rasanya hancur. Daripada ia di hadapkan oleh masalah keluarga seperti ini rasanya lebih baik ia di hadapkan oleh ribuan musuh, begitu berharga Casandra baginya, wanita yang ia temui puluhan tahun lalu.

"Suntikan obat itu pada istriku, aku akan pergi" kata William kepada salah satu pengurus Casandra.

"Baik tuan"

William pergi dari sana, ia membutuhkan pelampiasan sekarang.

****

"MAXIM!!!!"

Aletta berteriak di depan pintu utama mansion itu saat melihat pria yang kini membuat hatinya berbunga-bunga itu baru saja datang. Ia kali ini menyambut hangat kepulangan kekasihnya, padahal pria itu baru pergi sebentar, hanya beberapa jam.

Maxim yang baru saja keluar dari mobilnya menyungingkan senyum menatap kekasihnya, dengan langkah gagah pria itu mendekati Aletta, merangkul pinggang gadis itu lalu memberikan kecupan singkat di bibirnya membuat wanita itu langsung menatapnya horor.

"Kau, kenapa kau jadi suka mencium bibirku" keluh Aletta

"Suka-sukaku bukankah semua yang ada pada dirimu merupakan milikku?" Kata Maxim membawa gadis itu masuk kedalam mansion.

"Jadi kau mau melakukan sesukamu pada tubuhku begitu?"Tanya Aletta mendongak menatap wajah pria itu.

Maxim mengangguk "tentu saja iya,"

"Jangan macam-macam bodoh!"

Maxim terkekeh, ia sudah yakin kemana arah pikiran kekasihnya sekarang "hanya satu macam, bercinta denganmu" balas pria itu membuat Aletta langsung menjauhkan dirinya dari Maxim.

"Kau mau aku bunuh! Bercinta saja kau dengan monyet"balas Aletta memalingkan wajahnya.

Maxim tergelak mendengar perkataan kekasihnya, hei ayolah jalang di luar sana begitu banyak mengapa gadis itu merekomendasikan monyet? Mengapa harus hewan.

"Monyet? Tidak ada yang lebih baik dari monyet?" Tanya Maxim.

Aletta kini berkacak pinggang menatap pria itu "oh jadi kau memang mau aku kasih saran orang yang bisa kau ajak bercinta begitu? Kau benar-benar menyebalkan, pergi saja kau dari hadapanku" kata Aletta kesal hendak pergi dari sana meninggalkan laki-laki itu.

Maxim tidak mengejar gadis itu, membiarkannya saja berjalan menuju halaman belakang sementara pria itu melenggok menuju kamarnya hendak berganti pakaian.

Aletta kini sampai di bagian belakang mansion itu, ia melirik ke belakang namun tidak ada Maxim yang mengikutinya. Gadis itu merutuk kesal, kenapa pria itu tidak peka dan membiarkannya pergi? Menyebalkan.

"Kau terlalu berharap lebih, Letta" ujarnya.

"Huftt daripada bosan lebih baik aku ke sana, aku benar-benar penasaran dengan tempat itu, dari sini saja sudah kelihatan menarik"guman Aletta melangkahkan kakinya ke tempat itu, tempat yang waktu itu sempat ingin ia jelajahi tetapi di halangi oleh penjaga di mansion ini untung saja sekarang tidak ada yang menjaga.

Aletta berhenti di tempat, pupil matanya melebar melihat ini semua, jadi tempat ini sebuah taman bunga tersembunyi di mansion ini? Kenapa Maxim tidak memberitahunya jika ada tempat seindah ini di sini. Aletta benar-benar terpukau oleh keindahan ini, ia sangat menyukai bunga apalagi bunga yang masih hidup di habitatnya seperti ini. Menabjubkan, ia tidak bisa berkata-kata lagi melihat keindahan ini.

Hamparan taman bunga dengan berbagai macam jenis bunga yang terdapat di sana. Dan di ujung sana terdapat sebuah pohon rindang di bawahnya ada sebuah ayunan sederhana dengan talinya yang dililitkan ke salah satu bagian dahan di sana. Sekeliling tempat yang cukup luas ini benar-benar di khususkan untuk menanam bunga sepertinya.

Aletta melangkah ke sisi kanan melewati belahan tanaman itu hendak menikmati indahnya bunga dari dekat. Ia memetik salah satu bunga, yaitu bunga tulip, bunga favorit gadis itu. Sangat indah menurutnya.

Ia terus melangkah menyusuri satu demi satu bagian bunga dengan pandangan entah kemana-mana menatap bunga-bunga di sana, senyuman tidak berhenti terbit di bibirnya, Aletta layaknya baru menemukan sebuah harta karun. Hingga tanpa ia sadari karena tidak fokus pada jalan gadis itu tersandung.

"ARGHHHH!!!!"

Aletta terpekik keras, namun satu detik.... Dua detik.... Kenapa ia tidak mendarat di tanah.

"Dasar ceroboh!"

Ia hafal betul suara itu.

Kini gadis itu sudah berdiri sempurna, tunggu di depannya sekarang sebuah sumur, ya sumur tua yang tidak terurus, jika saja tadi pria itu tidak tepat waktu menarik bajunya sudah di pastikan kini Aletta berenang di dalam sumur tua itu, arghh entah apa saja di dalam sana, pastinya ada ular dan sejenisnya, Aletta tidak kuat membayangkan.

"Kau hampir saja menghancurkan hidupku, Letta" kata Maxim menatap tajam gadis itu yang kini menunduk.

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?" Tanyanya.

Aletta menggeleng "tidak ada, maafkan aku, aku hanya penasaran dengan tempat ini dan benar saja rasa penasaranku terbalaskan dengan pemandangan di taman bunga ini" ujar Aletta tetap menunduk tidak berani menatap Maxim.

Sementara Maxim menghela nafasnya, jika saja tadi ia tidak buru-buru mengikuti gadis itu sudah di pastikan ia sekarang masuk ke dalam sumur tua itu. Maxim sudah mengarahkan kepada penjaga di mansion ini agar tidak membiarkan sembarang orang datang ke tempat ini karena terdapat sumur tua disini tetapi kenapa penjaga itu malah lengah dan membiarkan Aletta manusia yang begitu berati baginya.

"Seharusnya kau mengajakku jika kau ingin ke sini, aku khawatir terjadi apa-apa padamu"ujar Maxim merangkul pinggang gadis itu.

Aletta mendengus "aku pikir kau benar-benar akan pergi mencari jalang untuk kau ajak bercinta" kata Aletta.

"Tidak akan ada jalang selama kau bersamaku, Letta. Kau harus percaya jika aku tidak pernah melakukan itu lagi" kata Maxim meyakinkan gadis itu jika ia benar-benar sudah tidak berlanganan lagi dengan jalang.

Aletta mendesah kecil "baiklah aku percaya."

"Kau mau naik ayunan di sana?" Tanya Maxim menunjuk ayunan yang tergantung pada pohon tersebut.

Aletta mengangguk "ya, aku mau" balas Aletta antusias.

Kini mereka berjalan menelusuri bunga-bunga itu hingga sampai di bawah pohon rindang yang terdapat satu ayunan menggelantung di sana.

"Ayunan ini aku sendiri yang membuatnya" kata Maxim "saat itu aku tengah berjalan-jalan di sini lalu aku mendapat ide untuk membuat sebuah ayunan disini" kata Maxim.

Aletta memandang ayunan itu "ternyata kau berbakat juga membuat ayunan manual seperti ini" ujar Aletta menenggang tali ayunan itu lalu melihat ke atas tempat salah satu ujungnya yang terikat "kurasa kau lebih cocok menjadi tukang ayunan daripada seorang pengusaha" kata Aletta seraya duduk di ayunan itu.

Maxim terkekeh mendengar penuturan Aletta, tangan pria itu bergerak membantu ayunan itu bergerak, tidak kencang hanya pelan-pelan saja.

"Aku hanya akan menjadi tukang pembuat ayunan manual untuk dirimu saja, jasaku terlalu mahal untuk orang lain" sahut Maxim.

"Ya memang jasamu terlalu mahal yang murah kan kejantananmu suka celap celup sana-sini" ujar Aletta tidak menghiraukan jika nanti pria itu akan marah padanya toh ia berkata sesuai dengan fakta ya ada, tidak ada sedikitpun tuduhan di sana.

Maxim mendengus kesal mendengar itu "aku tidak seburuk itu, hanya beberapa tidak banyak" balas Maxim membela dirinya.

"Tidak banyak tetapi ada beberapa? Mengaku saja jika milikmu murah" ketus Aletta.

"Kau tidak perlu khawatir, punyaku masih tersegel sempurna untukmu" kata Maxim menghentikan ayunan itu bergerak, pria itu berdiri di belakang Aletta sekarang dengan pandangan ke depan.

"Tersegel sempurna?"tanya Aletta mendongak menatap pria itu dari bawah "bagaimana kau bisa mengatakan jika punyamu masih tersegel sempurna sementara kau suka bermain dengan para jalangmu?" Tanya Aletta tidak abis pikir.

"Punyaku tidak sepenuhnya ternodai, aku mengunakan pengamanan, jadi punyaku masih tersegel untukmu" kata Maxim tetap membela dirinya.

"Kau?" Aletta tidak abis pikir dengan ucapan pria itu barusan, heloww bagaimana bisa ia bicara seperti itu? Hei masih di segel pala eanglu kalau sudah celap celup sana sini berati sudah membuka segel meskipun mengunakan pengaman sekalipun bajhingannn.

"Kau benar-benar tidak waras, akui saja jika milikmu murahan" ketus Aletta.

"Tetap pada pendirianku, punyaku masih tersegel jika kau ingin tahu bagaimana rasanya membuka segel mari kita lakukan supaya kita sama-sama merasakan" kata Maxim tanpa dosa.

"Maxim, aku rasa sebaiknya kau lompati saja sumur tua itu dan kau berendam di dalam sana agar kau tersadar dengan semua dosa-dosa yang bergelimang di tubuhmu, sepertinya kewarasanmu hanya bersisa segelintir" kata Aletta menyuruh pria itu, memang Maxim harus segera bertaubat.

Maxim yang mendengar itu terkekeh "seharusnya kau bertemu denganku dari dulu pasti sekarang aku tidak dalam kehidupan buruk ini" ujar Maxim

"Sudahlah, tidak usah mengungkit-ungkit hal-hal buruk yang sudah terjadi, biarkan semua terjadi dan sekarang fokus saja dengan apa yang akan terjadi kedepannya," kata Aletta membalas

"Ayahku ingin kemari besok" kata Maxim mengingat ayahnya yang tadi menelfon.

"Benarkah? Apa pria itu benar-benar sudah sembuh?"Tanya Aletta, terakhir bertemu dengan pria itu saat Aletta datang menjenguknya ke rumah sakit.

Maxim mengangguk "sudah, bahkan sudah sangat sembuh, tetapi beberapa hari lagi pria itu akan kembali sakit lagi karena keras kepala tidak mau di atur, ia selalu saja mementingkan isi perutnya daripada kesehatannya" kata Maxim mengingat ayahnya.

"Ayahmu tidak ada bedanya denganmu, Max" ujar Aletta "kalian rupanya sama-sama keras kepala"

"Ya memang, itu menandakan aku benar-benar anak pria itu"

"Iya memang, lalu kau anak siapa lagi jika bukan anak ayahmu"

"Siapa tahu aku juga anak dapat"

Aletta terkekeh "kau ada-ada saja"

"Ayo kembali ke mansion, sudah semakin sore udaranya dingin" ajak Maxim

Aletta menurut, gadis itu turun dari ayunan, Maxim kembali merangkul pinggang Aletta begitupun dengan gadis itu membalas dengan membekuk pinggang Maxim. Romantis sekali apalagi jika hubungan mereka kandas, hehe bersyandaa.

****

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!