BOS MAFIA LOVE WITH SECRETARY

BOS MAFIA LOVE WITH SECRETARY

1

****

Di sebuah kelab malam seorang pria tengah terduduk gagah di sebuah sofa dengan segelas minuman di tangannya. Terlihat tatapan memuja dari wanita penghibur yang ada di sana. Dengan tidak sopan nya para wanita dengan pakaian kurang bahannya menggerayangi pria itu. Seperti tidak terganggu lelaki itu diam saja menikmati belaian yang di berikan oleh wanita-wanita penghibur yang mengerayangi tubuhnya.

Sementara di sisi sana seorang gadis dengan satu temannya tengah berdebat, pasalnya gadis itu baru saja selesai wisuda dan dengan tidak beradab nya teman yang tepatnya sahabat dari gadis itu membawanya ke sebuah kelab malam, ia terus saja mengerutu karena tidak biasanya datang ke tempat seperti ini sebelumnya. Ia benar-benar membenci bau alkohol yang sangat menyengat di sini.

"Aku mau pulang saja, kau gila membawaku ke sini jo" rutuk gadis itu yang sangat sialnya menerima ajakan jouvia sahabatnya.

"Ayolah Aletta, kau ini bukan lagi seorang anak kecil, datang ke tempat ini bukanlah suatu masalah besar" ujar Jo menenangkan sahabatnya yang sedari tadi gelisah di tempat ini. Padahal biasa saja untuk orang-orang seumuran mereka berada di tempat ini tetapi sahabatnya terlalu berlebihan.

"Kau benar-benar gila Jo, kau bilang bukan masalah besar? Apa kau tau tempat ini adalah neraka, apa kau tidak lihat pria menjijikkan itu dengan santainya duduk di sana di gerayangi perempuan" ujar Aletta lantang membuat pria yang di tunjuknya itu menatap ke arahnya.

Pria yang merasa harga dirinya di jatuhkan di sana berdiri menyingkirkan wanita yang mengerayangi tubuhnya lalu mendekati dua wanita yang sedari tadi berdebat itu. Ia menatap salah satu gadis yang sudah berani mengganggu ketenangannya.

"Apa maksudmu nona?"

Aletta menatap pria di hadapannya dengan tatapan tidak suka, apa masih kurang jelas ucapannya barusan? "bahkan tanpa aku mengulang perkataanku kau sudah paham maksudnya" balas Aletta berani menatap pria itu yang tidak ia ketahui siapa namanya dan wajahnya juga asing bagi Aletta.

"Aletta, jangan bicara seperti itu" tegur Jo pada sahabatnya, ia tau pria yang kini di hadapan mereka bukanlah pria sembarangan.

Pria itu menampilkan smirk di bibirnya "kau menarik, nona" ujarnya.

"Jangan menatapku dengan tatapan menjijikkan mu itu, aku tidak sudi di tatap seperti itu oleh pria murahan sepertimu" ujar Aletta mengatai pria itu tidak suka dengan caranya menatap Aletta.

Aletta melirik Jouvia di sebelahnya "Ayo Jo kita harus pergi dari neraka ini" kata Aletta menarik Jo dari sana.

Sementara pria itu mengusap rahangnya yang mengeras, sepertinya ia akan sedikit bermain dengan gadis pemberani itu, siapa sebenarnya gadis pemberani itu, ia pastikan wanita itu akan tunduk di bawahnya, ya, tidak lama lagi itu akan terjadi.

"Kau tidak ada apa-apanya bagi gadis itu, max" ledek seorang pria yang tengah duduk di sebuah sofa di ujung sana memperhatikan pria itu sedari tadi.

Maxim Millionaires Jasper, pria berperawakan tinggi dengan tampang rupawan yang membaluti wajahnya. Wajar saja semua orang tergila-gila dengan dirinya, tubuhnya yang kokoh sempurna membuat semua wanita mengidam-idamkannya. Kini ditatapnya pria yang tengah duduk menghadap dirinya di ujung sana, dia adalah Justin Marwel sahabat sekaligus orang kepercayaannya.

"Diam kau, sekarang kau cari tahu siapa wanita pemberani itu dan besok bawa dia menuju kehadapanku, akan ku buat dia kehilangan keberaniannya dan tertunduk lemas di bawahku" ujar Maxim menampilkan senyuman kematiannya, siapa suruh mengusiknya, dan sekarang terimalah akibatnya.

Justin, pria itu hanya menurut saja apa yang diminta dari bos serta sahabatnya itu.

****

"Kau beritahu siapa wanita itu, Justin" suruh Maxim saat melihat Justin memasuki ruangannya.

Justin berdecak, "apa kau tidak bisa sedikit bersabar? Setidaknya kau suruh dulu temanmu ini duduk jangan langsung menerobos" kesal Justin menjatuhkan pantatnya di sofa.

"Kau banyak omong, just"

Justin menghela nafas "wanita itu bernama Aletta Gavriella Cristina yang merupakan anak tunggal dari pasangan Gavriel dan Ellana, orang tuanya sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan dan sekarang dia tinggal di sebuah apartemen, dan dia merupakan mahasiswi lulusan baru yang sedang mencari pekerjaan, untuk mewujudkan keinginanmu bertemu dengan dia aku sudah mengangkatnya menjadi sekretaris barumu" ujar Justin menjelaskan.

Maxim tersenyum puas "kerja bagus, kapan dia akan datang?" Tanya Maxim tidak sabaran ingin bertemu dengan gadis pemberani itu.

"Sebentar lagi"

Maxim mengangguk "baiklah, sekarang kau silahkan pergi dari hadapanku, just. Aku akan menunggu gadisku, ah aku sudah tidak sabar mencicipi gadis itu" kata Maxim membayangkan.

Justin memutar bola matanya malas "lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, aku akan kembali keruanganku" kata Justin berlalu dari hadapan pria itu.

****

Di sebuah apartemen sempit seorang gadis tidak henti-hentinya tersenyum, bagaimana tidak baru saja ia hendak mencari pekerjaan tetapi dengan tidak di duga pekerjaan itu sendiri yang datang menemuinya, ah nikmat mana lagi yang ia dustakan.

Aletta, gadis itu kini sudah rapi dengan pakaiannya. Tidak mau terlambat gadis itu langsung saja menuju perusahaan yang memanggil dirinya untuk bekerja menempati bagian sekretaris, cukup mengagumkan untuk dia yang belum memiliki pengalaman kerja. Ia harus banyak-banyak bersyukur sekarang.

Sesampai di gedung besar itu Aletta di arahkan oleh seorang staf menuju ruangan pemimpin perusahaan tersebut. Aletta memasuki ruangan itu, ia melihat seorang pria di sana duduk membelakang ke arahnya.

"Permisi, sir" ujar gadis itu sopan.

Sementara pria itu menyunginkan senyum seraya membalikkan kursinya menghadap wanita itu, tercetak jelas wajah kaget dari gadis di hadapannya.

"Kau?" Ucap Aletta penuh tanya.

Maxim berdiri mendekati Aletta "apa kau terkejut sekarang pria yang kau tatap jijik semalam adalah bos mu?"Tanya Maxim.

"Dunia sangat sempit untukmu Aletta" lanjut Maxim.

Benar saja ucap pria itu, dunia sangat sempit untuk Aletta, padahal tadi ia baru saja bersenang-senang karena sudah mendapatkan pekerjaan, namun sekarang? Rasanya ia benar-benar terjebak. Bolehkah Aletta menarik lagi kata-kata syukurnya barusan?

"Dengan senang hati saya mengundurkan diri bekerja dengan Anda, sir"ujar Aletta hendak pergi dari sana.

"Kau pikir semudah itu? Apa kau lupa jikalau kau sudah menandatangani kontrak bekerja di perusahaan saya? Kau tau bukan berapa denda karena sudah memutuskan kontrak sepihak?" Tanya Maxim membuat wanita itu merutuki dirinya, gara-gara kecerobohannya dan sekarang ia terjebak disini, oh shit apa yang akan Aletta lakukan sekarang, haruskah ia tunduk di depan pria menyebalkan itu, melihat wajahnya saja Aletta sudah muak.

"Apa maumu?" Tanya Aletta menatap pria di hadapannya.

Maxim tersenyum lebar "tubuhmu"

Mendengar itu Aletta membulatkan matanya sempurna, apa ia tidak salah dengar pria bajingan itu tadi bicara apa? Ia dengan gampangnya bicara di hadapan Aletta menginginkan tubuhnya, apa pria itu masih bisa di bilang waras?.

"Kau tidak akan mendapatkan itu iblis mesum!" Tekan Aletta.

"Kau sangat berani rupanya"

Aletta tertawa kecil "apa aku harus takut denganmu dan berlutut di hadapanmu untuk memohon agar di sentuh oleh pria bajingan sepertimu?" Tanya Aletta menantang pria itu, ia tidak akan menyamakan dirinya dengan wanita di luaran sana yang dengan suka rela memberikan tubuhnya kepada pria sialan itu.

"Kau terlalu jual mahal, aku tau kau sama saja seperti wanita yang pernah ku tiduri, tetapi kau malu mengakuinya di depanku?" Ujar Maxim tertawa remeh.

"Pikiranmu terlalu sempit"

"Oh ya?"

"Ah sudahlah, tidak ada untungnya aku berbicara dengan iblis mesum sepertimu, lebih baik sekarang aku bekerja, tujuan awalku datang ke sini untuk bekerja bukan menemui iblis mesum sepertimu" kata Aletta keluar dari ruangan Maxim mencari staf yang akan mengarahkan dimana tempat ia bekerja nantinya.

Setelah Aletta keluar Justin masuk ke dalam ruangan Maxim.

"Apa gadis itu sudah tunduk di bawahmu?" Tanya Justin meledek wajah kesal Maxim.

"Jangan meledekku, sebentar lagi aku akan membuat gadis itu jatuh cinta padaku, wanita mana yang tidak akan tergoda dengan diriku?" Ujar Maxim sombong.

"Kau terlalu percaya diri, Maxim"

"Kau lihat saja nanti, gadis itu akan tunduk denganku"

"Oh ya? Bagaimana kalau sebaliknya, malah kau yang tunduk padanya?" Tanya Justin terkekeh "aku melihat gadis itu berbeda dengan gadis yang pernah kau temui di kelab malam, bahkan ia tidak menyukai kelab malam dan dia melihat sendiri malam itu kau sedang bersama para jalangmu, apa kau yakin dia akan jatuh cinta padamu, Maxim?" Tanya Justin.

"Kau meragukan ku Just? Kau lihat saja nanti gadis itu akan tunduk di depanku dan berteriak jika dia mencintaiku meminta agar aku menyentuhnya HAHAHA" ujar Maxim membayangkan seraya tertawa.

Justin yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala"Sudahlah tidak penting, kau tidak lupa bukan nanti malam kau akan bersenang-senang mengantarkan bajingan penghianat itu ke neraka" ujar Justin mengingatkan.

"Tentu saja tidak." Balas Maxim.

"Kalau begitu aku akan keluar."

****

Tepat di sebuah tempat sunyi yang tidak di ketahui banyak orang, sebuah rumah tua yang banyak sekali memakan korban oleh tangan kekar Maxim. Pria yang tidak punya hati dengan gampangnya menghabiskan nyawa manusia jika sudah berurusan dengannya.

Baginya seorang penghianat balasannya adalah menemui neraka lebih awal. Tidak perduli seberapa berteriak nya manusia yang sudah ia siksa, baginya justru teriakan kesakitan itu adalah nyanyian penghibur untuknya.

Seperti sekarang di sebuah ruangan tempat ia menghabiskan nyawa para bajingan yang sudah berkhianat dengannya. Di depan sana kini satu orang pria tengah di sekab, dengan langkah besar Maxim dan Justin mendekati pria itu.

Sebuah senyuman terukir di wajah Maxim "kau rupanya ingin bermain-main denganku tuan Samson" ujar Maxim di depan wajah pria itu.

"Lepaskan aku" ujar laki-laki itu dengan wajah memohon meminta agar Maxim memberikan belas kasihan padanya lalu melepaskan dirinya.

Mendengar itu Maxim tertawa "bagaimana bisa aku melepaskan bajingan sepertimu, apa kau tau karna ulah mu perusahaan ku mengalami kerugian begitu besar untukmu, tapi bagiku itu hanya kecil tidak berpengaruh pada harta kekayaanku, tetapi kau tau masalahnya apa? Kau penghianat bajingan!"Tangan kekar Maxim mendarat sempurna tepat pada pipi pria itu menyebabkan darah segar mengalir di bibirnya.

"Apa Robert yang sudah mengajakmu berkhianat dariku itu sekarang membantumu?" Tanya Maxim dengan sorot mata tajam tepat di depan wajah pria itu.

Terlihat gelengan kuat dari pria itu

Maxim menampilkan smirk di bibirnya "kau terlalu bodoh, Samson, baiklah agar dunia ini bisa bersih dari penghianat sepertimu maka aku akan melenyapkan mu dari dunia ini, pecundang sepertimu tidak layak hidup" ujar Maxim mengambil salah satu pisau koleksinya di sana.

"Tolong jangan bunuh aku, tuan Maxim, aku masih ingin hidup, aku berjanji akan menebus semua kesalahanku" mohon pria itu.

"Ah maaf, melihat wajah iba mu itu tidak sedikitpun membuat diriku ingin mengurungkan niatku membunuhmu" balas Maxim.

"Sepertinya kita akan melukis sebuah karya seni di sini" tunjuk Maxim dengan pisaunya di wajah Samson.

Maxim menggoreskan pisau itu di sana layaknya sedang melukis, senyuman pria itu tercetak jelas menatap hasil karya seninya, sangat sempurna di tambah warna alami dari darah segar yang bercucuran di wajahnya.

"Arhg kau menyiksaku, cepat bunuh aku saja" suara kesakitan terdengar nyaring di telinga Maxim tetapi tidak membuatnya berhenti melainkan semakin bersemangat melakukan penyiksaan.

"Itu terlalu mudah untukmu menemui neraka" balas Maxim "sepertinya telingamu mengganggu penampakan lukisanku" ujar Maxim beralih memotong telinga Samson membuat pria itu mengerang kesakitan, telinganya kini mengeluarkan banyak darah karena sudah terpotong sempurna oleh pisau Maxim.

"Kau benar-benar iblis!" Rintih pria itu kesakitan.

"Bahkan menurutku, aku melebihi sang iblis" ujar Maxim mengoreskan pisau itu lagi dari kening Samson hingga ke bawah yang membuat laki-laki itu tidak henti-hentinya meringis menahan pedih dari ujung pisau yang sangat tajam dan runcing itu.

"Tanganmu sangat mulus tuan Samson" ujar Maxim merobek kulit tangan pria itu sehingga membuatnya kembali menjerit kesakitan, darah segar itu kini telah memenuhi Samson.

"Bunuh aku cepet!"jerit Samson tidak kuasa lagi menahan sakit.

"Kenapa terburu-buru, lebih baik kita sedikit bermain-main dulu, apa kau tidak sedih meningalkan dunia ini? Ayolah nikmati dulu menghirup udara di dunia sebelum kau berpindah alam, nanti kau tidak akan pernah lagi merasakan udara di dunia ini" balas Maxim masih belum puas dengan aksinya. Rasanya ia masih baru bermain tetapi mengapa pria itu sudah ingin mati saja, sangat lemah sekali bukan.

"Sakit bajingan!" Teriak Samson sudah tidak tahan lagi.

Maxim tergelak dengan teriakan Samson "lemah sekali" cibir nya.

"Sebaiknya kau langsung habisi nyawanya, kita akan pulang sekarang" ujar Justin yang sedari tadi menyaksikan apa yang di lakukan Maxim di sana.

Maxim melirik Justin sembari terkekeh, ia tahu sebenarnya Justin tidak tega karena pria itu terlalu mudah kasihan sama seseorang berbanding terbalik dengan Maxim yang tanpa hati menyiksa orang-orang yang bermasalah dengannya, baginya jika orang itu berani berbuat masalah dengannya berati sedang menginginkan sebuah siksaan.

"Baiklah, aku akan menurutimu, Justin" satu kali tancapkan pisau itu berhasil menghantarkan Samson menuju neraka, lehernya mengeluarkan darah yang begitu banyak akibat tancapan pisau Maxim.

Mereka berdua keluar dari ruangan itu "kalian urus mayat bajingan itu" perintah Justin.

****

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!