Nusantara Alam Lestari, seorang wanita yang tak percaya cinta sejati. Suatu ketika, ia tak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Langit di Kala Sore di sebuah pinggir pantai di pulau Dewata.
Mereka berkenalan dan terlibat obrolan seru. Namun siapa sangka alkohol yang menemani obrolan mereka, membuat mereka hilang kendali dan membuat mereka terlibat cinta satu malam.
Keesokan paginya mereka terbangun oleh ketukan kencang di kaca mobil Kala, para nelayan setempat memergoki mereka berduaan di mobil tanpa busana. Di tengah kepanikan karena penggerbegan itu, Tari berhasil melarikan diri dari amukan para nelayan. Ia bisa kembali ke hotelnya dengan selamat dan terbang ke Jakarta meninggalkan Kala yang harus menghadapi amukan masa seorang diri.
Selang lima tahun kemudian Kala bertemu dengan dua anak kembar yang begitu mirip dengan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Pertama-tama Kala membersihkan dapur, ia mengepel dan mencuci alat-alat yang kotor. Sementara Tari membersihkan pakaiannya yang terkena adonan, ia melepas apron dari kepalanya.
"Sini biar aku yang taruh," Tiba-tiba saja Kala menghampirinya dan membatu Tari melepas apron, kemudian menaruhnya di keranjang tumpukan lap yang kotor.
Selesai membereskan dapur, Kala siap membatu Tari membuat chiffon cake. "Tepungnya seberapa banyak sayang?" ia bersiap menuang tepung ke dalam mixer.
"Eh tunggu, tunggu...!" Tari langsung mengangkat tangannya seraya mencegah Kala. "Kau, pakai dulu apronmu biar bajumu tidak kotor! Lalu jangan lupa cuci tangan dan pakai sarung tangan."
Perlahan Tari mencoba untuk turun dari meja, ia melompat-lompat berusaha mencapai meja tempat membuat adonan. "Hei, kamu mau kemana?" Kala kembali menghampiri Tari dan melingkarkan tangan di pinggangnya seraya membantunya berjalan. "Kau duduk manis saja di sana biar aku yang mengerjakan."
Tari mendongak menatap wajah Kala. "Membuat kue itu butuh takaran yang pas, tidak bisa asal masuk bahan tanpa di ukur dulu. Bisa-bisa kueku rasanya tidak karuan."
Kala menggaruk kepalanya sembari menyunggingkan senyuman. "Iya maaf, aku tidak tahu."
"Ya sudah. Bagaimana kalau aku yang menakar, kau yang membuat adonannya?"
"Siap, honey." Tanpa menunggu aba-aba Kala membopong tubuh Tari menuju meja utama tempat membuat adonan.
Begitu ia duduk dengan nyaman di belakang meja, Tari langsung menakar bahan-bahan yang ia butuhkan. "Pertama-tama, tolong kamu siapkan dulu ovennya. Jangan sampai adonannya siap tapi ovennya belum panas."
"Siap honey," Kala menuju oven dan memaskannya, kemudian ia kembali pada Tari. "Setelah itu?" tanya Kala ia sudah tidak sabar dengan tugas selanjutnya. "Tolong blender daun ini dengan 200 ml air, habis itu di saring ya! Kita mau buat yang rasa pandan dulu." Tari memberikan dua genggam pandan dan daun suji kepada Kala.
Kala segera mengambil blender dan melakukan apa yang Tari instruksikan, sementara Tari memisahkan putih telur dengan kuningnya. Untuk kuning telur ia langsung taruh di wadah berukuran besar, kemudian menuangkan santan, minyak dan jus pandan yang telah selesai Kala buat.
"Biar aku saja mengocoknya," Kala meraih whisk dari tangan Tari.
Dengan senang hati Tari memberi Kala kesempatan untuk mengocok, setelah merata Tari menambahkan garam, baking powder, dan tepung singkong ke dalam adonan.
"Eh kok tepungnya beda ya?" Kala langsung mengenali bahwa Tari tidak menggunakan tepung terigu biasa, hal ini ia lihat dari kemasan yang berada di hadapannya. "Tepung singkong itu bukannya tepung tapioka ya?"
Tari tersenyum, rupanya Kala tahu juga tentang jenis-jenis tepung. "Tepung tapioka itu berasal dari sari patinya, sementara ini bukan. Jadi bisa untuk membuat kue, dan bahkan bisa untuk membuat gorengan sama seperti tepung terigu pada umumnya, hanya saja ini lebih sehat karena gluten free."
Kala semakin di buat kagum oleh penjelasan Tari, ia sampai tak berkedip memandangi wajah cantiknya. "Kamu keren banget sih, aku makin sayang sama kamu."
"Kamu mau terus ngegombal apa mau bantu aku buat meringue?"
"Tentu saja bantu kamu," jawab Kala. "Tapi sekalian gombalin kamu..." ia tersenyum sambil menaikan alisnya.
Tari menggelengkan kepalanya, ia menghela napas berat. Baru kali ini ia membuat kue dengan suasana yang benar-benar berbeda. Tari meminta Kala mengocok putih telur dan cream of tartar dengan menggunakan mixer, sedangkan dirinya menambahkan gula secara bertahap.
Sembari menunggu adonan yang tengah di kocok oleh mixer, Kala kembali memandangi Tari. "Aku kasihan deh sama putih dan kuning telur yang kamu pisah tadi," ucapnya.
"Kenapa memangnya?" Tari mengerutkan keningnya heran dengan pernyataan Kala.
"Pasti mereka akan rindu karena kamu pisahkan."
Tari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Mereka tidak akan rindu sebab habis ini akan kembali bersatu," ia mematikan mixer kemudian mencampurkan meringue tersebut dengan adonan yang pertama ia buat secara bertahap. Beru kemudian ia menuangnya ke dalam loyang dan Kala memasukannya ke dalam oven.
Satu kue sudah selesai, namun Tari dan Kala belum bisa pulang sebab masih ada 9 kue yang harus mereka selesaikan dengan aneka rasa yang berbeda. Namun kali ini Kala lebih serius, ini merupakan moment bagi dirinya untuk mengenal Tari lebih dalam.
"Tar, aku pernah mencari Be Bread! Di layanan food delivery, tapi tidak ada. Kenapa kau tidak daftarkan saja agar memudahkan pembeli dan cakupannya lebih luas?" tanya Kala, sambil kembali membuat meringue dan Tari yang membuat adonan pertama.
"Maunya sih gitu, tapi kau lihat sendiri." Tari merentangkan tangannya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Ini hanya toko kecil, tempat dan pegawaiku terbatas. Dari dulu aku hanya berpikir yang penting cukup untuk kebutuhan anak-anak dan gaji para pegawai."
Semakin mengenal Tari, Kala di buat semakin kagum. "Kau tahu, Tari? ini adalah chiffon cake terenak yang pernah aku makan. Dan setelah malam ini aku melihat langsung bahwa kau memakai bahan-bahan berkualitas, bahkan kau tidak menggunakan pasta perasa makanan. Membuat aku ingin sekali berinvestasi di tokomu, bagaimana menurutmu jika kita bekerja sama mengembangkan toko ini?"
Tari merotasikan bola matanya, sambil menghela napas panjang. "Sudahlah Kala, kau jangan membual. Aku benar-benar tidak termakan oleh tipuanmu." Ia mengambil meringue yang telah selesai Kala buat dan mencampurkannya ke adonannya.
"This is a business, Tari. Tidak ada hubungannya dengan perasaanku, bukankah kau pernah bekerja di perusahaan investasi? Tentu kau sudah tidak asing dalam dunia bisnis dan investasi. Kita bisa bekerja sama dengan profesional."
"Aku di sana hanya sebagai content writer, tugasku hanya membuat konten yang menarik agar orang tertarik berivestasi di perusahaan itu. Aku sendiri sebenarnya tak begitu paham berivestasi yang benar-benar aman." Tari mengakuinya. "Eh tapi ngomong-ngomong dari mana kau tahu aku pernah bekerja di perusahaan investasi?" ia menatap Kala curiga.
"Tentu saja dari sosial mediamu, begitu aku tahu namamu dari pegawaimu aku langsung carimu," jawab Kala dengan santai.
"Oh, pegawai tidak sopan. Beraninya mereka memberikan informasiku pada orang asing," gerutu Tari.
"Sudahlah jangan ngomel terus, bagaimana dengan tawaranku tadi? Kau tak perlu bingung, nanti aku yang buat sistemnya."
Tari terdiam, ia sendiri bingung sebab cabangnya yang di Bali pembukuannya masih berantakan. Sejujurnya ia membutuhkan orang seperti Kala, tapi ia takut pria itu memanfaatkan situasi untuk mengelabuhinya seperti mantan suami ibunya.
"Kalau diam artinya kau setuju," Kala mengecup kepala Tari, dan bergegas lari dengan membawa kue menuju oven sebelum Tari mencubitnya.
rumput cari kuda.