Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.
Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?
Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pikiran Jadi Kacau
Amarah, kebencian dan ketakutan Danis menjadi satu. Danis sangat muak melihat wajah pria yang saat ini ada di hadapannya.
Padahal sudah lebih dari empat tahun tidak bertemu Keneth dan memilih berdamai dengan masa lalu, dipikir Danis dia bisa melupakan semua peristiwa masa lalu termasuk Keneth. Namun ia tidak menyangka kalau mereka akan bertemu kembali.
Danis kembali teringat dengan semua perbuatan Keneth dan orangtua Keneth kepadanya dan kepada papanya.
Marah, benci, muak, jijik kembali dirasakan Danis.
Danis segera mangalihkan pandangannya dari manusia itu. Membalikkan badannya untuk segera pergi meninggalkan pria tidak bertanggungjawab itu.
Baru saja berjalan beberapa langkah, tangan Danis sudah ditahan oleh Keneth.
“Sebentar Danis!”, ucap Keneth.
Danis melirik tangannya yang dipegang oleh Keneth, kemudian kembali menatap pria itu.
“Tolong lepaskan tanganmu! Jangan sentuh tangan aku!”. Ucap Danis tegas. Terlihat jelas kalau wanita ini sangat marah.
“Tapi Danis...”
“Lepas atau aku teriak!”.
Danis tidak ingin bertindak gegabah dan menjadi pusat perhatian orang-orang di mall yang saat itu sangat ramai.
Keneth akhirnya memilih untuk melepaskan tangan Danis dan membiarkan wanita itu pergi dari hadapannya.
Ada banyak hal yang ingin ditanyakan Keneth. Tapi ia sadar bahwa Danis pasti sangat membencinya, terlihat dari bagaimana respon yang ditunjukkan Danis kepadanya.
Keneth hanya bisa memandangi tubuh Danis yang menjauh dan menghilang dari pandangannya. Ingin sekali mengejar Danis, tapi langkahnya tertahan.
Danis berjalan dengan sangat cepat bahkan setengah berlari. Ia sangat takut kalau-kalau Keneth menyusul dan mengikutinya dari belakang.
Sesekali ia menengok kebelakang untuk memastikan dan berharap ketakutannya tidak terjadi.
Danis segera masuk ke dalam mobil. Menyalakan mesin mobil dan memilih untuk pergi dari area mall itu.
Danis sampai berkeringat dingin dan tangannya gemetar.
Danis jadi tidak fokus. “Mah... katanya mau makan? Liam udah lapew loh mah?”. Ucapan Liam akhirnya membuyarkan pikiran Danis.
“Oia...! maaf sayang kita cari makan di tempat lain saja yah?”. Ia menarik nafas panjang.
Danis mengemudikan mobilnya dan menuju tempat makan yang dirasanya aman serta nyaman.
Danis tidak benar-benar menikmati makanannya. Pikirannya kacau. Perasaannya tidak karuan. Ia sangat khawatir.
Sesekali ia melirik wajah anaknya, namun lirikan itu mengandung ketakutan yang luar biasa. “Kenapa aku harus bertemu pria itu? Kenapa dia ada disini? Mau apa dia? Bagaimana ini? Masalah apa lagi yang akan aku hadapi? Kenapa dia selalu mengganggu ketenangan hidup aku?”, pertanyaan-pertanyaan itu terus mengganggu pikirannya.
“Mbak Nis... mbak...”, tante Poppy memperhatikan Danis yang sedari tadi melamun.
“Kok gak dimakan makanannya? Nanti keburuh dingin loh!”, ucap tante Poppy menasihati Danis. Tante Poppy juga merasa aneh karena awalnya Danis yang paling semangat mau makan. Dan Danis juga termasuk orang yang banyak makannya.
“Gak nafsu makan tante”. Danis menjawab dengan suara lemas.
“Mbak Nis sakit?”,
Danis tersenyum paksa, “Gak tante”.
“Kangen ya sama Mas Ansel?”, canda tante Poppy yang tidak tahu apa yang sedang dirasakan sebenarnya saat ini.
“Ah, bisa aja tante!”.
“Yaudah, dimakan dong. Itu malah cuma diaduk-aduk. Nanti sakit maag lagi loh".
“Iya tante...! Liam habiskan makanannya yah! Setelah itu kita pulang yah!”, Danis berusaha mengalihkan pikirannya yang kacau-balau.
“Iya mah”, jawab Liam.
Suasana hatinya sudah terlanjur menjadi buruk, Danis hanya ingin segera pulang rumah dan menenangkan pikirannya.