NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pedang Naga Laknat

Ki amuraka dan getot pun melanjutkan perjalanan makin dalam ke gua. tapi selama diperjalanan Getot bertanya.

"Guru," Getot memecah keheningan, "bagaimana... bagaimana Guru bisa tahu saya ada di sana dan mengapa guru memakai wujud itu?"

Ki Amuraka tersenyum tipis, janggutnya yang panjang bergerak perlahan. "Ilmu penerawangan dan sedikit trik lama, Getot. Ada firasat yang membawaku ke sana. Aku juga perlu menguji sampai sejauh mana kemampuanmu."

Getot menggaruk kepalanya. "Ah, jadi itu ujian ya, Guru? Tapi... saya tidak tahu kalau itu Guru. Saya pikir Guru adalah perampok yang ingin merampas tuak."

Ki Amuraka terkekeh pelan. "Tidak masalah, Getot. Itu justru membuktikan bahwa konsentrasimu pada pertarungan itu luar biasa. Bagus"

Akhirnya, mereka tiba di ruang utama gua. Ada udhet melingkar disana.

"Grokkk... Grokk grokkk," suara Udhet terdengar panik dan cemas saat melihat mereka. Udhet sontak terkejut melihat Ki Amuraka dan Getot dengan pakaian compang-camping, penuh guratan lebam.

Ki Amuraka melangkah mendekati Udhet, tangannya terulur mengelus tubuh besar sahabat setianya itu. "Tenang, Udhet. Aku baik-baik saja. Getot juga. Kami hanya sedikit 'bermain-main'."

Udhet menggeram pelan, melilitkan tubuhnya lembut di sekitar Ki Amuraka seolah memeluknya, menunjukkan rasa lega dan rindu yang mendalam. Ki Amuraka membalas pelukan itu, mengelus kepala Udhet dengan penuh kasih sayang.

"Grokk grokk?" Udhet bertanya, sorot matanya mengarah pada Getot dan pakaiannya yang acak-acakan.

"Ah, kau bertanya soal itu, Udhet?" kata Ki Amuraka, tersenyum lebar. "Tentu saja. Getot telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Dia berhasil meningkatkan semua jurus yang dipelajarinya. Bahkan pasukan tengkorak dari alam ghaib tingkat dua membuatku sangat terkejut."

Getot hanya bisa tersenyum bangga, dadanya membusung mendengar pujian gurunya. Udhet menggeram kagum, melirik Getot seolah berkata, "Lihat? Sudah kubilang kamu bisa!"

"Grokk grokk grokk," Udhet menunjuk ke arah lidahnya yang masih menghitam.

Ki Amuraka tertawa kecil. "Ya, ya, aku tahu. Getot juga yang membuat lidahmu gosong, kan?"

Getot langsung menunduk, merasa bersalah. "Maafkan saya, Guru. Saya khilaf. Dan... maafkan saya, Udhet."

"Sudahlah, Getot," kata Ki Amuraka, mengusap bahu muridnya. "Itu bagian dari proses. Kamu marah, dan itu membangkitkan kekuatan terpendammu. Tapi ingat, kendalikan amarahmu. Kekuatan tak terkendali bisa menghancurkan siapa saja."

Mereka pun masuk lebih dalam ke gua, menuju lorong pelatihan tempat portal hitam berada.

Sesampainya di lorong pelatihan, tempat portal hitam masih berpendar dengan cahaya keunguan, Ki Amuraka menatap sembilan kendi tuak yang tersisa di tangan Getot.

"Getot," ucap Ki Amuraka, "sembilan kendi tuak itu, buang saja."

Getot terkejut. "Hah? Dibuang, Guru? Tapi ini tuak terbaik di desa, dan Udhet juga..."

"Grokk grokk," Udhet pun menggeram protes, matanya membelalak tak percaya.

"Buang saja," ulang Ki Amuraka tegas, meskipun senyum misterius tersungging di bibirnya. "Tuak itu tidak lagi layak untukmu dan Udhet."

Getot, walau heran, tetap menurut. Ia mengangkat kendi-kendi itu dan membuang isinya ke tanah. Setelah itu, ia kembali menatap gurunya.

Ki Amuraka lantas berdiri di depan portal. Dengan mata terpejam, ia mulai merapal mantra-mantra kuno. Suaranya bergema di seluruh gua, menciptakan getaran halus di udara. Portal hitam itu tiba-tiba bergejolak, membesar, dan pusaran kegelapan di dalamnya semakin mengerikan.

Getot dan Udhet saling berpandangan, penasaran sekaligus tegang. Apa yang akan terjadi?

Tiba-tiba, dari dalam portal, muncul sebuah kendi raksasa yang melayang turun dengan perlahan. Ukurannya jauh lebih besar dari kendi biasa, bahkan hampir setinggi Getot. Permukaan kendi itu diukir dengan relief-relief kuno yang indah, memancarkan aura misterius.

"Ini dia," kata Ki Amuraka, membuka matanya, senyum lebar terukir di wajahnya. "Hadiah pertama untukmu, Getot. Dan untukmu juga, Udhet."

Mata Getot dan Udhet langsung berbinar-binar. Mereka mendekat, mengagumi kendi raksasa itu. Aroma manis dan memabukkan tercium dari dalamnya, jauh lebih kuat dan menggoda dari tuak manapun yang pernah Getot cicipi.

"Tuak dari alam gaib, tingkat enam," jelas Ki Amuraka, seolah membaca pikiran Getot. "Rasakan sendiri, Nak. Tak ada tandingannya di dunia manusia."

Getot dan Udhet tidak menunggu lagi. Getot dengan cepat mengambil wadah kecil, menciduk sedikit tuak dari kendi raksasa itu, dan mencicipinya. Mata Getot terbelalak. Rasa tuak itu... luar biasa. Manis, pedas, sedikit pahit, namun semuanya menyatu dengan sempurna, meninggalkan sensasi hangat yang menyebar ke seluruh tubuh. Udhet pun menjulurkan lidahnya, mencicipi cairan itu, dan menggeram puas.

"Grokkkkk... Grokk grokkk!" Udhet menggeram kegirangan, tubuhnya sedikit bergeliat.

"Guru... ini... ini luar biasa!" seru Getot, lidahnya menari-nari di mulut. "Tuak ini sungguh nikmat! Saya tidak pernah mencicipi yang seperti ini!"

"Padahal ini baru tingkat enam, Guru," Getot melanjutkan, masih terpukau. "Saya tidak bisa membayangkan yang tingkat satu akan seperti apa rasanya!"

Ki Amuraka tertawa renyah. "Itulah keistimewaan alam gaib, Getot. Masih banyak hal yang menantimu. Sekarang, nikmati saja. Rayakan keberhasilanmu."

Tanpa diperintah dua kali, Getot dan Udhet pun langsung berpesta tuak. Getot meneguknya berkali-kali, Udhet melahapnya dengan lidahnya yang panjang. Mereka tertawa, bersenda gurau, dan berbagi cerita. Tuak alam gaib itu memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Tak butuh waktu lama, keduanya pun mulai terhuyung-huyung, kepala mereka pusing, dan akhirnya, mereka ambruk di lantai, terlelap dalam tidur yang pulas, bermimpi indah tentang petualangan dan kekuatan baru yang menanti.

Pagi menyingsing di dalam gua, meskipun tanpa matahari yang terlihat. Udhet dan Getot terbangun dari mabuk mereka, kepala sedikit berdenyut, namun semangat mereka segar kembali setelah tuak alam gaib semalam. Udhet menggeram pelan, menguap, lalu menoleh ke arah Ki Amuraka.

Namun, senyum di wajah Udhet seketika luntur. Matanya membelalak, geramannya tercekat di tenggorokan. Tubuh Ki Amuraka terlihat tembus pandang, seolah terbuat dari kabut. Cahaya dari portal di langit-langit gua menyerapnya perlahan, menandakan bahwa waktu sang guru di dunia manusia sudah habis.

"Guru...?" Getot bergumam, matanya terbelalak melihat wujud Ki Amuraka. "Apa ini...?"

Ki Amuraka tersenyum tipis, sorot matanya lembut namun penuh kesedihan. "Ini artinya sudah saatnya aku kembali, Getot. Kembali ke alamku."

Kesedihan langsung menyelimuti Udhet. Ia merayap mendekat, tubuhnya bergetar pelan, mengeluarkan rintihan pilu. Getot pun merasa dadanya sesak. Guru yang baru saja ia temukan, yang telah menyelamatkan dan menghidupkannya kembali, kini harus pergi lagi.

"Tidak... tidak mungkin, Guru," Getot berlutut, suaranya tercekat. "Baru saja kita bertemu... Saya belum belajar banyak dari Guru..."

Ki Amuraka mengulurkan tangan, mengelus kepala Getot. "Waktuku di sini memang sudah habis, Nak. Tapi jangan khawatir. Ilmu yang telah kamu kuasai sudah lebih dari cukup. Dan aku akan memberimu satu hadiah terakhir."

Udhet menggeram pelan, seolah bertanya apa hadiah itu.

Ki Amuraka tersenyum. Ia kembali merapal mantra. Kali ini, getaran yang tercipta jauh lebih dahsyat. Tanah di bawah kaki mereka bergemuruh hebat, seolah gua itu akan runtuh. Dari dalam portal hitam, muncul kilatan cahaya merah kehitaman yang semakin terang.

Lalu, sebuah pedang muncul dari portal, melayang anggun, dan berhenti tepat di tangan Ki Amuraka. Pedang itu tampak kuno, bilahnya hitam kelam namun memancarkan aura yang kuat dan menakutkan.

"Ini," ucap Ki Amuraka, menyerahkan pedang itu kepada Getot. "Ini adalah Pedang Naga Laknat. Perwujudan dari naga langit yang dikutuk ke neraka terdalam. Kekuatannya luar biasa, dan hanya jiwa yang memiliki api kemarahan sepertimu yang bisa mengendalikannya. Gunakan dengan bijak, Getot."

Getot menerima pedang itu, merasakan hawa dingin yang menyengat namun juga kekuatan besar yang mengalir dari bilahnya. Ia menatap pedang itu, lalu ke arah gurunya dengan mata berkaca-kaca.

"Guru..."

"Sudah saatnya, Getot," Ki Amuraka memotong, menatap mata muridnya dengan penuh makna. "Ingat pesanku: kendalikan dirimu. Kekuatan besar membutuhkan tanggung jawab besar. Balas dendammu itu api, jangan biarkan ia membakarmu."

Tubuh Ki Amuraka semakin memudar, seolah ditarik oleh kekuatan tak terlihat dari portal. Udhet meraung lirih, melilitkan tubuhnya di sekitar Ki Amuraka untuk yang terakhir kalinya. Ki Amuraka membalas pelukan itu, mengusap kepala Udhet.

"Aku akan kembali mengawasimu dari alamku, Udhet. Dan Getot, teruslah berlatih. Kamu akan menjadi pendekar hebat yang melampaui siapapun di tanah Jawa ini."

Dengan kata-kata terakhir itu, tubuh Ki Amuraka tertarik sepenuhnya ke dalam portal hitam. Pusaran gelap itu menyusut, lalu menghilang, meninggalkan keheningan dan duka di lorong gua.

1
asta guna
mau ngerampok harta tokoh aliran hitam. wah kewane'n bocah Iki hahaha
asta guna
akal liciknya mulai maen ha-ha-ha
asta guna
menarik. MC kita ini agaknya blak2an orgnya
asta guna
ha-ha-ha
asta guna
baguslah ada visualisasinya..
asta guna
MC gak jujur (bc gak tau malu) hahaha sy suka
Fathur Rosi
up thor
Fathur Rosi
up lagi bossss
Zirah Naga: thanks bro dah mampir 👍👍
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
nah udh kembali si getot, jgn jd nakal lagi getot dgn nyawa barumu..
Zirah Naga: nakal dikit boleh lah 😁
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
jd apakah getot yg baru nantinya? 🧐🤔 lanjutkan Thor..
Zirah Naga: alhamdulillah. mudah2an kk juga sehat selalu👍
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️: sama² Thor sehat Thor? 🤗🙏
total 3 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
waahh si getot.. mau enaknya aja.. semangat author dgn karya barunya..
anggita
like, iklan.... 👍👆 utk novel laga lokal.
Zirah Naga: makasih kak anggit udah mampir lagi di karya baruku.
total 1 replies
Hakunamatata♠️
Getot Suguru kah?
Zirah Naga: bukan bro. jujutsu kaisen itu mah 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!