Secret Love
Tari menarik salah satu sticky note yang ia tempel di komputernya. "Astaga, konten tentang Bitcoin dari kacamata filosofi belum gue kerjain!" serunya, gadis itu hampir saja melupakan konten penting yang satu itu.
Sebagai content writer di salah satu perusahaan bursa aset kripto terbesar di Indonesia tentu Tari untuk membuat konten yang menarik dan berkualitas, agar engagement perusahaan meningkat.
Tanpa membuang waktu Teri mulai mengumpulkan bahan materi yang yang ia butuhkan, namun di tengah kesibukannya tiba-tiba saja handphonenya bergetar, ada satu pesan masuk dari ibundanya yang kini tinggal di Bali.
Tari mengerutkan keningnya ketika membaca pesan tersebut.
Ibu:
Minggu ini Ibu akan menikah dengan Om Damar, Ibu harap kau bisa datang ke pesta pernikahan kami karena jika kau tidak datang, Ibu akan mengutukmu menjadi BATU!!
Pesan berikutnya ibunda Tari mengirimkan alamat tempat pesta pernikahannya di gelar. Tari hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa yang di pikiran Ibu?" gerutunya, ia tak habis pikir mengapa ibunya hobby sekali kawin cerai. Jika pernikahan ini benar-benar terjadi, maka ini akan menjadi pernikahan ke enam ibundanya.
Tari bahkan tak hapal siapa saja nama-nama mantan suami ibundanya, yang ia ingat hanyalah nama ayah kandungnya saja karena tertera pada akte kelahirannya, namun untuk wajahnya Tari sendiri tak pernah melihatnya sama sekali. Sebab ibu dan bapaknya bercerai saat ia masih dalam kandungan.
"Tidakkah ibu memikirkan perasaanku?" Tari menghela napas beratnya, seharusnya di usianya yang telah menginjak 25 tahun, dirinyalah yang menikah, bukan ibundanya yang usianya sudah hampir paruh baya.
Namun meski demikian Tari bersyukur karena ibundanya tidak memberinya adik, Tari tak bisa membayangkan jika memiliki saudara beda bapak dari berbagai laki-laki.
Tari menaruh kembali handphonenya di dalam tasnya, dan kemudian melanjutkan pekerjaannya. Ia tak membalas maupun menghubungi ibundanya sebab biasanya jika ia membicarakan hal itu, akan terjadi perdebatan sengit, Tari tak ingin konsentrasi menyelesaikan pekerjaannya jadi terganggu, lagi pula mau bagaimana pun ia menentangnya, ibunya tidak akan membatalkan pernikahan itu
...****************...
"Seharusnya kau bahagia melihat ibumu bahagia," ucap Elok, ibunda Tari. Wanita paruh baya itu terlihat begitu senang bercampur tegang mendekati detik-detik pernikahannya bersama pria yang usianya sepuluh tahun di bawahnya.
Tari memaksakan seulas senyuman, sembari memasangkan bonnet di kepala ibundanya. Kemudian ia menggandeng tangan ibundanya menuju venue karena tim WO sudah memberi aba-aba bahwa acara pemberkatan akan segera di laksanakan.
Sejujurnya pemandangan di pulau dewata ini sangat indah, perpaduan antara senja yang merekah dan air laut yang berkilauan, ini adalah venue terbaik sepanjang pernikahan ibundanya.
Pagi tadi saat Tari tiba di hotel tempat berlangsungnya acara pernikahan ibundanya, Tari mendapatkan informasi bahwa pria yang akan menjadi ayah tirinya merupakan salah satu konglomerat di pulau Dewata ini, sehingga tak heran jika pesta ini di gelar dengan mewah.
Namun, meski suasananya berlangsung meriah. Tari sama sekali tak menikmati acara tersebut, sepanjang acara Tari hanya terdiam menyaksikan kebahagiaan ibundanya dengan pasangan barunya yang menurut Tari begitu menggelikan.
Malam harinya acara di lanjutkan dengan resepsi pernikahan, Tari semakin tidak nyaman berada di tengah-tengah keramaian. Saat ibunya tengah asik bercengkrama dengan suami barunya dan rekan-rekannya, Tari menyelinap keluar dari venue.
Gadis itu berjalan menyusuri pantai untuk menghilangkan penatnya, ia berpikir ada sebagian orang yang di berikan kemudahan untuk berganti-ganti pasangan, namun sebagian lagi hanya untuk menemukan satu pun tidak dapat-dapat, seperti dirinya.
Ya, setelah kandasnya hubungan percintaannya dua tahun yang lalu, Tari belum lagi bisa menemukan sosok pengganti Bara. Jangankan untuk menjalin kasih, yang dekat dengannya saja tidak ada, Tari jadi berpikir apakah dirinya tidak cukup menarik di banding wanita yang usianya hampir menyentuh angka 50 tahun, yaitu ibundanya.
Tari yang terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri tak menyadari jika ia sudah berjalan jauh meninggalkan hotel, ia di kejutkan dengan suara seorang pria yang memanggil dirinya.
"Hei," teriak pria itu hingga membuat Tari tersadar dari lamunannya.
Tari menoleh ke belakang, ia melihat seorang pria tengah duduk di atas kap mobilnya.
"Hei, kau mau kemana? Diujung sana terdapat batu karang yang curam, dan ombaknya sangat kencang. Aku tidak ingin di repotkan menjadi saksi orang hilang yang tergulung ombak, jadi sebaiknya kau jangan ke sana."
"Benarkah?" Tari baru menyadari jika dirinya sudah terlalu jauh.
Pria itu mengangguk. "Kau terlihat menyedihkan sekali, seperti orang yang kebingungan membayar tagihan pinjol," ucap pria itu dengan nada mengejek. "Duduklah di sini denganku." Pria itu menepuk kap mobilnya.
Tari mendengus kasar, ia menghampiri pria itu lebih dekat. "Enak saja kau ini, justru kau yang terlihat menyedihkan." Ia menunjuk ke arah kaleng-kaleng alkohol yang berada di sebelah pria itu. "Duduk termenung di pinggir pantai di temani dengan alkohol sudah pasti kau yang sedang terjerat tagihan pinjol." Tari tertawa puas.
Pria itu menatap Tari dingin. "Aku hanya sedang memastikan bahwa cinta itu hanyalah ilusi," ia meneguk, tegukan terakhir alkohol dalam kaleng yang berada di genggamannya.
"Ilusi?" tanya Tari bingung.
"When we watch romance unfold in the movies, people seem to know quickly they just met 'the one' or they overcome obstacles in the span of an hour or two and live happily ever after. That is often an illusion, karena kenyataannya tidak semudah itu."
Tari mengangguk setuju, itu pula yang saat ini tengah di rasakan olehnya. "Ya, aku setuju," ia melompat naik ke kap mobil dan duduk di sebelah pria itu. "Apa kau sedang patah hati?"
"Mungkin," Pria itu menatap deburan ombak yang bergulung-gulung di hadapannya. "Dulu aku sempat percaya adanya cinta, tapi setelah pengkhianatan mantanku dan juga perceraian orang tuaku, sekarang aku jadi yakin jika cinta itu hanya ilusi." Pria itu membuka kaleng alkoholnya dan kemudian memberikannya pada Tari.
Tari tersenyum menerimanya. "Orang tuaku juga bercerai, bahkan mereka berpisah saat aku masih berada dalam kandungan." ia meneguk alkohol itu.
Membicarakan hal pribadi dengan orang asing yang tak di kenalnya, menurut Tari tidak seburuk dugaannya, terlebih pria asing itu memiliki latar belakang kisah cinta yang cukup mengenaskan seperti dirinya, sehingga mereka pun larut dalam obrolan tersebut.
Tari semakin gamblang dan tanpa beban menceritakan tentang perasaannya yang kacau karena pernikahan ibundanya, ia tidak akan bertemu dengan pria itu lagi jadi untuk apa malu bercerita padanya.
Malam semakin larut, Tari dan pria itu sudah lelah untuk bercerita, dan semua minuman yang di miliki pria itu pun sudah habis. "Aku harus kembali ke hotel, sebelum ibuku mencariku," Tari memijit keningnya untuk mengurangi rasa pusing akibat alkohol yang di minumnya, ia baru saja teringat jika dirinya tak membawa handphone. "Sial," gerutunya.
"Ibumu sedang malam pertama dengan suami barunya, mana mungkin dia mencarimu." Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Ini sudah larut malam, aku akan mengantarmu. Dimana hotelmu?" sambungnya sebelum Tari menyemprot karena ledekan yang diucapkannya.
"Kau tidak bisa berkendara dengan kondisi mabuk seperti ini, aku belum mau bertemu dengan Nenek dan Kakekku di akhirat."
"Kau juga tidak bisa jalan sendirian dengan kondisi mabuk seperti ini." Pria itu mengacungkan handphonenya yang juga dalam kondisi mati karena ia tidak membawa kabel charger sehingga tidak dapat membantu Tari memesankan transportasi online.
Pria itu melirik ke arah mobilnya, Tari langsung mengetahui maksud dari pria itu menawarkannya untuk bermalam di mobilnya. Pria itu terlihat ramah dan dari obrolan mereka tadi Tari menilai jika pria asing itu merupakan pria yang baik. Sehingga, walau ia sedikit ragu. Tari menerima tawaran pria asing itu untuk bermalam di mobilnya.
Udara dingin pinggir pantai, kian malam kian menusuk tulang Tari, terlebih gadis itu hanya mengenakan gaun tipis. Beberapa kali ia terlihat menggosok-gosokan tangannya agar mendapatkan kehangat.
Melihat Tari yang kedinginan, pria itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya di tubuh Tari. Padangan mata mereka bertemu, perlahan bibir pria itu mendekat ke bibir Tari. Pengaruh alkohol yang begitu tinggi membuat keduanya hilang kendali dan perbuatan yang seharusnya tidak terjadi pun akhirnya terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Panembahan Manunggal
hadirku untukmu
2024-03-18
1
☠ᵏᵋᶜᶟ ⏤͟͟͞R•Dee Hiatus💕
karena alkohol merusak segalanya...hehehe
mampir diceritamu lg Kak Irma
semoga sukses utk karyanya
2024-02-29
3
☠ᵏᵋᶜᶟ ⏤͟͟͞R•Dee Hiatus💕
wahhh sama berondong..
ini ibunya Tari cantik dan msh singset kali yaa😁
2024-02-29
3